Replying to:
Menurut bbrp alim ulama yg pernah sy dgr ceramahnya, anak dr hasil hubungan ortunya diluar nikah kl perempuan tdk berhak atas warisan ayahnya, tdk berhak di wali kan ayahnya, binti nya nama ibunya. Kl anak laki2 tdk berhak atas warisan ayahnya, bin nya atas nama ibunya. Wlwpn ortunya menikah, tdk serta merta menjadikan halal. Karna nikahnya hrs 2x, ijab kabul pertama kondisi wanita sdg hamil utk menghilangkan prasangka buruk org lain dan menghindari si anak diejek kelak. Ijab kabul kedua saat anak sdh lahir utk men-sah-kan hubungan suami istri ortunya. Jd selama blm nikah kedua, gak boleh berhubungan badan. Tp sy kurang tau dasar ulama itu hukum islam aja atau hukum di indonesia jg.
Pengalaman tmn sy yg mau nikah bsk, wkt ke KUA urus perijinan nikah, dy ditanya kpn ortunya menikah? Kpn dy lahir? Dan minta buku nikah ortunya. Dy tanya utk apa? Pihak KUA blg utk melihat kl dy anak hasil hubungan sah atau bukan. Spy tdk salah me-wali-kan dy menikah. Kl smp salah wali pernikahan tdk sah, penghulu saksi pengantin dan walinya semua menanggung dosa. Naudzubillahi mindzalik.. |
Di masyarakat memang ada yg tetap melaksanakan pernikahan ulang, tp dasarnya adalah untuk sekedar menjaga nama baik, jd bukan berdasarkan atas perundangan yg berlaku di Indonesia bunda. Kalau pernikahan yg pertama sudah sah tercatat di KUA maka tidak perlu dilakukan ijab qobul ulang, dasar dari hal ini adalah Kompilasi Hukum Islam Bab VIII pasal 53 ayat (3) yg berbunyi :
"Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir."
Sedangkan tentang akta lahir anaknya, jika wanita tsb menikah dg laki2 yg menghamilinya (dg aturan waktu tertentu berdasarkan usia kandungan) maka anak nya tetap bernasab kpd ayah kandungnya dan berhak mjd ahli waris, karena dia adalah anak yg sah secara perdata (anak yg lahir dr orang tua yg terikat dlm pernikahan yg sah).
Mengenai apa yg bunda nyatakan tntg teman bunda, memang ada hubungannya, yaitu ketentuan tntg waktu pada usia kandungan berapa bulan pd saat pernikahan dilangsungkan. Jika anak ini lahir 6 bulan setelah akad nikah (berarti usia kandugan sekitar 3 bulan saat
menikah) maka si anak secara otomatis sah dinasabkan pada ayahnya tanpa harus ada ikrar tersendiri.
Namun jika si jabang bayi lahir sebelum bulan keenam setelah pernikahan (berarti usia kandungan lebih dari 3 bulan saat menikah) maka ayahnya dipandang perlu untuk melakukan ikrar, yaitu menyatakan secara tegas bahwa si anak memang benar-benar dari darah dagingnya.