Well, seharian ini ada aja Thread adopsi-adopsi anak. Jadi mengingatkanku akan sesuatu. It's time for sharing dan melupakan polemik kehidupan di masa sekarang. Journey to the past!
Hallo, aku Puput. Anak tunggal dari turunan Chinese-Java. Hidupku bisa dibilang serba kecukupan bahkan lebih. Pakaian serba branded, makanan serba enak, apa yang aku mau tinggal bilang. Gak diturutin? Ngambek jurus andalan.
Tapi satu yang dirasa kurang. Kasih sayang. Well, bukan materi ya sodara-sodara. Afeksi. Walaupun masa kecil berlimpah mainan dan pakaian bagus, aku gak merasakan kebebasan. Jangankan mejeng di mall sama teman-teman, bahkan untuk ikut PERSAMI alias PERkemahan SAbtu MInggu, papa mama gak pernah kasih kebebasan.
Hal lain yang membuatku bertanya-tanya adalah "kenapa mereka sebegitu gampangnya bermain fisik bahkan berkata kasar?" Gak jarang saat aku nangis mereka udah siapin sapu lidi, atau kalau aku ngambek parah badanku bisa biru-biru terkena lemparan tutup rice cooker atau piring. Jangankan denger anaknya nangis, aku kehilangan Tipe X papa ku bisa obrak-abrik kamarku. Mungkin karena aku sering nangis, teman-temanku enggan main ke rumah. Bahkan sampai SMA teman-temanku malas main ke rumah.
Aku hanya bertanya-tanya kenapa mama papa jarang bersikap lembut?
----------------
Sekarang aku menginjak bangku SMA. Kata oranmasa SMA itu masa paling indah. Tapi, terasa di neraka buatku. Gak jarang mereka ngebully aku dengan menghina fisikku,
"TOHIR TOHIR", sahut mereka saat aku maju ke depan kelas. Aku bertanya sama temanku yang netral tentang arti Tohir.
"Lu dipanggil Tohir karena biasanya yg namanya Tohir jelek. Katanya karena lu., maaf ya., gendut, jerawatan, tonggos,"
Sebagai murid SMA bisa dibilang otakku gak idiot. Sering ikut olimpiade dan masuk ranking 3 besar, tetapi aku selalu terbuai sama yang namanya cinta palsu. Mungkin supaya membuktikan aku gak jelek-jelek amat.
Suatu hari, aku pergi dari rumah. KECEWA. Ya, alasan ini yang selalu membuat aku meninggalkan rumah. Salah satunya ketika aku memamerkan sertifikat komputer ke papa mama sebagai peraih nilai tertinggi di bidang animasi.
"HALAH! KAMU INI CUMA BISANYA KOMPUTER! MANA PELAJARAN YANG LAIN!" Protes papa.
Aku langsung berlari ke kamar dan merobek-robek sertifikatku.
----------------
Aku sekarang berada di Kota Tua. Sudah 3 hari aku pergi dari rumah. Niatan mau ngumpulin amal buat korban situ gintung, aku malah bertemu papa, om, dan pakdeku. Sepertinya ada yang membocorkan tempat tujuanku.
Aku dibawa ke rumah pakdeku. Aku lihat papa matanya merah. Pakde pun menelepon seseorang untuk datang. Aku dari tadi nangis sesenggukan.
Gak lama kemudian, ada mobil yang parkir di depan rumah pakde. Ternyata yang datang adalah bapak2 dan ibu2 serta anak perempuan. Papa pun mulai bicara,
"Kamu tau ini siapa?"
Aku geleng-geleng.
"Ini bapak ibu kandung kamu. Papa sama mama cuma orang tua angkat," tangisan pecah di muka papa.
"Itu saudara kembar kamu," lanjutnya.
Akupun melihat ke samping kananku, dan yap! Mukanya mirip denganku! Aku tambah nangis dan kembaranku ikut nangis.
Inilah awal aku tau jati diriku. Saat aku udah bisa ketemu mama, dia cerita asal muasal diriku.
Mamaku sudah 7 tahun tidak memiliki anak dan selalu hamil diluar rahim. Suatu malam mama bermimpi disuruh adopsi anak. Lalu ada kabar kalau sodara kandung kakak ipar papa lahir kembar. Langsung mama papa pergi buat adopsi. Semua perlengkapan bayi tertulis namaku. Akhirnya mama pilih aku karena aku yg paling gendut. Semua gak gratis! Ada mahar yang harus dibayar, dan setiap lebaran mama papa kirim baju diam-diam untuk kembaranku.
Alasan utama orang tua kandungku nyerahin aku katanya ibuku sakit2an jadi cuma bisa rawat salah satu.
Kalau kata mama karena faktor ekonomi. Terkadang aku masih gak bisa terima. Bahkan manggil ibu kandungku dengan sebutan MAMA rasanya enggan.
----------------
Halo ini aku di masa kini. Setelah aku tau siapa aku, masalah belum selesai. Sering kali mama menuduh aku ada hubungan sama papa. Mungkin karena papa sayang banget sama aku. Minta uang dikasih, Kabur selalu dibujuk pulang sama papa, bahkan gak jarang papa bela aku kalau berantem sama mama. Tapi semua itu aku anggap kasih sayang ayah ke anak. Gak lebih.
Apa aku juga gak boleh ngerasain punya sosok papa? Walaupun kasar, tapi tetep aja dia papaku.
Oh ya, mungkin semua bakal berlalu karena aku punya calon suami dan calon bayi, serta aku bakal punya kehidupan sendiri sebagai orang tua. Well, tidak sekarang tapi secepatnya.
That's my TRUE story. such a long post!