Alhamdulillah bunda...
@ Bunda Dita: AKu juga pernah, malah bilang nyesel krn nikahnya terlalu cepat (aku nikah dalam keadaan fresh graduate dan belum diterima kerja). Seandainya suamiku dulu mau sabar sampai aku dapet kerja, pasti ekonomi kami bakalan lebih baik. Tapi ga lama aku langsung ngucap... Hufh...
Suamiku tiap aku bahas tentang "Mendingan aku kerja", jawabannya selalu begini:
"Sama aja. Lihat tuh si X. Dua-duanya kerja. Istrinya ga sampat masak jadi tiap hari makan di luar. Ya uang mereka habis untuk makan di luar juga, ga ada bedanya dua 'dompet' sama satu 'dompet' kayak kita ini..." Yaaah ga semua yang istrinya bekerja kayak si X itu sih. Tapi suamiku emang pas bgt kasih contoh begitu jd langsung jleb di aku..
Satu lagi... Temennya suamiku juga. Kebetulan suami istri keduanya marketing lapangan yang jam kerjanya ga tetap (sering kerja sampe malam). Pernah kejadian asthma anaknya kambuh. Jadi si pengasuh anak nelpon si ibu. Si ibu kewalahan karena baru nyampe di kantor dan ga dikasih ijin keluar. Terpaksa si ibu nghubungin suaminya. Untunglah suaminya memang sedang ingin ke lapangan, jadi bisa sekalian singgah ke rumahnya utk bawa anaknya ke dokter. Oh iya, mungkin saking rempongnya, anak sulung mereka dititip ke neneknya di Jawa (mereka di Medan), jd yang tinggal bersama hanya 2 anaknya yg masih balita. Kasihan sih melihat anak dititip sejauh itu, cuma namanya orang luar mana bisa bilang apa2.
Sekali lagi aku ga bilangin semua perempuan berkarir bakalan seperti itu. Semua perempuan istimewa dengan caranya masing2. Tapi contoh2 di atas benar2 membuatku jleb dan menjadi 'penguat' agar aku tetap teguh dalam menjalani peran sebagai IRT.