Siang Bunda Bunda yang cantik cantik
Mau Share gunda gulana dihati..
Saya menikah 5 bulan lalu dan Alhamdullilah sampai sekarang belum ada tanda tanda
debay .. sebelumnya saya bekerja sudah 5 tahun di beda beda perusahaan , dan perusahaan terakhir saya ,saya baru bekerja 6 bulan dan singkat cerita saya tidak lulus masa probation dikantor dengan tidak iklas akhirnya saya diharuskan berhentii hiksss,, dan akhirnya saya memutuskan fokus dapet momongan , saya udah coba minum sari kurma , kurma muda , rumput kebarr dll tapi belum ada tanda tanda memang saya bisa dibilang gemuk berat 84 kg tapi Alhamdullilah haid saya lancar setiap bulan siklus 29 hari dan riwayat keluarga saya subur subur biasanya bis nikah langsung hamil kosong sebulan ,, kekhawatiran semakin mendera semakin hari semakin ada rasa takut dan tidak percaya diri apalagi teman teman yang menikah tidak jauh beda dengan saya rata rata sudah hamil ,, mungkin dari bunda bunda juga ada yang pernah merasakan seperti saya .. setiap hari saya mencari tahu dari internet suatu hari saya membaca kisah nyata ini membuat saya semangatt,, mohon bisa di simak :
Saya menikah sudah lebih dari 7 tahun. Alhamdulillah semuanya yang saya idam-idamkan menurut sudut pandang saya sudah saya dapatkan. Saya tenang dalam bekerja dan berumah tangga.saya tidak mengeluhkan apa-apa selain kebosanan. Karena, saya dan istri saya belum dikaruniai momongan.
Rasa bosan pun mulai hadir. Mengunjungi dokter telah sering kami lakukan. Saya merasa sudah telah mengerahkan segala usaha. Saya sudah berpergian kedalam dan luar negeri. Setiap kali mendengar ada dokter baru spesialis kemandulan, kami langsung membuat janji konsultasi. Berbagai analisa sudah banyak dilakukan dan berbagai macam obat sudah banyak diberikan, tapi hasilnya nihil.
Akhirnya, sebagai besar topic perbincangan saya dengan istri saya adalah tentang dokter fulan, apa katanya dan apa yang kami bayangkan. Bayang-bayangan itu berlangsung selama satu atau dua tahun. Tahapan terapinya sangat panjang. Ada yang menyampaikan bahwa kemandulan itu berasal dari istri saya. Pendek kata, hari-hari kami berjalan dalam proses evaluasi dan pencarian solusi.
Pikiran tentang anak menguasai benak kami kendati saya berusaha untuk tidak menampakkan hal itu kepada istri saya, tetapi dia pasti merasakan apa yang sedang terjadi. Pertanyaan banyak sekali kami dengar. Ada yang bertanya kepada istri saya, “Apa yang kamu tunggu?” seolah-olah keputusan dokter di tempat tertentu. Si fulanah sudah pernah datang kesana dan sudah melahirkan anak dan si fulanah juga pernah kesana. Dan seterusnya.
Lingkungan istri saya banyak memiliki pertanyaan tidak ada seorang pun yang mengatakan kepada kami, “mengapa kami tidak mengadu kepada Allah dan memanjatkan doa yang sungguh-sungguh kepadanya. Tujuh tahun berlalu, sementara kami terengah-engah dibelakang para dokter. Kami lupa berdoa dan lupa mengadu kepada Allah.
Pada suatu sore saya menyebrang jalan. Tiba-tiba ada orang buta yang hendak menyebrang jalan. Kemudian saya pegang tangannya dan menyebrangkannya kebagian jalan yang pertama. Kami berhenti ditengah-tengah sambil menunggu sepinya jalan di arah yang lain. ketika itu dia mendapat kesempatan untuk bertanya kepada saya setelah mendoakan kepada saya agar diberi pertolongan dan kesehatan.
“sudah menikah?” katanya.
“sudah,” jawabku.
“sudah punya anak?” tanyanya kemudian.
Saya menjawab, “Allah belum mentakdirkannya. Sejak tujuh tahun kami menunggu jalan keluar.”
Kami berhasil menyebrang jalan. Dan ketika saya hendak berpamitan, ia mengatakan kepada saya, “Anakku, aku pernah mengalami apa yang kau alami. Lalu dalam setiap shalat aku berdoa:
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
“Ya Tuhanku janganlah engkau biarkan aku hidup seorang diri dan engkaulah pewaris yang paling baik.” (QS.Al-Anbiya:89)
Dan, Alhamdulillah, aku punya tujuh orang anak.” Kemudian ia genggam tangan saya dan berkata, “Jangan lupa berdoa.” Padahal, saya tidak sedang membutuhkan nasehat. Tapi saya telah menemukan sesuatu yang hilang dari saya.
Saya menceritakan apa yang terjadi kepada istri saya dan kami pun terlibat perbincangan untuk mencari doa. Semua telah kami cari dan kami coba. Semua dokter yang kami dengar, kami ketuk pintunya. Tapi, mengapa kami tidak mengetuk pintu Allah? Padahal Dia memiliki pintu yang paling luas dan paling dekat.
Istri saya teringat ada seorang wanita tua pernah berkata padanya, dua tahun silam, “Kamu harus berdoa.”
Akan tetapi, seperti kata istri saya, ketika itu kami punya janji konsultasi dengan para dokter menjadi sesuatu yang biasa, tanpa antusiasme dan tanpa kegelisahan. Hanya konsultasi biasa.
Kami mencari terapi terbatas saja, sebagai salah satu usaha. Sementara kami menghadapkan hati kami kepada Allah dalam shalat-shalat fardhu dan tengah malam. Kami memilih waktu-waktu terkabulnya doa. Kami tidak dikecewakan dan tidak ditolak. Allah membukakan pintu terkabulnya doa. Istri saya hamil dan melahirkan seorang bayi. Maha Suci Allah, sebaik-baik Maha Pencipta.
Kami tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kebahagiaan. Namun, sekarang ini kami selalu membaca,,,
--TAMAT--
kita harus punya keyakinan Pasti Allah bakal mengabulkan doa kita memantaskan kita menjadi orang tua ,, tetap semangat ya bunda semua..