Replying to:
Bunda, sebelumnya saya berat sekali buat menceritakan ini dan ga ada niat sama sekali buat membongkar "cerita" rumah tangga. Tapi saya ga berani cerita ini ke siapa pun di kehidupan sehari-hari.
Jadi begini, saya baru menikah 1 tahun 1 bulan dan skrg sedang hamil 14 weeks. Sebenarnya dari dulu (sebelum hamil) saya ingin meninggalkan rumah (suami), kenapa? ini alasannya:
1. Pemarah (emosian walaupun tidak pernah memukul tapi kata-katanya menyakitkan) dan sering mendiamkan saya. Seharusnya saya yang marah, tapi malah dia yang marah dan saya selalu yang mengalah.
2. Selama pernikahan ini, hanya 3 kali memberi uang jajan (untuk masak dan kebutuhan rumah tangga) itupun saya menambah lagi. Untuk urusan ini saya tidak terlalu mempermasalahkan, karena saya masih bisa menghidupi diri saya dan sebagian besar kehidupan kami selama menikah. Tapi yang saya permasalahkan, dia lebih memilih membeli rokok dan ganja (pernah saya melihat sisa bakarannya di rumah). Rasanya sakit sekali bunda. Kalau uang gajinya habis dipakai yang lain itu saya ga masalah, tapi ini buat benda seperti itu.
3. Sering berat untuk mengijinkan saya menengok orangtua dan keluarga dan tidak mau menginap. Saya orangnya pada dasarnya sangat amat pengertian. Saya mengerti jika dia ga mau menginap, tapi seenggaknya ijinkan saya untuk menengok orangtua, karena pernah dulu satu bulan penuh saya ga menenggok orangtua sampai sampai mereka mengeluh. Dan saya pun pengertian, saya ga setiap minggu minta untuk berkunjung ke rumah orangtua, seenggaknya sebulan sekali saya minta, itu juga saya ingin memberi uang jajan ke ayah saya. Dan puncaknya kemarin, saya minta secara baik-baik untuk main ke rumah orangtua karena Ibu saya sudah menanyakan. Tapi sampai sore tidak ada tanda-tanda akan pergi, sampai akhirnya saya menangis karena sedih, mau bertemu orangtua saja tidak boleh. Dan akhirnya dia marah lalu mengantarkan saya ke rumah orangtua dalam kondisi masih emosi dan saya menangis sepanjang jalan (saya tipe orangnya ga bisa marah dan hanya bisa menangis kalau emosi sudah memuncak). Saya awalnya minta pergi sendiri, tapi dia ga menginjinkan. Dan sampai di rumah, dia memang bersikap baik seperti tidak ada apa-apa, tapi mendiamkan saya. Tetapi dia lebih banyak menghabiskan waktu di halaman rumah. Sampai akhirnya saya mengajak pulang dan sampai sekarang kami tidak berbicara dan saya pergi ke kantor sendiri.
Kalau orangtua saya jahat ke dia saya maklumi dia tidak mau berkunjung. Tapi orangtua saya sangat baik bahkan mengganggap anaknya sendiri. Sedih rasanya bunda untuk pergi menengok orangtua saja susah sekali.
Saya mengerti betul untuk meminta ijin dan patuh pada suami, tapi yang satu ini kesabaran saya sudah habis dan rasanya mau meledak.
Saya mau minta masukan bunda, karena saya ingin sekali pergi dari suami saya ini walaupun saya sedang hamil. |