Jakarta, Betapa sedih kedua pasangan ini ketika diberitahu mereka mungkin takkan punya anak, meski menjalani program bayi tabung. Ini setelah si suami didiagnosis dengan gangguan langka pada sperma.
Julia dan Mark McCarthy berencana membentuk keluarga sesaat setelah mereka menikah di tahun 2007. Mark sendiri yang mengaku memiliki inisiatif untuk itu karena ia selalu ingin menjadi seorang ayah.
Namun setelah dua tahun mencoba, pasangan ini akhirnya baru menyadari jika ada yang salah. Setelah dicek ternyata Mark mengidap 'teratozoospermia'. Penderita gangguan ini memiliki bentuk sperma yang abnormal sehingga biasanya mereka sulit memiliki keturunan. Pasalnya sperma dengan bentuk yang abnormal tidak dapat membuahi sel telur dengan baik.
"Kalaupun bisa dokter bilang kami memiliki peluang yang sangat kecil untuk memiliki anak, yaitu 250.000 banding satu. Masalahnya sperma Mark tak dapat menyatu dengan sel telur saya dan kami tak dapat berbuat apa-apa," keluh Julia seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (18/3/2014).
Bahkan Julia mengatakan dokter yang mendiagnosis suaminya sempat kebingungan dengan istilah 'teratozoospermia' karena saking langkanya kondisi ini.
Awalnya baik Mark maupun Julia berharap program bayi tabung bisa membantu mereka, tapi mereka tak berani banyak berharap. "Kami menjalani sebuah metode IVF khusus. Namun masalahnya disini adalah menemukan sperma yang tepat. Dan tampaknya ini butuh waktu lama sehingga kami mengira peluangnya terlalu kecil bagi kami," terang Julia.
Metode yang dimaksud Julia adalah Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Prosedur ini melibatkan proses pemilihan satu sel sperma yang sehat agar bisa disuntikkan langsung ke dalam sebuah sel telur agar sperma tersebut dapat membuahinya.
Hingga akhirnya pasangan ini memutuskan untuk mengadopsi anak. Namun lima bulan berjalan, ternyata Julia tahu-tahu telat datang bulan. Saat itulah wanita berusia 36 tahun ini iseng melakukan tes kehamilan dan ternyata ia positif mengandung anak pertama mereka.
"Saya sampai melakukan tiga kali tes kehamilan di rumah dan sekali di dokter. Barulah setelah itu saya percaya jika saya sedang hamil. Kami begitu bahagia campur terkejut," tutur Julia.
Pada bulan Desember 2012, Julia menjalani proses persalinan selama 26 jam. Ini karena kontraksinya tak dapat diprediksi dan si bayi harus dilahirkan dengan bantuan forcep ketika dokter melihat detak jantungnya melemah. Setelah itu, Julia juga masih membutuhkan operasi lain untuk mengangkat plasentanya.
Anak pertama pasangan Julia dan Mark berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Alfie. Kini bocah itu sudah berusia 15 bulan.(copas dari Detikhealth bunda..)