Ga tau harus mulai dari mana bund..
Aku bukan pro ASI atau pro
Sufor, karena aku tahu keduanya punya manfaat dan peranan masing"..
Tapi sedih rasanya jika bayi sekecil itu (di bawah 6 bulan) dengan lambung, usus, hati dan empedu yg belumlah maksimal untuk mengolah makanan lain selain ASI, harus menghadapi kenyataan pahit dari beberapa orangtuanya yg berhenti berjuang memberikannya yg terbaik,,
Bahkan, entah karena kurangnya pengetahuan, ketidak pedulian atau mungkin kurangnya jiwa keibuan yg memaksakan pemberian makanan pendamping ASI di saat usia bayi belum menginjak 6 bulan, saat pencernaan belumlah matang untuk mengolah dan membuang..
Miris rasanya mendengar segelintir ibu berdalih anaknya lapar dan kurang jika hanya di beri ASI, maka di tambahkan
sufor dlm daftar hariannya, merasa bayinya kurang dan selalu lapar di tambahkan
Mpasi di saat umurnya belumlah cukup untuk menerima itu semua selain air susu ibunya sendiri..
"Saya tidak seberuntung kalian yg memiliki ASI yg lancar dan deras untuk buah hati kalian"
Bukan bunda, bukan untung dan rugi yg menjadi tolak ukur keberhasilan seorang ibu untuk memberikan ASI esklusif, tapi perjuangan, upaya, kerja keras, ikhtiar atau apalah itu yg membuat seorang ibu tidak akan pernah berhenti mengupayakan yg terbaik untuk buah hatinya..
Ingatkah bunda..
Saat hamil, hampir setiap hari bunda mengkhawatirkan asupan nutrisi untuk janin bunda, semua vitamin, susu, bahkan makanan yg dimakan setiap hari selalu di jaga dan berusaha bunda penuhi walau dengan harga yg selangit..
Indahnya saat melihat tumbuh kembang janin dengan alat USG walau harga yg di bayar tidaklah murah setiap bulannya, tapi kenapa saat janin yg selama ini di jaga, di rawat, dan di tunggu" kehadirannya tidak mendapatkan yg terbaik saat ia telah di lahirkan hanya karena sang bunda kurang berupaya untuk bisa memberikan asi dengan alasan asi yg tidak keluar, asi yg sedikit, anak yg selalu lapar saat di beri asi, dll.
Sufor memang bukanlah racun, bukan pula sesuatu yg buruk jika di berikan kepada bayi kita, tapi Tuhan sudah menciptakan kita dengan wujud yg sempurna, dilengkapi dengan alat menyusui yg di persiapkan untuk bayi kita kelak, terlebih di berikan Tuhan secara cuma", bukankah bentuk dan fungsinya sama dengan para ibu lainnya yg berhasil menyusui anaknya ?
Mungkin saya bukanlah golongan keluarga miskin tapi juga bukan keluarga kaya raya, suami saya cukup bertanggung jawab dengan memberikan tempat berteduh yg layak, makanan yg sehat dan bergizi serta rasa bahagia untuk saya dan buah hati kami, dia bekerja siang dan malam untuk mencukupi kami, membiayai selama masa kehamilan (walau saat hamil saya juga ibu pekerja), mendampingi saat persalinan, terkadang membantu memasak dan mencuci pakaian, maka sabagai seorang istri tidakkah kita berfikir memberikan yg terbaik pula untuk suami dan sang buah hati, apa yg bisa kita lakukan, ya memberikan ASI yg kita produksi secara gratis untuk si buah hati, saya tidak ingin membebani penghasilan suami untuk memberikan
sufor yg seharusnya bisa kita hasilkan sendiri dengan kualitas dan gizi yg lebih tinggi, mungkin hanya itu salah satu bakti istri yg bisa saya beri saat ini..
Saya tidak menyalahkan bunda yg benar" memiliki masalah tertentu yg membuat bunda tidak bisa memberikan asi kepada sang buah hati, tapi ini teguran untuk para bunda yg seharusnya BISA, tapi memilih untuk menyerah, tahukah bunda terkadang fikiran kita sendiri yg menjadikan ASI sedikit atau tidak keluat sama sekali..
Ya mind set kita yg merasa sudah berjuang untuk dapat melancarkan keluarnya ASI tapiiii berkata "Sudah Rezekinya segini mau apa lagi"..
Hhhh.. Sudah seharusnya sebagai ibu ikhtiar dan ikhlas dengan apa yg sudah di lakukan dan di upayakan, tapi di saat kita merasa pasrah, disitulah upaya, niat, dan kerja keras kita terhenti secara cuma", tidak ada ada usaha yg sia" bunda, dan percayalah jika buah dari kesabaran itu manis, apalagi jika di landasi dengan niat mulia, menjadi ibu yg baik, memberikan yg terbaik, dan menjadi istri yg berbakti.. namun jika bunda berfikir sebaliknya, seperti merasa tidak seberuntung ibu lain yg ASInya deras, ASI bunda hanya keluar sedikit, tidak bisa mengenyangkan si buah hati, dll. Maka jangan heran jika ketakutan tersebut menjadi nyata dan terjadi sesuai mind set bunda, biasakanlah berfikir positif thinking demi kebaikan sang buah hati..
Jika ibu lain bisa dengan mudahnya memberikan ASI, bisakah bunda berfikir jika ibu lain bisa kenapa saya tidak bisa, jika ibu lain di beri kemudahan mungkin saya istimewa karena Tuhan menguji dengan memberikan kesulitan sehingga perlu upaya lebih untuk saya dapat memberikan ASI yg sudah Tuhan titipkan sejak dulu dan kini menunggu untuk di berikan kepada buah hati yg sudah Tuhan percayakan kepadaku..
Semoga dapat menyemangati bunda yg berjuang memberikan ASI untuk sang buah hati..