Menurut dr
Tri Yuniarti,
SpOG, spesialis kebidanan dan
kandungan dari RS Yadika, hubungan seks
sebenarnya aman dilakukan saat hamil,
asalkan tahu batas-batas keamanan yang
boleh dilakukan. "Sebenarnya yang
berbahaya bukan hubungan seksnya, namun
sperma yang masuk ke dalam rahim saat
hamil," katanya, saat talkshow "Rahasia
Hamil Sehat agar Janin Sehat dan Cerdas"
yang diadakan oleh Tabloid Nakita di RS
Yadika, Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu
(4/2/2012) lalu.
Sperma mengandung suatu zat tertentu yang
bisa menyebabkan reaksi sensitif pada mulut
rahim, dan hal ini akan sangat berbahaya
untuk janin. Maka ketika berhubungan seks
saat hamil, sebaiknya sperma dikeluarkan di
luar vagina atau dengan menggunakan
kondom.
Meski mengandung protein, sperma
sebenarnya tidak memiliki manfaat bagi
perkembangan janin. Sperma justru akan
berbahaya bagi janin. Zat dalam sperma ini
akan memicu reaksi kontraksi dini, sehingga
bisa menyebabkan kelahiran prematur, atau
ancaman keguguran jika usia kehamilan
masih muda. "Ketika melakukan hubungan
seks dalam usia kehamilan yang masih
muda, sebaiknya berhati-hati karena gerakan
atau guncangan yang terlalu kuat bisa
berbahaya bagi janin. Selain itu, si ibu juga
jangan sampai terlalu lelah," tukasnya.
Hubungan seks aman dilakukan selama
kehamilan trimester pertama sampai usia
kandungan tujuh bulan. Pengurangan
frekuensi seks harus dilakukan ketika usia
kandungan sudah mencapai tujuh sampai
sembilan bulan. "Pada usia kehamilan ini,
perut sudah lebih membesar sehingga lebih
sulit untuk berhubungan seks, dan akan lebih
menekan perut sehingga berbahaya bagi
janin. Selain itu, sperma yang ada di dalam
juga akan memicu kelahiran prematur,"
jelasnya.
Meskipun seks ini pada dasarnya aman
dilakukan saat hamil, ada beberapa kondisi
kehamilan yang tidak memungkinkan si ibu
untuk melakukan hubungan seksual sama
sekali, ataupun sedikit mengurangi
frekuensinya:
1. Ancaman keguguran
Ada ibu hamil dengan kondisi kehamilan
yang lemah, atau kehamilan yang berbahaya.
Ketika kehamilan ini memiliki resiko yang
tinggi terhadap ancaman keguguran,
sebaiknya hindari hubungan seks sama
sekali. "Konsultasikan tentang kekuatan si
janin pada dokter. Karena kehamilan yang
lemah bisa saja berubah setelah usia
kehamilan beberapa minggu, dan janin
menjadi kuat," tambahnya.
Pada beberapa kehamilan yang beresiko,
hubungan seks -sekalipun tanpa
memasukkan sperma ke dalam vagina atau
sudah menggunakan kondom- akan tetap
menimbulkan resiko, seperti flek atau rasa
mulas. "Flek ini bisa berbahaya untuk
kehamilan. Karena adanya flek menandakan
bahwa ada masalah dengan janin Anda.
Sedangkan rasa mulas bisa menandakan
adanya kontraksi rahim dini sehingga bisa
menyebabkan terjadinya keguguran atau lahir
prematur," bebernya.
2. Plasenta previa
Placenta previa merupakan salah satu
kelainan kehamilan, dimana ari-ari menutupi
jalan lahir bayi. Plasenta ini menghalangi
serviks, menyebabkan terjadinya pelebaran
serviks prematur, dan beresiko mengalami
persalinan prematur. Placenta previa sendiri
dibagi menjadi beberapa kondisi, yaitu
placenta previa lateralis (bila hanya sebagian
pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta), placenta previa marginalis (kondisi
pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir), dan placenta previa
letak rendah (plasenta berada 3-4 cm di atas
bagian pinggir pembukaan jalan lahir).