Forum Ibu Hamil dan Kehamilan Daftar di IbuHamil.com untuk ikutan diskusi seputar kehamilan

  Forum Ibu Hamil dan Kehamilan > Misc Stuff > Ngobrol Apa Saja

Selamat datang di IbuHamil.com, sebuah forum seputar kehamilan. Untuk bertanya atau diskusi dengan bumil lain, silakan bergabung dengan komunitas kami.
  #1  
Old
Niken ...   TS 
 
Location: Jakarta timur
Posts: 293
Default Kisah sedih si Anak yang diaborsi di dalam rahim ibu (buat renungan)

Klik tombol "Like" dan share di Facebook KISAH SEORANG ANAK YANG DIABORSI DI DALAM RAHIM IBU

Bulan 1: Ma, panjangku itu cuma 2 cm, tapi aku udah ada di badan mama... aku sayang mama, bunyi detak jantung mama itu jadi musik terindah yang menemaniku di sini.


Bulan 2: Ma, aku udah bisa ngisep jari imutku lho, di sini hangat ma, nanti kalau aku sudah keluar mama janji ya mau main sama aku.


Bulan 3: Ma, meskipun aku belum tau jenis kelaminku, tapi apapun aku, aku harap mama dan papa bahagia kelak ketika aku keluar. Jangan nangis ya ma, kalau mama nangis di sini aku juga ikut nangis. :')


Bulan 4: Ma, rambutku sudah mulai tumbuh lho, ini jadi mainan baruku, aku bisa menggerakan kepalaku putar kiri putar kanan. :')


Bulan 5: Ma, mama tadi ke dokter ya, dokter bilang apa? Αpa itu aborsi ma? Αku nggak diapa-apain kan ma?


Bulan 6: Mama datang ke dokter itu lagi ya? Ma, tolong kasih tau dokter itu, aku di sini baik-baik aja! Tapi kok dokter itu mulai memasukan benda tajam? Benda tajam itu mulai memotong rambutku ma tolong, aku takut. Benda tajam itu mulai memotong kakiku, sakiit ma. Tapi meskipun aku tidak punya kaki, aku masih punya tangan yang bisa memeluk mama. Ma, benda itu sekarang mulai memotong tanganku, mama tolong aku. Aku janji nggak akan nakal ma. Tapi, meskipun aku tidak punya tangan dan kaki, aku msh punya mata dan telinga untuk melihat senyum mama, mendengar suara mama, tapi.. Benda itu sekarang sudah mulai memotong leherku, mama.. Ampun ma.. Beri aku kesempatan hidup, aku sayang mama, aku pengen meluk mama.


Bulan 7: Ma, aku di sini baik-baik aja, aku udah sama Tuhan di surga, Tuhan mengembalikan semua organ tubuhku yang dipotong benda tajam itu, Tuhan memeluku, memegang tanganku, menggendongku dengan lembut dan Tuhan membisikan tentang apa itu aborsi. Kenapa mama tega melakukan itu? Kenapa mama nggak mau main sama aku? Αpa salah aku ma? Mama taubat yah, biar Tuhan mau antar mama ke sini, nanti kita main bareng-bareng di sini, dan jangan lupa, ajak papa juga ya ma. :')


PANTASKAH SEORANG BAYI YANG BELUM SEMPAT TERLAHIR KE DUNIA INI MENDAPATKAN PERLAKUAN SEKEJI ITU DARI ORANG TUA KANDUNG NYA? [SILAKAN DIRENUNGKAN!]


Ps : Saya sedih banget bun baca artikel diatas, jadi makin sayang dan selalu mau lindungin anakku dari apappun

 
Thread lain yang berhubungan:
  #2  
Old
tata a...
 
Posts: 465
 
anakkuuuuuuuu.... mama akan selalu kasih yg terbaik untuk kamu........
 
  #3  
Old
errin2...
 
Posts: 1,976
 
Cuma bsa menghela nafas..
Astagfirullah
 
  #4  
Old
umminy...
 
Posts: 87
 
huaaaaaaa....sedih bgt...

terkutuklah org2 yg sampai hati aborsi janin
 
I love u always forever son..
  #5  
Old
Egy Ef...
 
Location: cileungsi, Bogor
Posts: 2,395
 
Udah sering baca ini bun tp tetep aja ngenes dan sedih bacanya
disaat orang lain nunggu anugrah itu tp begitu banyak diluar sana yang nenyianyiakan anugrah itu
 
ketika seseorang menghina kamu, itu adalah sebuahPUJIANbahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kamubahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka(BJ. Habibie)
  #6  
Old
Nurhat...
 
Posts: 864
 
Rasanya perasaan ku hancur bun...
keinget buah hati yg dah lama ku nanti sekarang dah di panggil YME.Sedihnya kalau denger da orang yg aborsi....
 
Ya Allah berilah ke sabaran di masa penantian ini & hadirkanlah dia di rahim hamba.....
  #7  
Old
Devina...
 
Posts: 449
 
Aku pernah baca, tp ceritanya beda, disitu ada janin bicara ama ari2nya. Ibunya (maaf) psk. Ceritanya lebih sedih.
 
  #8  
Old
Niken ...   TS 
 
Location: Jakarta timur
Posts: 293
 
Bunda Devina : Boleh tahu ceritanya klo ada tolong di share disini. Makasi.
 
  #9  
Old
Devina...
 
Posts: 449
 
Aku Malang, Ibuku Jalang, Bapakku
Jahanam Bukan Kepalang •__•˚.
Aku dibentuk dari dua nyawa yang terpisah.
Nyawa seorang pria yang menabuhi seorang
wanita bernyawa dengan sperma. Aku ingat
saat dulu berkejar-kejaran dengan teman-
teman. Kami mencari tempat terhangat,
sebelum salah satu dari kami berhenti sesaat.
Siapa bilang kami bernyawa setelah salah satu
dari kami mempunyai rupa? Kami telah
bernyawa dari sejak kami menjadi sperma.
Kalau kami tak bernyawa, mana mungkin kami
punya tenaga untuk mencapai indung telur
wanita. Aku juga masih ingat, sesama teman
sperma yang dimuntahkan dari penis manusia,
mati di jalan karena mereka berlari terlalu
pelan atau kalah dalam himpit-himpitan
jutaan teman yang berkejar-kejaran mencari
tempat buat makan. Nyawa pertamaku dari
seorang pria. Tapi sambungan hidupku berada
pada wanita. Aku makan dari wanita yang
kemudian kukenal dengan sebutan ibu. Ibu
yang mengharapkan kehadiranku atau Ibu
yang menganggapku hanya sebagai benalu.
Entah yang mana ibuku, aku belum tahu.
Saat ini, aku baru saja bersenyawa dengan
tubuh Ibu. Membentuk sel baru yang
menyatu. Meninggalkan rupa lama yang dulu
hanya berbentuk ekor dan kepala. Aku mulai
tumbuh dan tak lama lagi akan membuat
pergolakan rasa yang perlahan akan membuat
Ibu tahu bahwa aku ada. Aku sudah tidak
sabar untuk mengabarinya bahwa ia telah
berhasil menciptakan bibit manusia. Aku
makan dengan rakus. Aku minum karena
selalu haus. Aku ingin cepat mempunyai
muka, kaki, tangan, untuk mengelus,
menendang bahkan menerajang. Bukan aku
tak sayang. Tapi ini satu-satunya caraku untuk
memberi tahu Ibu bahwa aku bukan bayang.
Tidak tahukah Ibu, bahwa aku begitu bangga.
Aku juara. Aku mengalahkan berjuta ekor dan
kepala lainnya yang datang mencari Ibu. Tidak
tahukah Ibu, walau belum mempunyai mulut
dan bibir untuk tersenyum, aku sudah
tertawa, penuh rasa lega akhirnya aku tiba.
Lelahku akhirnya terbalas juga. Ibu
memberiku makan dari darah yang
mengandung sari yang dipompa dari jantung
melalui aorta.
"persaingan sperma
masuk ke sel telur wanita"
Malam pertama bersama Ibu. Aku melihat Ibu
duduk di atas sebuah kursi memanjang
dengan bantal yang kenyal. Ia seperti
menunggu. Apakah Ibu menunggu Bapakku?
Aku belum tahu. Malam ini Ibu terlihat begitu
cantik. Pantaslah Bapakku tidak bisa munafik
untuk tidak tertarik. Ibu benar-benar bersifat
magnetik. Pintu diketuk. Ibu bangkit dan
berjalan secara perlahan. Seorang lelaki
bertubuh tambun dengan perut menyembul,
muncul. Dia bukan Bapak. Aku tahu persis
siapa Bapak. Aku diam berhari-hari di tubuh
Bapak sebelum akhirnya bertemu Ibu.
Bapakku tampan. Wajahnya rupawan. Ia
mempesona setiap perempuan. Bukan seperti
lelaki yang datang ini, perawakannya tak
beraturan. Mungkin saja dia bapaknya Ibu.
Wajah dan penampilannya menunjukkan
seperti itu. Tapi, tidak! Ia menyentuh Ibu
dengan gerakan yang sama sekali tak malu-
malu. Ada apa dengan Ibu? Ibu, dia bukan
Bapakku. Teganya Ibu mengkhianati Bapakku.
Aku lemas. Tapi, laki-laki itu semakin panas.
Gerakan-gerakan yang ia ciptakan membuat
salah satu bagian tubuhnya menegang. Bagian
tubuh itu, persis seperti tempatku dulu di
tubuh Bapak. Aku ingat ketika Bapak berlaku
seperti itu pada Ibu. Bapak bereaksi. Reaksi
itu menimbulkan ereksi. Ia seakan memberi
pertanda pada kami untuk siap-siap beraksi.
Reaksi ereksi itu seperti permulaan arena
balapan. Penuh ketegangan. Kami menunggu
dalam deru erangan, yang sebentar kemudian
akan memunculkan pertanda, seperti bendera
yang turun di arena balapan, kami berkebut-
kebutan.
Aku menunduk malu. Ibu dan lelaki itu saling
beradu. Lelaki itu membolak-balik iIu seperti
barbeque di arang kayu. Lalu, tumpahan-
tumpahan makhluk seperti aku membasahi
muka Ibu. Mereka tidak berlarian, seperti aku,
di dalam liang hangat, tempat laki-laki itu
singgah sesaat sebelum air maninya muncrat,
mencuat, menggurat menjadi lekat di kulit
Ibu yang sekat oleh keringat.

---------- Post added at 13:54 ---------- Previous post was at 13:53 ----------

Aku ingin bertemu Bapak. Malam ini, malam
keduaku bersama Ibu. Ibu kembali menunggu.
Apakah kali ini lagi-lagi lelaki buncit yang
memberi malu, atau sesungguhnya Bapak
yang ditunggu? Aku belum juga tahu.
Ibu menunggu di dalam sebuah ruangan luas,
megah dan nyaman. Ia sendirian. Tapi tidak
sepenuhnya sendirian. Ia ditemani segelas
minuman. Minuman itu begitu elegan dalam
gelas kaca dengan kaki panjang menawan. Ibu
menenggaknya. Beberapa menit kemudian
aku merasakan sesuatu yang tak nyaman.
Minuman itu memabukkan. Oh Ibu, kali ini dia
membuatku mabuk. Tubuhku yang belum
sepenuhnya terbentuk ini terasa berputar-
putar. Dunia tempat Ibu berpijak, berguncang
dan seakan tak berhenti bergetar. Aku
gemetar. Tapi aku tak gentar. Aku ingin tetap
terjaga. Aku ingin bersamanya ketika ia
bersama siapa saja, sehingga aku bisa
mengenal wajah seorang Bapak yang kutunggu
kedatangannya.
Masih, yang datang lagi-lagi lelaki. Lelaki
bertubuh tinggi dengan kulit putih sangat
terawat. Wajahnya tampan dengan senyum
yang sangat memikat. Pantas saja seorang Ibu
terjerat. Apakah ia Bapak? Bukan. Sudah
kukatakan, Bapakku memang tampan dan
rupawan, ia mampu memikat perempuan.
Tapi Bapakku berkulit kecokelatan. Lelaki itu
datang menjenguk Ibu. Tidak seperti lelaki
tambun tak tahu malu yang langsung
menyentuh Ibu tanpa ragu. Ia duduk dan
berbicara terlebih dulu. Bercanda. Lantas
tertawa-tawa. Ia pun meminum minuman
yang diminum Ibu. Lalu berbaring dan
membuka baju. Bajunya. Dan baju Ibu.
Ia menaiki Ibu yang tengah terbaring. Lalu ia
menyatukan tubuhnya dan tubuh Ibu seperti
anjing. Suara desah Ibu terpecah melengking.
Menciptakan bunyi yang membuat tubuh
tanpa kepalaku pusing dan pening.
Makhluk-makhluk yang dulunya seperti aku,
akhirnya keluar. Mereka seperti lahar yang
mencahar karena panas bergejolak yang
membakar. Tumpahan-tumpahan itu berlalu
bersama waktu, dengan gerakan yang
membuat lelaki itu bersimpuh layu. Ini
tempatku. Matilah kalian sebelum sampai
lebih dalam di rahim Ibu. Aku sudah tiba lebih
dulu. Sudah tidak kusisakan lagi sedikitpun
tempat untuk kalian menyatu.
xxxxx
Dan aku masih menunggu. Menunggu
Bapakku. Tapi Ibu tak pernah lagi bertemu
Bapak. Sekian hari sekian waktu Ibu selalu
bersama laki-laki. Ibu bertemu laki-laki. Ibu
tidur dengan laki-laki. Ibu mencampuri laki-
laki. Ibu bercinta dengan laki-laki. Kemudian
mereka datang dan pergi, silih berganti.
Lompat-lompatan. Desah-desahan. Gerakan
jumpalitan hingga ledakan tumpahan air
kemaluan, bukan lagi keanehan. Tapi, lompat-
lompatan, gerakan jumpalitan, hingga ledakan
tumpahan air kemaluan yang bukan lagi
keanehan, tidak Ibu lalui bersama Bapak.
Dan hari ini, hari ketujuh bersama Ibu. Ibu
masih belum tahu keberadaanku. Ia masih
sibuk dengan dirinya yang luar biasa. Luar
biasa sempurna. Luar biasa menggoda. Luar
biasa bercinta. Laki-laki manapun takluk dan
bertekuk lutut padanya. Aku marah pada
keluarbiasaan Ibu. Aku kecewa pada gaya
hidupnya. Aku putus asa pada sikapnya. Dan
aku menerjang. Walau tak punya kaki tangan
aku menendang, membuat Ibu mabuk
kepayang. Aku ingin Ibu sadar. Aku ingin Ibu
dengar. Aku ingin Ibu gentar, bahwa aku ada.
Aku nyata. Aku bibit manusia buah bercinta
dengan pria yang belum kujumpa.
Ibu meraung. Ia memuntahkan isi perut yang
ia kandung. Aku tak urung. Terus kugetar-
getarkan tubuhku untuk membuatnya
terhuyung. Ibu tersandar. Ia lelah karena
harus memuntahkan makanannya keluar.
Wajahnya panik. Lalu ia mengambil sesuatu
dalam sebuah kotak yang berbungkus plastik.
Benda itu berbentuk kertas tipis memanjang
secarik. Ibuku mengamat-amati benda itu.
Kemudian ia menduduki kloset dan
mengencinginya. Ia diam. Menunggu dalam
bimbang. Ia berdiri. Berjalan bolak-balik
mondar-mandir sambil menggenggam benda
itu dan berpikir. Ia meliriknya. Dengan bola
mata yang terbuka lebar, nanar, ia memaki.
“Bangsat!
xxxxx

---------- Post added at 13:56 ---------- Previous post was at 13:54 ----------

xxxxx
Aku semakin besar kini. Aku berteman dengan
benda yang kemudian kukenal dengan
sebutan, ari-ari kembaran. Aku sudah
memiliki tangan dan kaki, walaupun belum
sepenuhnya memiliki jari jemari. Aku tetap
makan. Tapi tak lagi makan dengan lahap. Aku
tetap minum. Tapi tak lagi minum dengan
harap. Aku tumbuh karena aku memang
tumbuh dan waktu perlahan membuatku
begitu. Sebentar lagi aku akan membuat kulit
Ibu meretas. Dan Ibu bukan lagi sadar, tapi
juga akan membesar.
Aku seperti tak berhenti meratapi diri,
sementara ari-ari tak berhenti mencaci maki.
Ia menyebut-nyebut aku si tolol yang dungu.
Aku memang tolol dan dungu. Itu semua
karena Ibu.
“Hey Jabang Bayi, berhentilah kau berharap.
Dunia yang sesungguhnya memang pengap.
Kalau kau tak tau caranya bertahan kau bisa
megap-megap.”
“Masa bodoh dengan dunia di luar sana, Ari-
ari. Aku tak pantas diperlakukan seperti ini.
Tahukah Ibu bahwa aku mani yang menang
lomba lari terpanjang seantero bumi? Bukan
salahku kalau aku kemudian menghuni tempat
ini. Aku disuruh lari, aku lari. Teman-teman
berkejar-kejaran, aku ikutan. Mereka balapan,
aku memimpin di depan, hingga akhirnya aku
tiba dalam rahim seorang perempuan.
Perempuan yang tak berperasaan.”
“Dia jelas-jelas lupa saat ia masih menjadi
sperma. Dunia sudah membuat ia lupa asal
mula. Dunia kehidupan yang berbeda, kata
mereka.”
“Aku benci Ibu.”
“Ibumu pelacur.”
“Dan aku anak pelacur yang vaginanya selalu
menjadi tempat bercampur.”
Ibuku benar-benar tak punya belas kasihan. Ia
tak hanya membuatku mabuk dengan
minuman. Ia mengisi udara paru-paruku
dengan asap yang membuatku jengap. Asap
yang ia hirup dan ia jadikan oksigen
sampingannya untuk bernafas menjadi racun
yang membekas. Ibu benar-benar tak pernah
menginginkanku. Ia Ibu yang hanya
menganggapku benalu.
xxxxx
Malam ini ia kembali menunggu. Entah laki-
laki mana lagi aku sudah tak mau tahu. Dia
memang selalu seperti itu. Tidur dengan laki-
laki yang datang dan berlalu.
Malam ini, Ibuku tak cantik. Tak seperti biasa,
ia terlihat kusut masai dengan rambut
berantakan tergerai-gerai. Tubuhnya hanya
terbalut kaos singlet berwarna putih. Ia tak
memakai bawahan, hanya mengenakan celana
dalam berwarna hitam. Ia duduk di sisi
jendela di atas sebuah sofa berlengan. Dan
dari dalam sini, bisa kurasa bahwa di luar sana
sedang hujan. Tangannya memegang
sepuntung rokok yang abunya sudah
bertumpuk menunggu jatuh. Kakinya
bertekuk dan ia peluk.
Seorang laki-laki tiba-tiba datang. Laki-laki itu
berperawakan tinggi. Ia tampan dan rupawan.
Wajahnya memikat setiap perempuan dan
kulitnya kecokelatan. Kulit muka yang
sepertinya berewokan meninggalkan bekas
cukuran yang terlihat jantan. Ia sungguh laki-
laki yang menawan. Dan ia Bapakku.
“Ari-ari, lihat siapa yang datang. Itu Bapakku.
Bapak kita.”
“Tenanglah, Jabang Bayi bodoh.”
“Aku takkan bisa tenang, Ari-ari. Aku akan
menendang perut Ibu sebagai pertanda agar ia
tahu. Aku ingin ia memberi tahu Bapak bahwa
kita ada.”
“Diamlah, kau Jabang Bayi tolol. Kau tendang
seperti apapun ia takkan memberitahunya. Ia
tetap akan diam, dan diam saja.”
“Kenapa ia takkan memberi tahunya, Ari-ari.
Lelaki itu Bapak kita. Dan ia berhak tahu
bahwa aku ada juga karena dia.”
“Karena Ibumu jalang, makhluk malang.
Perempuan itu pun tak tahu siapa yang telah
mencampurinya. Jadi memberi tahu laki-laki
itu hanya akan sia-sia dan merusak acara
bercinta mereka.”
Lelaki yang kusebut-sebut Bapak tidak
langsung menyentuh Ibu, seperti lelaki
tambun yang penuh nafsu. Ia juga tidak
seperti lelaki menarik yang memulai
percintaan dengan candaan menggelitik. Ia
diam seribu bahasa. Ibu pun diam. Mereka tak
saling berteguran. Lelaki yang kusebut Bapak
itu kemudian bergerak ke depan Ibu yang
masih melihat hujan. Ibu masih tak membuat
gerakan. Sesaat kemudian ia menoleh, Ibu
dan menghujaninya dengan tamparan.
Aku tersekat. Ibuku tetap diam. Lelaki itu
menarik tubuh Ibu dan mencengkramkan
kedua tangannya ke leher jenjang Ibu. Ibu tak
terpekik walau setengah mati ia tercekik.
Bapakku semakin membabi buta. Ia merobek
pakaian Ibu sampai tak satupun tersisa. Ibu
masih tak melawan. Bahkan ketika lelaki yang
kusebut Bapak itu menunggangi Ibu seperti
binatang, Ibu terkesan pasrah dan melemah.
Bapakku memaki. Setiap kata yang keluar dari
mulutnya adalah cacian meskipun ia begitu
kenikmatan.
Aku menutup mukaku dengan kedua tangan
yang baru terbentuk seakan menahan malu.
Begitukah Bapakku saat membuat aku.
Hinanya aku. Hal yang sudah lama kutunggu
berjumpa dengan Bapak tidak seperti apa
yang menjadi pengharapan rindu. Bapak tidak
mencium Ibu dengan hangat, ia
menamparnya. Bapak tidak memeluk Ibu
dalam dekap, ia mencekiknya. Bapak tidak
bercinta dengan Ibu penuh dengan rasa, ia
memakinya. Ia seperti pawang yang
menunggangi binatang yang telah terlebih
dulu di cucuk lubang hidungnya. Ibuku benar-
benar perempuan binal. Ia pelacur
profesional. Ia melayani laki-laki manapun
yang tak ia kenal. Sampailah ia bertemu Bapak
yang tak kalah nakal. Jadilah aku hasil
hubungan yang penuh malu. Lelaki itu tak
akan pernah tahu bahwa aku dulu adalah
benda berekor dan berkepala yang ada di
tubuhnya, dan kini melebur dalam tubuh
pelacur, tubuh Ibu, menjadi zygot, menjadi
embrio, menjadi setengah manusia yang
sudah memiliki kepala sesungguhnya kepala.
Argh! Aku penat. Ibuku perempuan laknat.
Bapakku lelaki bangsat.
xxxxx
“Aku seakan tak punya harapan hidup, Ari-
ari.”
“Bodohnya kau, Jabang Bayi. Tidak ingatkah
perjuanganmu untuk sampai ke tempat ini?”
“Percuma saja, Ari-ari. Ibu Bapak tak
menginginkanku.”
“Persetan dengan mereka. Kau tetap berhak
melihat dunia.”
Aku terdiam sejenak. Ari-ari kembaranku
benar. Aku tak mau mati di sini. Aku sudah
hidup dan bernyawa. Perjuangan sampai ke
tempat ini sangat berharga. Aku bukan hanya
makhluk berekor dan berkepala yang tumpah
di muka wanita, di lantai, di kasur, lalu
dibuang sia-sia. Aku sudah menjadi setengah
manusia, dan aku memiliki hak seperti para
manusia, karena aku sudah menjadi bagian
dari mereka.
“Ari-ari, apa aku akan melupakan saat-saat ini
ketika aku seutuhnya menjadi manusia
sejati?”
“Maaf Jabang Bayi, aku rasa kau tidak akan
pernah muncul di dunia untuk menghirup
udara?”
“Kenapa, Ari-ari? Kenapa?”
Belum sempat ari-ariku menjawab, aku sudah
merasakan guncangan hebat bergetar dalam
ruang sempit di sekelilingku. Aku bergerak,
meronta, melawan, menerjang guncangan
yang menarikku juga menarik ari-ari
kembaran. Tenaga yang kami miliki sungguh
tak sebanding dengan kekuatan angin maha
dahsyat yang menyedot kami. Mataku terbuka
lebar, nanar, persis seperti mata Ibu saat baru
menyadari keberadaanku. Sungguh aku tak
percaya bahwa Ibu benar-benar tega. Tanpa
sadar aku terisak, dalam tangisan yang rasanya
sesak. Ari-ari dan aku saling berpegangan,
saling berpelukan. Dan ini adalah perpisahan.
Wahai Ibu, teganya kau padaku. Aku darah.
Aku dagingmu. Aku bagian tubuhmu. Sekarang
kau membuangku seakan aku sampah. Benda
tak berharga yang keberadaannya hanya
menyesakkan dunia.
Aku sudah tak mampu lagi meronta. Ari-ariku
sudah tak lagi berbicara. Tidak ada juga udara
yang mampu kuhirup untuk membakar
tenaga. Hanya perasaan marah yang
bergejolak dan tergelak-gelak seperti lava.
Aku malang. Ibuku jalang. Bapakku jahanam
bukan kepalang.
“Kalau saja kau ingat seluruh perjuanganmu
mencapai tempat di rahimmu, Ibu, kau pasti
tak akan melakukan ini semua. Hanya saja,
dunia menggerus ingatanmu. Dan tak lagi
membekaskan memori masa lalu asal
muasalmu. Aku manusia, Ibu. Walau setengah
manusia. Aku berhak hidup dan melihat
dunia, walau ia fana.”
Dan aku lemas, tak lagi bernafas. Aku hanya
berharap untuk diberi lagi kesempatan
menjadi mani pada laki-laki, yang akan
kembali membuatku berjuang dan berkejar-
kejaran dalam himpitan. Mudah-mudahan aku
sampai pada perempuan yang menanti
kedatanganku. Bukan Ibu yang hanya
menganggapku sebagai benalu.
 
  #10  
Old
rini h...
 
Posts: 271
 
Bunda......sedih bngt aku bca nya ya allah...
Bnyak bnda yg mnantikan buah hati..tpi ini
Mlah d sia2 kan.ya allah......Bunda niken&bunda devina
Mksh ya thread nya bgus bgt bund..
 
  #11  
Old
lela d...
 
Posts: 849
 
Bunsaayyy..critax bikin mewek..
jdi inget am yg d surga.. :-(
Sayaankk maafin mama y nak..mama udh gagal..mama gk bisa jgain km dgn baik..n smua ini bkn k mw.an mama Naak.. :'(
tp prcayalah..klo mama n ayah sangat mnyayangi mu smpai akhir hayat mama(lebay dkit)..
Bahagia slalu d surga sana ya Naak..Tunggu mama n ayah d sana..
We Love U Daffa ku..emmuuch.aah. :-*
 
Ketulusan mu..Kasih sayang mu..Perhatian mu..Tatapan mata mu..Genggaman tangan mu..Belaian lembut mu..dan Tutur kata mu..
•°Itu semua yang membuat ku tetap Kuat Ayah°•
Silakan daftar untuk menulis pesan :-)


Topik yang mirip
Thread Thread Starter Forum Replies Post Terakhir
Kisah yg Sedih . . -- Diskusi Umum 1
sedih,,sedih,, dan sedih kusimpan dalam hati -- Ngobrol Apa Saja 23
Renungan untukku, untukmu dan untuk semua bunda yang dalam penantian -- Ngobrol Apa Saja 33
KISAH NYATA (Bagus untuk Renungan Rumah Tangga yang belum dikaruniai anak) -- Diskusi Umum 27
Kisah sedih si Anak yang diaborsi di dalam rahim ibu (buat renungan) -- Kenalan Yuk! 9


Zona waktu GMT +7. Waktu saat ini adalah 04:29.


IbuHamil.com - Forum Informasi Kehamilan
Forum diskusi kehamilan dan komunitas ibu hamil terbesar di Indonesia
© 2024 IbuHamil.com