IBU KAU MALAIKATKU
Tak terasa wajahmu semakin menua
Kulitmu pun tak sehalus dulu..
Satu dua helai uban telah tumbuh di sela-sela rambut hitammu..
Menerawang jauh ke masa silam..
25 tahun yang lalu.. saat Allah memerintahkan malaikatnya untuk mengirimku padamu..
Saat itu, berjuta peluh kau teteskan..
Sakit dan nyeri pun tak kau hiraukan..
Hanya satu yang kau harapkan saat itu..
Segera bertemu denganku dan mendengar tangisku..
Tak peduli betapa sakit kau rasakan..
Nyawa rela kau pertaruhkan
Demi perjumpaan kita..
Kau berjihad fisabilillah..
Tertumpahlah sudah bahagiamu saat melihatku..
Menangis dan meronta dalam gendongan..
Tangan lembutmu mengusap tubuh mungilku..
Mencium merahnya kulit wajahku..
Kau setara dengan Malaikat, Ibu..
Kau korbankan waktumu untuk mengurusku..
Siang dan malammu hanyalah menjagaku.
Bahkan kau selalu siap saat aku membutuhkan air susumu..
Sungguh, tak ada kado terindah yang dapat aku persembahkan buatmu..
Tak kan pernah terbayar olehku semua jasa-jasamu..
Meski emas setinggi gunung Himalaya..
Tak sanggup menggantikan setetes kasih sayang yang terus tercurah padaku..
Setetes demi tetes kasih sayang itu selalu menjadi kekuatan dalam tubuhku..
Ibu.. Kaulah malaikatku…
Sebentar lagi aku akan merasakan jua pengorbanan itu..
Menantikan perjumpaan dengan buah hatiku..
Bisakah aku setegar dirimu, Ibu..
Semoga Allah meridhoi perjumpaan kami nantinya,
Seperti Allah yang juga meridhoi perjumpaan kita, Ibu