Forum Ibu Hamil dan Kehamilan Daftar di IbuHamil.com untuk ikutan diskusi seputar kehamilan

  Forum Ibu Hamil dan Kehamilan > Misc Stuff > Ngobrol Apa Saja

Selamat datang di IbuHamil.com, sebuah forum seputar kehamilan. Untuk bertanya atau diskusi dengan bumil lain, silakan bergabung dengan komunitas kami.
  #16  
Old
novitr...
 
Posts: 734
 
Ummi selalu sukses buat aimata saya berderai,ingin rasanya saya peluk suami n minta maaf buat tuntutan saya untuk d mengerti dia,,merasa sya org tak d mengerti oleh pasangan,,, tpi gimana ummi suami lgi kerja sift malam,,,, sya cma peluk s kaka,,, lalu pegang hp sms suami sya blg i love u bla bla bla,,,, suami tlp blg ad apa tumben kmu sms romantis gini jdi nyengir sya ummi,,,, tpi suami blg aku jga mcintaimu n anak kita,,, maaf kan aku jga ya mahh hua hua sejenak romantisan sma ayah nya kaka dulu
Lov u ummi inspirasi ku
 
  #17  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
Default part 1

kisah mengharukan seorang istri yang dimadu



Replying to:
cerita ini adalah kisah nyata dari sahabatnya sahabatku, yang tidak ingin disebutkan nama aslinya. Ia memintaku untuk menuliskan perjalanan cintanya dalam sebuah cerita. Semoga ini juga menjadi pembelajaran untuk kita semua dan bisa memetik hikmah dari sebuah peristiwa, walau pengalaman yang datang dari orang lain.

cinta adalah sesuatu yang lembut dan halus. Mencintai dan dicintai adalah keinginan setiap orang, karena dengan saling mencintailah kebahagian itu akan tercipta. Mencintai tapi tak dicintai, adalah hal yang wajar karena cinta adalah perasaan yang tidak bisa dipaksa. Kebahagiaan tak akan terasa ada jika terjalin dari keterpaksaan.

tapi, bagaimana jika dua insan saling mencintai tetapi salah satunya tersakiti? Masihkah itu bisa disebut dengan cinta? Silahkan anda temukan jawabannya dalam kisah cinta di bawah ini. … selamat membaca ….


kisah cinta ini berawal ketika aku mengenalnya lewat memori hujan di sudut kota palangkaraya, kalimantan tengah. Setelah pulang kerja, aku terdesak untuk mengikuti mata pelajaran tambahan di kampus. Tetapi naas, motor yang kukendarai dengan kecepatan tinggi jatuh terhempas di jalanan membuatku tak sadarkan diri. Entah bagaimana akhirnya, wanita itu membawaku ke rumah sakit terdekat.

tiga hari aku dirawat di sana, dia lah yang menjagaku, karena aku sebatang kara di kota itu. Keluargaku ada di kota sebelah, orang tuaku asli
warga banjarmasin dan menetap di sana. Sementara, aku kuliah di palangkaraya sebagai anak kost dan bekerja di pall mall sebagai kasir.
meskipun sebenarnya aku anak orang berada, tetapi aku lebih memilih hidup mandiri. Kuliah dari hasil pekerjaanku sendiri serta bantuan beasiswa yang kuterima dari universitas palangkaraya. Aku ingin jadi lelaki mandiri agar kelak bisa berdiri tanpa bergantung pada orang lain, terutama pada orang tuaku sendiri.

“lize” nama wanita itu. Senyumnya menggetarkan jiwaku. Wajahnya cantik, secantik hatinya. Satu kata mulai terlahir dari hatiku yang mungkin terlalu cepat. Aku jatuh cinta padanya, saat pertama kali melihatnya. Gadis cantik itu bernama, lize kristiani. Keturunan chines yang memilik wajah oriental suku dayak palangka.

setelah kami saling berkenalan dan bertukar nomer hp aku sangat terkejut, ternyata dia seorang mahasiswi yang satu kampus denganku. Kondisiku yang belum sembuh betul karena luka yang cukup serius membentur tulang kakiku masih terasa pedih kurasakan, membuatku harus dituntun sampai ke dalam mobil. Lize, mengantarku sampai tempat aku kost ke jalan krakatau.
mulai saat itu, aku selalu merasa berhutang budi padanya.


setiap hari, kami selalu pulang dan pergi ke kampus bersama. Pertemanan kami berakhir dengan berawalnya kisah cinta. Aku tak dapat menghindari perasaan ini, semakin aku menjauh darinya, semakin hatiku sakit.
aku telah terpanah busur cintanya, walau sudah beberapa kali kupikirkan untuk menjauhinya, ternyata hanya membuat hatiku semakin terluka. Akhirnya, kuputuskan untuk kuteruskan saja cinta ini. Walau kutahu, aku telah salah memilih tambatan hati. Aku seorang muslim, dan dia seorang kristen.

lize. Dia sangat mencintaiku, seperti itu pula cintaku padanya. Cinta ini lahir begitu saja tulus dari hati, sampai tak ada wanita lain yang bisa menggeser posisinya di hatiku. Sekian lama kebersamaanku dengannya, keluarganya pun turut merestui hubungan kami.

mereka juga tahu, kami dari agama yang berbeda. Sudah hampir empat tahun cinta kami terjalin, sudah lebih sepuluh kali aku membujuknya memeluk agama islam. Tapi, sudah sepuluh kali juga tiap aku memintanya untuk meninggalkan agamanya, dia malah memilih untuk memutuskan jalinan cinta yang kami bina. Semua itu membuat aku sangat terpukul.
pernah satu kali dia memutuskan cinta, lalu meninggalkanku seminggu ke jakarta, hatiku sungguh sangat terluka. “padahal hanya seminggu” aku, seperti orang gila yang terlihat normal. Tak ada satu orang pun yang bisa membuatku tersenyum.

teman-temanku yang berusaha menghiburku dengan menghadirkan wanita lain di hadapanku juga tak ada gunanya. Baru kusadari cintaku pada lize bukanlah cinta biasa.
aku, kembali merasakan butir-butir kebahagiaan setelah ia ada di hadapanku, datang membawakan segelas lemon tea dan nasi rawon kesukaanku. Dia tahu, aku selalu telat makan. Lize menyuapiku tanpa bicara sepatah kata pun. Airmata mengalir di pipiku meruntuhkan derajat kelelakianku, tapi aku tak peduli itu. Aku pun memeluknya dengan sangat erat dan meminta maaf padanya.

“rifky, aku mencintaimu, tapi aku tak pernah memaksamu untuk meninggalkan tuhanmu” matanya berkaca-kaca memandangi wajahku dengan sendu.
“maaf kan … aku … ay … ( panggilan kesayanganku untuknya) aku janji tidak akan mengulangi hal bodoh ini lagi. Aku mencintaimu, kumohon jangan pernah tinggalkan aku lagi.”

kuliah selesai, dan kami pun mengadakan wisuda. Lize memintaku untuk segera melamarnya, aku pun tak menolak untuk hidup bersamanya. Aku pulang ke banjarmasin dan berjanji akan kembali datang untuk melamarnya, setelah mendapatkan pekerjaan tetap.
tetapi, masalah besar justru hadir setelah kepulanganku. Cintaku ditentang keras oleh orang tuaku. Ayah dan ibuku ternyata telah menyiapkan jodoh untukku, yaitu putri sahabat ayah seorang gadis muslimah dari martapura, kalimantan selatan.

wanita salehah yang juga cantik rupanya itu bernama, ikhma. Aku tidak tertarik dengan wanita keturunan gadis banjar-arab itu. Bagaimana mungkin aku akan bahagia nantinya, jika aku harus menikah dan hidup bersama dengan wanita yang sama sekali tidak aku cintai?
aku tak berdaya menolak paksaan kedua orang tuaku ,untuk segera menikah dengan ikhma. Aku juga tak punya kekuatan untuk terlepas dari kuatnya cinta pada wanita pertama yang hadir di hidupku. Lize, dialah wanita yang menorehkan cinta teramat dalam di hatiku, yang menyesakan dadaku dengan menghadirkan kenangan manis yang selalu membuat aku rindu.

wanita yang sering membuatku menangis karena takut kehilangan cintanya. Bagaimana mungkin aku bisa terlepas begitu saja untuk meninggalkannya? Sementara hatiku telah terkurung dalam penjara cintanya. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menyayangi seseorang dalam kebersamaan, lantas melepaskannya begitu saja. Tentunya bukan hal yang mudah untuk kehilangan orang yang teramat dicintai.
****


rasa berdosa kepada pengantin wanita di sebelahku, dan kepada wanita yang sedang menungguku terus memburu ke dalam hatiku. Kusebut nama yang salah dalam proses ijab kabul, yang akhirnya diulang berkali-kali membuat ikhma nampak kecewa kepadaku.
hatiku haru biru. Kesekian kalinya aku mendapat bimbingan, akhirnya kata sah keluar dari saksi kedua mempelai. Ikhma, dia resmi menjadi istriku.

setelah selesai shalat isya berjamaah. Tak ada malam pertama setelah kami menikah, aku berdalih tak enak badan pada ikhma. Padahal malam pertama, adalah malam terindah yang selalu dinantikan sepasang pengantin muda. Tapi tidak bagiku, pedih dan sedih mengumpat di dadaku. Ikma buatkan aku secangkir teh hangat dan membujukku untuk makan, aku menolak. Bahkan, aku tak meminum sedikit pun teh yang disiapkannya untukku hingga dingin.

malam-malam selanjutnya kulakukan tugasku sebagai suami, meskipun saat melakukannya yang kubayangkan hanya wajah lize. Wajah itu selalu membayang-bayangi di setiap hariku. Aku yang sebenarnya periang dan penyayang. Kini berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tertutup. Di rumah aku hanya bicara seperlunya, dan sekarang aku menjadi seorang lelaki yang mudah marah, walau aku tak pernah memukul wanita.

sedikit saja ikhma berbuat salah, aku selalu memakinya, memarahinya dengan meledak-ledak dan mengeluarkan kata-kata kasar. Kalaupun dia tidak salah, aku selalu berusaha mencari-cari kesalahannya.
berulang kali kucoba ingin menceraikannya, selalu tak ada kekuatan untuk melakukannya. Tak ada dukungan dari siapapun, selain hatiku sendiri yang menentang. Pastinya orang tua dan keluargaku akan marah, karena mereka menganggap ikhma wanita terbaik untuk hidupku dan masa depanku.

meskipun ikhma sering mendapatkan perlakuan yang tak enak dariku, ia selau sabar menghadapi tingkahku, walau ia tak mendapatkan hak nya sebagai seorang istri.
setiap kali aku menghubungi lize via telpon hatiku terasa sangat sakit, karena banyak kebohongan-kebohongan tercipta setelah aku menikah. Aku, yang sebenarnya telah bekerja di perusahaan besar di banjarmasin dengan jabatan yang cukup tinggi, mengaku belum mendapatkan pekerjaan tetap. Sehingga, aku belum bisa menemui lize ke palangka untuk memenuhi janjiku yang tertunda, yaitu menikahinya.

ikhma, sebenarnya ia wanita yang baik dan cantik, tapi hatiku tak pernah tergerak untuk mengakuinya sebagai istri. Sebelum berangkat ke kantor, ikhma selalu menyiapkan segala keperluanku. Mulai dari menyiapkan makan, sampai memakaikan sepatu dan jasku. Terkadang, ia juga menyelesaikan tugas-tugas kantor yang belum sempat kuselesaikan.

sebelum berangkat kerja ia selalu mencium tanganku dengan lembut, tapi aku tak pernah mengecup keningnya. Aku tahu, ia sangat mengharapkan kelembutan hatiku, merindukan sentuhan hangat juga merindukan kecupan kasih sayang dariku. Layaknya wanita lain yang mendapatkan kemesraan dari setiap pasangannya.

sewaktu makan siang pun, ia selalu mengantarkan rantang makanan nasi rawon kesukaanku, walau tak pernah kusentuh masakan itu. Saat pulang kerja, aku tak pernah tersenyum menemui istriku yang membukakan pintu dengan dandanan yang cantik, bahkan sudah menyiapkan air hangat untuk mandi sore beserta baju gantiku.

pahitnya, hatiku tak pernah tersentuh. Yang kutahu, apa yang ia lakukan untukku selalu salah di mataku. Aku, tak bisa membedakan mana yang hitam dan putih lagi., yang kutahu, ia selalu salah dan salah. Walau pun ia benar, di mataku ia tetap salah.
lize. Aku pun tak punya pilihan lain. Dia, mengancam akan meninggalkanku, bila tidak segera menikahinya.
***


tak ada wanita yang ingin dimadu, tapi tak ada juga lelaki yang ingin hidup satu atap dengan wanita yang tak pernah dicintai. Setiap kali aku memaksa diri untuk belajar menerima ikhma dalam hidupku, namun apalah daya cinta itu tak pernah terasa ada.

terluka dan terluka, itulah rasa yang telah tertoreh di dalam hatiku. Hanya sakit yang mengganjal didadaku, saat cinta bicara dengan orang yang salah bukan dari pilihan hati. Akhirnya aku harus berbohong pada ikhma, akan ada tugas keluar kota untuk dua bulan ke depan untuk rencana pernikahan keduaku.
”kuputuskan untuk menikahi lize dengan cara islam, walau pun aku telah melanggar hukum dan syariat islam di dalamnya.


benar kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat akan terjatuh juga.
dua bulan berlalu, aku kembali ke banjarmasin bukan karena ikhma, tapi karena tanggung jawab pekerjaanku. Setelah empat bulan kepulanganku dari palangka, lize datang ke rumahku dan bertemu dengan keluarga serta istriku. Ia datang sebagai istri keduaku yang tidak hanya sendiri, tapi dengan jabang bayi yang ada di rahimnya hasil buah cinta kami.

lize sempat pingsan dua kali saat aku mengakui kebohonganku, bahwa ikhma adalah istri pertamaku. Aku membopongnya tubuhnya yang tak sadarkan diri ke kamar. Saat aku dihakimi oleh keluargaku dan istri keduaku, kulihat ikhma lah yang paling tegar.

tak ada setitik air mata mengalir di wajah sendunya, malahan ia sibuk menenangkan ibuku yang tak henti menangis dan memakiku. Padahal aku tahu, pasti dia lah orang yang paling terluka hatinya kala itu.
“ay, bangun ay … ” aku menyodorkan segelas air putih dan meminumi lize yang mulai sadar. Kugenggam erat tangan lize sambil memeluk erat tubuhnya. Aku tahu, lize akan marah besar padaku saat ia tersadar nanti, karena aku membohonginya selama ini. Aku sama sekali tidak mempedulikan ikhma, yang memanadangiku di balik pintu kamar dengan air mata yang menggenang di sudut matanya dari wajahnya nampak kelam dan suram.
bersambung ke part 2
 
  #18  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
Default part 2

setelah part 1 mari lanjut lagi ke part 2 untuk mengetahui endingnya...

Replying to:
Setelah Lize sadar, ia menangis menghambur ke pelukanku sekaligus memukul-mukul dadaku. Dalam pelukanku, kutenangkan ia agar berhenti menangis. Kusuapi ia, agar mau makan. Kubujuk Lize, untuk bisa memaafkanku. Kuceritakan semua yang terjadi dengan sebenar-benarnya, bahwa pernikahanku dengan Ikhma bukanlah keinginanku.
Lize, ia menerima kenyataan itu pastinya juga dengan hati yang sangat terluka. Malam itu, aku tidur dengan Lize. Sementara, aku tidak tahu Ikhma tidur di kamar mana. Yang kutahu, ia tidak mau kukembalikan pada orang tuannya.

Hidup satu atap dengan dua wanita bukanlah hal yang mudah, apalagi ada orang tuaku yang selalu menyertai di dalamnya. Kesukaran demi kesukaran terjadi. Orang tuaku yang menentang cintaku, terutama ibu, yang selalu menyalahkan Lize sebagai perebut suami orang. Dan konyolnya, ibu percaya kalau aku telah terkena guna-guna (ilmu hitam) dari Lize, gadis keturunan Suku Dayak asli sehingga aku tak pernah bisa melepaskannya.

Lize, ia diperlakukan orangtuaku dengan tidak adil. Seperti apa yang kulakukan kepada Ikhma, begitu juga yang dilakukan orangtuaku pada Lize. Aku mengancam Ibu akan keluar dari rumah, jika tidak menghormati Lize sebagai istriku. Tentunya Ibu tidak akan rela jika aku meninggalkannya, karena aku anak satu-satunya.

Tetapi, ibu juga membuat hatiku risau. Ibu mengancamku tak akan memaafkanku, jika aku tidak membagi cintaku dengan adil kepada dua istri yang keduanya masih sah sebagai istriku.
Terutama istri pertamaku, yang selama ini kusia-siakan. Ini hal yang tersulit yang harus kuhadapi. Tak ada wanita yang ingin digilir cintanya, apalagi dengan keadaan Lize yang sedang hamil muda.

Malam keempat, saat aku seranjang dengan Ikhma, aku tak dapat tidur. Bayanganku ada pada Lize yang berbaring di kamar sebelah. Mungkin ia sedang menangis atau kedinginan, karena tak ada aku di sampingnya menyelimuti tubuhnya, membelai rambutnya dan mencium keningnya sebelum tidur, hal yang tak pernah kulakukan pada Ikhma.
Aku juga tidak tahu wanita mana yang paling terluka hatinya. Di antara dua wanita ini hanya satu cinta yang kupunya, tentunya untuk Lize. Entah kapankah, aku akan bisa menjadi suami yang adil.

“A, aku rela kau madu dan membagi cintaku , asal jangan kau ceraikan aku …”
Ikhma memohon di hadapanku dengan airmata yang tak dibuat-buat. Aku hanya tertegun mendengar kata-kata itu, rasanya hatiku hampa sekali. Tak ada jawaban dariku, karena aku memang tak ingin menjawabnya. Dan untuk kesekian kalinya, kutorehkan luka di dadanya dengan caraku yang tak pernah lembut memperlakukannya.
Bahkan, aku lebih sering tidur dengan Lize dari pada dengan Ikhma, jika tak ada orang tuaku di rumah.

Pada malam selanjutnya yang dulunya tak pernah kukehendaki terjadi juga. Karena saat itu orang tuaku ada di rumah, aku pun haus bersikap lembut kepada Ikhma. Harusnya aku hanya tidur dengan Ikhma malam itu, tapi karena Lize mengatakan ia sedang tak enak badan, ia pun meminta untuk tidur bertiga di dalam kamar Ikhma, aku pun tak dapat menolak.
Kulihat Ikhma memalingkan tubuhnya, setelah aku mengecup kening Lize di hadapannya. Aku baru bisa tertidur, setelah Lize ada di sebelah kiriku sambil menenangkanku. hingga malam itu berakhir.


Pada beberapa malam selanjutnya, akupun harus tidur dikamar Ikhma. Seperti biasa, setiap lewat dari jam satu malam menuju dini hari, Ikhma shalat tahajud.

Entah do’a apa yang ia minta pada Allah, sampai air matanya menetes di pipi. Kudengar samar-samar, ia inginkan agar aku bisa mencintainya dan memberi kasih yang sama, seperti orang ketiga yang hadir dalam cinta kami.

Wanita yang telah kusakiti untuk kesekian kali, malam itu bagai terlahir seperti bidadari surga, walau aku mulai tak mengerti dengan perasaanku. Entah dari mana datangnya, hatiku mulai tersentuh dengan cintanya. Malam itu, aku menggaulinya dengan sepenuh hatiku. Kupandangi wajahnya yang teramat cantik malam itu dengan rasa kasih yang luar biasa.
“Mamah … kau terlihat sangat cantik malam ini sepertinya … aku … telah … jatuh hati … padamu …”
“Katakah sekali lagi A … aku ingin mendengarnya..”
“Mamah, Kau … terlihat … sangat … cantik … malam ini … dan sepertinya … aku …”

Tak dapat kuteruskan kata-kata itu, mungkin karena hatiku agak sedikit tabu untuk mengakuinya. Ikhma menangis bahagia karena terharu, walau aku tak dapat meneruskan kata-kata selanjutnya.
Dan aku tahu, ia sangat ingin mendengar aku melanjutkan kata-kata itu, tapi aku tak bisa. Lidahku terasa kelu, urat leherku terasa kaku, tapi kata-kata itu memang tulus dari hatiku, walau pun sebelumnya aku tak dapat tidur karena terus memikirkan wanita keduaku.

Lize, ia tahu aku tidak hanya sekedar tidur dengan Ikhma, membuatnya sangat cemburu. Seakan, ia tak dapat menerima dan tak sanggup lagi hidup denganku.
Pagi tiba. Lize, memasukan baju-bajunya ke dalam koper. Aku merasa terpukul sekali. Aku membujuknya untuk tetap bersamaku sambil meminta maaf, aku juga menjelaskan padanya, apa yang telah aku lakukan tadi malam hanyalah sebuah kekhilafan yang terjadi di luar kendaliku.
Aku makin jadi serba salah, Ikhma menangis mendengar kata-kataku, bahwa tadi malam yang kami lakukan hanyalah suatu “kekhilafan.” Dan baru kali ini, aku juga peduli pada Ikhma.

Aliran darahku seakan berhenti, saat Lize meminta aku menceraikannya dan ia akan menggugurkan anakku yang ada di dalam kandunganya. Ia merasa sudah tak tahan hidup denganku, dengan cinta yang tak adil untuknya. Ikhma menuntun Lize masuk ke dalam rumah, untuk bicara baik-baik bertiga.
K
arena hari itu hari Minggu, hanya ada kami bertiga di rumah. Aku sedang libur kerja, sementara orang tuaku telah berangkat ke luar kota setelah shalat subuh.
” Lize, jangan kau tinggalkan Mas Rifky, karena ia tak bisa hidup tanpamu …,”
“Mungkin kau bisa tegar menghadapi semua ini, tapi aku tidak ! Kau, telah merebut ia dariku. Aku sangat benci padamu ,Ikhma. Juga padamu, Rifky. Mengapa harus ada anak ini di rahimku, sementara kau sakiti aku dengan cintamu”

Lize menangis dengan emosi yang membara …
“Aku, tidak pernah merebut Mas Rifky darimu. Aku, menikah dengan mas Rifky karena perjodohan yang tak pernah ku tentang. Jika kutahu dia milikmu, pastinya aku tak akan menerima perjodohan itu.
Ia lelaki pertama di hidupku, yang membuatku terikat dalam tali perkawinan. Ku pikir, dengan adanya ikatan pernikahan akan ada kehidupan cinta di dalamnya, tapi sampai kini aku tak pernah menemui semua itu”

Mata Ikhma berkaca-kaca walau kelihatan nampak tegar.
“Mengapa kau tidak minta cerai darinya Ikhma, bukankah kau tak pernah bahagia selama hidup dengannya? kau, adalah racun yang mematikan dalam cinta kami”

“Demi Allah Lize, perceraian adalah sesuatu yang dibenci Allah walau diperbolehkan. Mas Rifky, adalah jodoh yang diberikan Allah yang ternyata bukan hanya untukku, tapi juga untukmu.

Untuk kujaga dan kuhormati pangkatnya dalam istana hatiku, yang selalu aku terima setiap perlakuan apa pun darinya dengan Ikhlas. Aku belajar mencintainya, seperti Tuhan mencintaiku. Aku tak pernah merasa tersakiti dalam keadaan apa pun, selama aku bersamanya.

Mungkin, aku yang belum beruntung dalam menjalani kehidupan cintaku. Kau beruntung, telah mendapatkan cinta yang besar darinya dan mendapatkan keturunan darinya. Aku turut bahagia dengan semua itu”
“Mengapa kau bisa setegar ini Ikhma, maafkan aku baru ku sadari, aku lah yang menjadi duri dalam daging untuk kehidupan cintamu, aku akan pergi dari kehidupan kalian ..”
“Tidak Lize, kau akan tetap di sini, bersama aku dan Mas Rifky. Iya kan, Mas?”
Aku hanya mengangguk, tak percaya ada wanita setegar Ikhma di dunia ini. Mungkin, ia adalah bidadari yang benar adanya, dan hatinya serupa dengan malaikat yang tak bersayap?
***

Sembilan bulan berlalu. Saat jam bekerja Ikhma menelponku mengabarkan kado bahagia, yang membuat hatiku bersuka cita. Akhirnya, Lize melahirkan sorang putri yang cantik jelita, itu artinya aku telah menjadi seorang ayah.
Kupandangi wajah istriku yang masih lemas di dalam kamar bersalin. Segera aku datangi Lize dan mencium keningnya. Aku meminta Ikhma dan Lize, tetap menjadi istri yang rukun dan ibu yang baik buat anak-anakku nantinya. Dan Ikhma pun, dengan perasaan suka menyetujuinya. Lize juga senang mendengar kabar kehamilan Ikhma, yang ternyata sudah memasuki bulan kedua.

Saat perjalanan pulang ke rumah bersama keluarga besarku. Kulihat senyuman itu manis sekali tengah memangku putri kecilku. Wajah Ikhma terlihat sangat cantik, dan tak bosan-bosan aku memandangnya. Cinta kurasakan hari itu teramat besar padanya, walau bukan terlambat untuk mencintainya. Tetapi setidaknya, aku sempat memberi cintaku padanya melebihi cinta yang kurasakan pada Lize sebelumnya.

Lize, tersenyum ke arahku dengan tatapan bahagia. Bahagia karena telah menjadi seorang ibu dan bisa menerima kemelut cinta yang telah kami hadapi bersama. Tapi, tak pernah ku sangka senyuman itu menjadi detik terakhir untuk kunikmati di hari bahagia dan keindahnya. Tuhan, telah memberikan jalan lain untukku.

Ia mengambil semua keindahan cinta di saat aku baru mengecap kisah kasih yang sempurna. Sebuah mobil datang dari arah pertigaan kota, lalu bertabrakan dengan mobil yang kukendarai. Kecelakaan maut itu telah merenggut nyawa istriku yang pertama.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia mengucapakan dua kalimat syahadat dengan fasihnya dan sempat berpesan padaku:
“A Rifky … Kau telah menjadi Ayah. Anak Lize, adalah anakku juga. Jagalah anak kita dan sahabatku, Lize. Jangan pernah kau sakiti hatinya, dan cintailah ia dengan cinta yang seutuhnya. Aku titip mereka padamu …”
“Iya, Mah …” Air mataku mengalir sambil merangkul tubuhnya. Kupeluk dan kuciumi wajahnya yang bersimbah darah di kepala.
“Jangan tinggalkan aku, Mah. Kau wanita yang kuat … Kau akan bisa bertahan, Mah …” teriakku dengan airmata yang membanjir.


Tuhan kiranya berkehandak lain. Jodoh, kehidupan, dan kematian, Tuhan lah pemilik dan pengaturnya. Sampai di penghujung nafasnya, ia mengucapkan kalimat syahadat dengan begitu fasihnya. Rohnya melayang pergi meninggalkan jasadnya. Ikhma pun tiada.

Penyesalanku memang tak berguna, tapi setidaknya aku sempat memberikan cinta yang besar padanya kurang lebih satu tahun sebelum kepergiannya, dengan cinta yang tak dapat kutebus untuk seumur hidupku.
Karena setelah kepergiannya, aku tak pernah bisa berhenti untuk mencintainya. Dia, memberiku kehidupan sebagai jantung kedua di hidupku. Mungkin jika saat itu orang tuaku tidak menjodohkan aku dengan wanita setegar dia, aku tak akan bisa bersama kembali dengan orang yang juga sangat kucintai, Lize.

“Jika Lize adalah cinta pertamaku, maka Ikhma telah menjadi cinta terakhirku ..
Jika Lize adalah cinta matiku, maka Ikhma lah sebagai cinta yang hidup dalam jiwaku ..
Jika lize adalah cinta suciku, maka Ikhma adalah cinta sejati di hidupku ..
Dan aku menunggu hari-hari indah itu kembali ..
Mengharapkan satu saat nanti …

Aku bertemu dengan anak dan istriku berkumpul kembali, di surga yang abadi …”

Maafkan aku Ikhma … yang tak sempat memberimu cinta, dari separu usiaku yang tertinggal. Semoga, kau diterima di sisi-Nya dan mendapatkan kebahagiaan abadi yang dikelilingi malaikat-malaikat putih yang menghias tidur panjangmu, dengan taman kehidupan wangi surgawi yang tak pernah pudar.

Kusimpan cintamu dalam kasih yang abadi di dalam kenanganku. Pertemuan yang kurindukan itu akan ada, setelah aku menyusulmu.
Aku, menunggu jantung keduaku untuk bisa segera bersamamu. Kita akan bertemu di sana bersama anak-anak kita. Di sini, kami selalu berdo’a kebaikan untukmu dan selalu merindukanmu.
Tidurlah yang damai, dan bersimpuhlah di keharibaan Tuhan yang selalu kau bangakan keagungan-Nya. Semoga, kau telah di tempatkan di surga firdaus-Nya. Aamiin …
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya. Aamiin
sumber: kisah nyata



 
  #19  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
 
10 Tahun Membencinya, butuh seumur hidup mencintainya


14 Juni 2014 pukul 13:21
Replying to:
”Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus”

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari gereja yg dismpaikan Pdt. yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku utk berdoa dn ke gereja meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku berdoa dn pergi ke Gereja karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Bapa karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Berdoa dn ke gerejalh yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah Bapa padaku ditunjukkanNYA dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Bapa di Surga memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!.

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Itulah Cerita Nyata Yang sangat Sedih dan Mengharukan,
Semoga peristiwa ini bisa membuat kita belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki,sebab :
Apa yang kita harapkan belum tentu kita dapatkan dan
apa yang kita dapatkan belum tentu itu yang kita harapkan ,
Tapi Percayalah Tuhan pasti memberikan Kita yang terbaik
(untuk/menurut kita dan untuk/menurut orang-orang yg kita cintai)
 
  #20  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
Default part 1

Cerpen Kisah Nyata "Aku Mencintaimu Suamiku."


Replying to:
19 Agustus 2010 pukul 12:19
Cerita ini adalah kisah nyata... Dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.

Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

***



Cinta itu butuh kesabaran...

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...

Aku menjadi perempuan yg paling bahagia...

Pernikahan kami sederhana namun meriah...

Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.

Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.

Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci...

Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku... sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku...

Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...

Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka...

Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur'an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat didalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, "Assalammu'alaikum" dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum", ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku ...

"Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri".

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, "lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.

Pagiitu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, "Ada apa kamu memanggilku?"

Ia berkata, "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"

Aku menjawab, "Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?"

"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku", jawabnya tegas.

"Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?", tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

"Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti", jawabnya tegas.

"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?", lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan padanya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yang pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus air mata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya pada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.

***

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah ia segera pulang?" aku tak tahu..

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung...

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.

Ia menulis, "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi".

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya dirumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yang buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..

MasyaAllah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaannya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasanya kami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka'at.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dariatas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, "Loe pikir ajasendiri!!!". Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.

Aku hanya berdo'a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

***

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiapkan segala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. Aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh.. Suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.

"Ya, ada apa Yah!" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah".

"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya." Jawabnya tegas.

"Ada apa? Mengapa?", sahutku penuh dengan keheranan.

Astaghfirullah.. Suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.

Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. Sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

***

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..

Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yang berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir. Tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.

Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha". Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.

"Ada apa ya Nek?" sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab, "Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!".

Aku menangis.. Untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?

"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. Sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau." Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

"Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya", neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian untuk itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, "kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?"

MasyaAllah.. Kuatkan hati ini.. Aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

"Fish, jawab!." Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.

"Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami."
 
  #21  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
Default part 2

yuk lanjutkan ke part 2...


Replying to:
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?"

Suamiku menjawab, "Dia Desi!"

Akupun langsung menarik napas dan langsung berbicara, "Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?."

Ayah mertuaku menjawab, "Pernikahannya 2 minggu lagi."

"Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok", setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. Air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit.. Diiringi akutnya penyakitku..

Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"

Kuambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?."

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.

Dalam hatiku bertanya, "mengapa ia sangat cuek?" dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, "sudah malam, kita istirahat yuk!"

"Aku sholat isya dulu baru aku tidur", jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu,yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

***

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.

Dilaptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku save di My Document yang bertitle "Aku Mencintaimu Suamiku."

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.

"Apakah kamu sudah siap?"

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :

"Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do'a diubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..", perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab "Lalu apa Bunda?"

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar...

"Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?", pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, "Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?", sambil ia mengelus wajah dan menghapus air mataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, "Kita liat saja nanti ya!". Dia memelukku dan berkata, "Bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama".

Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, "Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. Waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah." Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, "Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah".

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. Ia hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, "bunda baik-baik saja kan?" tanyanya dengan penuh khawatir.

Aku pun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang". Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.

***

Setelah tiba di masjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hatiini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "Ayah jangan!!", tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya... Aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding di pelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. Hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.

Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. MasyaAllah.. Suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

"Kamu datang ke sini, aku pun tahu", ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, "Maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku"

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. Apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. Masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus?"

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata, "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?"

"Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois." Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.

Lalu suamiku berkata, "Bun, ayah minta maaftelah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. Ayah pernah melihat SMS bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat "Seperti itu" dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip ("seperti itu"). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda"

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat Betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab, "Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu."

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

***

Keesokan harinya...

Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit..

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..

Aku merasakan tanganku basah..

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, "Bunda, Ayah minta maaf..."

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih, "Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah.."

"Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah... !!! Bunda sayang banget sama Ayah."

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.

Untuk Ibu mertuaku : "Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. Dari dulu aku selalu berdo'a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya."

***

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.

================================================== ===


Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela.
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum ajal ini menjemputku.
Ayah.. aku kangen ayah..
================================================== ===

Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. Maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.
Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakanapa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah Sayang Bunda..
***

sumber:kisah nyata
 
  #22  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
 
KISAH SEORANG SUAMI YG MENYESAL TELAH MENINGGALKAN ISTRINYA





Replying to:
Aq mengenalnya saat dalam satu organisasi pemuda Islam,
Dia sangat aktif, smart, serba bisa, dan sholehah.
Aq sangat tertantang ketika jadi satu dalam forum rapat
denganya pendapatnya selalu ku bantah meski ku tau
pendapatnya itu benar.

aq sebal setiap melihatnya selalu kekeh dengan programnya
tapi justru hal itulah yang membuat aq mulai jatuh cinta
kepadanya, hingga akhirnya ku beranikan diri tuk menembaknya
Alhamdulillah dia ternyata punya perasaan yang sama
denganku
Tidak berapa lama aq mengajak keluargaku ke orang tuanya
untuk melamarnya,
dari awal sebelum menerimaq ia memang sudah memberi
warning kalau memang serius mencintainya tujuannya hanya
satu yaitu menikah.

Aq setuju, tanpa ada pacaran hanya sebuah ta’aruf , dan
setelah melalui proses istikhoroh kami berdua yakin dan
langsung menyelenggarakan pernikahan secara sederhana.
Setelah menikah kami memutuskan untuk kontrak ,karna dia
memang sangat mandiri.
Kehidupan kami setelah menikah sangat bahagia, Dia seorang
istri yang tawadlu’ sama suami dia juga sholihah aq bahagia
bersamanya.

Kebahagiaan kami semakin lengkap ketika dari rahimnya lahir
seorang bayi perempuan yang sangat cantik.
Dan beberapa tahun kemudian lahirlah adiknya bayi laki-laki
yang lucu. Terasa klop kehidupan kami.
Aq memang laki2 yg kurang bersyukur dengan apa yg sudah aq
dapatkan .

Aq bekerja sebagai seorang Dosen yg sukses, atas
dorongannya aq mampu menyelesaikan S2 ku.
ya di balik Kesuksesan seorang suami ada peran penting
seorang istri.Di kampus hari-hariku berkecimpung dengan
mahasiswa, hingga aq mengenal seorang mahasiswi yg berasal
dari keluarga kaya,
Dia manis, dia manja dari mulutnya sering terdengar cerita-
cerita kesenangan dia berbelanja dan jalan-jalan , serta kuliner
kemana-mana, aku memanggilnya Mawar ,
awalnya hanya keinginan tuk menasehatinya tapi lama-
kelamaan kami sering bertemu dengan alasan bimbingan mata
kuliah, hingga suatu hari istriq mendengar aq lagi bercanda
dengan Mawar di telpon malam hari bahkan ia sempat
membaca beberapa smsnya,

Dia mencoba mengingatkanku, aq pun berjanji utuk tidak
mengulanginya, hingga ia menemukan sebuah foto Mwar
dengan tulisan pujianky kepadanya.
Dia sangat marah aq pun menyesal sudah menyakitinya hingga
aq pun menangis dan berjanji untuk melupakan Mawar .
Setan memang telah merasuki jiwaq aq belum bisa melupakan
Mawar hingga aq berhubungan lewat jejaring sosial .Dan lagi-
lagi aq ketahuan .
”AA’ dia memanggilku,
Teteh sangat mencintai Aa’ .
Teteh memang sangat cemburu melihat kemesraan Aa’ dengan
wanita lain ,
bahkan rayuan dan pujian itu tidak pernah aa’ berikan
kepadaku aa’ bilang malu
tapi ke gadis itu begitu lancar aa’ mengatakannya.
A’ apa yg sudah aa lakukan itu sudah mendekati zina itu
dilarang oleh agama
apalagi buat seorang laki2 yg sudah beristri itu akan
menjerumuskanmu.
Sekarang sudah berulang-ulang aa’ melakukannya
teteh menyerah
Aa seorang Dosen yg sangat pandai dan yakin mampu
membedakan mana yg haq dan mana yg batil.
hanya teteh tak percaya , sekaligus kecewa karena suami yg
selama ini teteh banggakan akan kebaikan dan kesalehanya
ternyata tega menyakiti hatiku dan menikam di belakangku.

Apa yg dikatakan istriku ternya belum membuatq sadar ,malah
semakin terperosok kedalamnya.
aq tak bisa lepas dari mawar, hingga suatu hari aq
memutuskan untuk menikahinya secara diam-diam.
Insting seorang istri memang sangat kuat akan terasa kalau
suaminya selingkuh hingga Hari yg naas itu tiba,
Dia mengetahui semuanya dan terasa seperti terkena tembak
dia minta aq menceraikannya.

Aq tidak bisa menolaknya dari awal komitmen kami memang tak
akan ada poligami dan jika hal itu terjadi aq harus
menceraikannya.
Rumah tanggaku yg selama ini sudah kami bangun denga
susah payah,
hingga kami sudah mempunyai rumah sendiri hancur sudah.
Semua berawal dari kebodohanku tidak bisa menahan hawa
nafsu.

Setelah bercerai aq harus meninggalkan rumahku,
kulihat istriku meneteskan air matanya. & ku lihat anak-anakku
yg tertidur pulas bocah-bocah kecil yg senantiasa mengusir
kepenatanku ketika aq pulang kerja dengan tingkahnya yg lucu
dan kemanjaan mereka ketika bergelayut di pundakku harus aq
tinggalkan.
Kehidupan baru ku mulai dengan mawar.Di rumah pemberian
orangtuanya yg mewah,

Ketika aq bersama Mawar ku rasakan betapa jauh
perbedaannya dengan istriku.
Ku teringat istriku senantiasa mengajakku untuk sholat jamaah,
sedang untuk sholat aq harus membujuk mawar dulu.
Setiap pagi Istriku senantiasa menyiapkan keperluanq kerja
hingga sarapan pun dia dengan lembut menemaniku,

Bersama Mawar Semua memang telah siap tapi bukan Mawar
yg menyiapkan semua dilaksanakan pembantu.
Mawar sering sekali mengajakku jalan ketempat-tempat yg
jarang aq kunjungi bahkan asing bagiku selama ini.
Shopping ke mall, kongkow di tempat karaoke keluarga bahkan
aq harus membuang waktuku sia-sia untuk menemaninya ke
Salon.

Saat itu ku teringat saat-saat yg indah bersama istriku dan
anak2 ku pergi jalan-jalan ke pasar sore yg ada wahana mainan
anak-anak, tertawa renyah mereka membuatku sangat bahagia.
Jangankan ke salon membeli make up untuk dirinya saja tidak
dia anggarkan semua penghasilannya untuk nyicil rumah dan
membantu keperluan anak2.

Suatu hari aq sakit dan terpaksa harus opname. Dengan alasan
biar cepat sembuh Mawar menyewa seorang perawat untukku.
Dalam kondisi kesakitan anganku melayang betapa istriku dulu
begitu sangat mengkhawatirkan aq ketika aq sakit mulai bicara
dengan dokter membeli obat hingga ia rela ijin kerja untuk
merawatku,
dengan penuh kesabaran ia menyekaku, menyuapiq , membantu
meminum obat dan senantiasa mendampingiku hingga aq
sembuh.

Aq merasakan inilah akibat dari orang yg tidak bersyukur
dengan semua yg telah di anugerahkan Allah kepadaku .
Dalam kegalauanku , aq mulai membuka emailku .
Betapa terkejutnya Di dalamya banyak sekali email masuk ,ku
baca satu persatu
Krisna :
” Kalau tau kamu akan menyakitinya dan selingkuh dengan
gadis lain dulu aq rebut dia dari kamu.dasar pecundang.”
Dia adalah rivalku yg juga mencintai istriku dan mertuaku juga
merestuinya.
Dan aq sangat bangga bisa mengalahkanya dan bisa
memenangkan hati istriku.
Wawan :
”Aa’ Istrimu itu sangat baik dan sholihah, sayang kamu udah
me nyia2 kannya. Aq menyesal sudah mengalah karna tau dia
mencintaimu.”
Dia temanq yg ternyata diam2 juga mengharapkan bisa
mendapatkan istriku
DR.Yanto :
” Kamu akan menyesal karna sudah meninggalkan seorang istri
yg bekerja membatu kamu menafkahi keluarga, dia punya gaji
tetap di BUMN, Dia sehat bahkan dia sudah menganugrahi anak
laki-dan perempuan, kamu tau kan itu semua tidak aku
dapatkan ?”

Temanku sesama Dosen Istrinya sakit kanker dan harus rawat
jalan dan belum dikaruniai anak sampai sekarang.
Masih banyak lagi Email yang serupa dari kelurgaku , dari
keluarganya dari mahasiswaku , yang semua isinya
menyalahkanku.

Tapi ada satu Email yang yang sangat menusuk hatiku
Mr X :
Al hamdulillah, Doa’aku terkabul setelah sekian lama aq
menunggu akhirnya aku punya kesempatan untuk menikahi
seorang bidadari cantik yg bisa memberi kebahagiaan kepadaku
di dunia yg Indah ini dan Di surga kelak. Terimakasih ya kamu
udah mencampakannya kini giliranku untuk menyembuhkan
hatinya yg luka memberikan seluruh hidupku untuk senyumnya
yg indah dan merawat anak-anakmu yg Lucu, Smart dan
membanggakan.Dan Maaf bila kelak kamu melihat betapa
bahagianya aq memiliki istri seperti dia.”

Glek rasanya seperti tersendat tenggorokanku siapa dia
sebenarnya?
Aq terus berfikir siapa Mr X?Hingga akhirnya
Braak..
Suara pintu kamar terbuka Aq lihat mawar baru datang entah
kemana setelah seharian pergi padahal aq ada di rumah, aq
lihat jam menunjukkan pukul 24.00 WIB
“Maaf ya sayang, aq tadi ada pertemuan sama teman- teman
FB ku yg ada di luar negeri wah seru lo sampai kemalaman
deh.”
lalu dia menciumku dan langsung pergi tidur.

Aq tidak bisa berkata apa-apa. Semakin hari aq melihat
kelakuan Mawar yg sangat jauh dar kriteria Istri sholehah,
apalagi hari-harinya selalu di habiskan dengan FB an,
Tweeteran atau BBM an.

Setiap kali aku membutuhkannya dia bilang sibuk.
Hingga suatu hari Allah menunjukkan kebesarannya bahwa
setiap kejelekan akan mendapakan keburukan pula. Pria yg
selingkuh akan mendapatkan pasangan yg selingkuh juga.
Aq baca semua jejaring sosilanya ketika ia lupa mematikan
laptopnya saat dia pergi,

Di luar dugaanku ternyata Mawar sedang berhubungan dengan
seorang laki-laki yang seusianya,
Dari statusnya Mawar sering jalan dengannya dan status
terakhir Malam ini mereka berdua akan check in di sebuah
hotel.
Mawar Mau karena pemuda itu menjanjikan akan menikai
Mawar Secara Resmi.
Karena memang pernikahanku dengan Mawar hanya pernikahan
sirri.

Malam itu Mawar di antar sbuah mobil dengan seorang pemuda
yang persis seperti foto yg ada di lap top.
Aq langsung mendatangi Mereka dan memarahi Mawar serta
Memukul Pemuda itu.
Langsung Aq bilang akan menceraikannya.
Di luar dugaan ternyata Mawar malah tertawa dan berkata”
Wah enak deh aq ndak usah susah2 minta cerai sama mas.
Mas nanti datang ya di pernikahan kami.
Ternyata ngak seru nikah sama orang yg jauh lebih tua dariku
semua serba ada aturan dan lemot.ha.ha.,
Oh ya Mas malam ini juga sebaiknya mas tinggalkan rumahku
ya bawa aja barang-barang mas yg kuno itu.
Daa. Dia langsung ngacir dengan pemuda itu.

Ya Allah aq memang pantas mendapatkan semua ini .
Aq menanis sejadi-jadinya dengan penyesalanku seumur hidup.
Beberapa tahun kemudian, Dari Jauh aku melihat Istriku
Dengan Gamis yg Ekslusif namun sederhana, wajahnya
semakin cantik dan terawat serta bersahaja tampak tersenyum
bahagia .sedang bersiap-siap bersama keluarga barunya untuk
menghadiri acara penyematan gelar Dokter Spesialis anak
putriku.

Ya cita-cita istriku untuk menjadikan putrinya sebagai seorang
Dokter tercapai,
ya Allah kalau saja aq tidak bodoh mungkin aq yang
mendampingi putriku saat itu.
Di Depan Sebuah mobil Mewah ku lihat putraku yg sudah jadi
pengusaha sedang merapikan dasinya , Gagah banget kamu
nak
aq teringat saat kecil dia senang sekali menggigitku,

Tiba-tiba saja dari dalam rumah yang ada di kawasan Elit itu
keluar seorang lelaki gagah dan ganteng serta berwibawa yang
ternyata dialah Mr X yang berhasil menikahi istriku dan mampu
membuatnya tersenyum kembali serta mendidik anak-anakku
sampai berhasil.

Dia menggadeng satu anak laki-laki dan satu anak perempuan
yg kemudia berlarian menghampiri istriku
“Bundaa....”teriak mereka
O pasti itu pasti anak dari hasil pernikahan mereka ganteng dan
cakep.
Klop kebahagiaan mereka.
Kini sisa hidupku ku habiskan seorang diri di rumah kedua
orang tuaku yg telah tiada dengan segenap penyesalan yg luar
biasa.

Tubuhku semakin kurus karna tak ada yg merawatnya
Aq teringat betapa aq sangat gendut setelah menikahi istriku
semua teman teman terkejut karena sewaktu belum menikah
tubuhku memang kurus.
Kesepian menjadi teman sehari-hariku meski sesekali kedua
anakku bergantian menjengukku.
Ya Istriku adalah istri yg luar biasa dengan semua hal yg sudah
aku lakukan padanya dia tidak pernah memutuskan hubungan
darah dan silaturrahmi aq dan anakku
terima kasih dan maafkan aku sayang, aq bahagia kamu
sekarng mendapatkan semua karunia dari Allah dari kesabaran
dan kesholehanmu. aq turut bahagia.

Pesanku bagi para suami jangan pernah selingkuh.
Selingkuh itu memang indah tapi itu awalnya saja dan itu
fatamorgana karna tipuan dari syetan.
Yg kedua bersyukurlah dengan segala yg kaumu punya terima
semua kekurangan istrimu dengan kelebihan yg kamu punya.
Karna dengan selingkuh dan tidak bersukur bukan kebahagiaan
yg akan kamu dapatkan kamu akan terjerumus kedalam jurang
kesengsaraan dan penyesalan seumur hidup seperti aq.
Semoga Cerita ini mampu jadi pelajaran bagi semua.
ﺁﻣِﻴﻦْ ﺁﻣِﻴﻦْ ﺁﻣِﻴﻦْ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ
Diposkan oleh azza gafi
(Image:google)


Categories: Label: Kisah Inspirasi
 
  #23  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
 
Perempuan Yang Dicintai Suamiku



“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami) untuk menjaga istrinya…

Dan motivasi hebat buat para istri (dan calon istri) untuk tetap mencintai suaminya…
=================
Replying to:
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya”, lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
**********
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
” Mario, suamiku….
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?”
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu,
Rima”
Di surat yang lain,
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………”
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
“Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”.



Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario……
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
………………………………………
Sumber : Botefilia
 
  #24  
Old
Origin...
 
Posts: 386
 
Replying to: View Post
kisah mengharukan seorang istri yang dimadu





bersambung ke part 2

akhirnya, aku menanggis juga hiks,,hiks,,sedih banget,,nget,,nget
 
  #25  
Old
denugr...
 
Posts: 672
 


Sedih semua cerita nyaa umiii,,
 
  #26  
Old
BeeLun...
 
Location: Jakarta pusat
Posts: 373
 
Mewek dot com judule.......
Bunda Ummi ceritanya sedih"makin sedih saja saya yang sedang ada masalah,tadinya tidak mau baca tapi penasaran....lega juga akhirnya saya bisa nangis
 
  #27  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
 


Kisah Nyata Istri Bersuami Dua


Replying to:
pembaca Yang Budiman Sebut saja nama saya Yanto (nama samaran)
Kisah ini saya alami lebih kurang lima tahun yang lalu
Namun rupanya rentang waktu tak mampu menyirnakan rasa sakit di hati saya
dimana saya sangat merasa terhina sebagai seorang kepala rumah tangga
dimana saya merasakan begitu terpuruk di jurang kehidupan paling dalam
Dimana aku merasa begitu tentram dan damai dalam rumah tangga kami

Kami menikah di awal maret 1995


Kami menikah atas dasar suka sama suka
dan tidak ada unsur pemaksaan atau intimidasi dari pihak manapun
Dan pertemuan kami pun sangat alami dan tidak ada sama sekali unsur rekayasa
Kami di pertemukan pada acara bakti sosial dan pengajian Ikatan Remaja Masjid
Kami pun berpacaran wajar dan tanpa neko-neko di''bumbui''dengan kenakalan remaja pada umumnya

Dan kami pun sepakat saling mengikat janji melalui tali pernikahan
Aku selalu berharap,,bahwa pernikahan akan aku alami hanya sekali selama aku hidup
Kami pun sangat komitt dengan itu semua


Seminggu dari resepsi pernikahan kami,
kami langsung pindah ke rumah baru kami
Yang sudah saya persiapkan jauh-jauh hari sebelum kami mengikrarkan janji setia kami di hadapan penghulu
Niatku adalah,agar aku bisa mandiri
Dalam membangun mahligai rumah tangga kami
Aku merasa begitu bahagia,
Karena niatku mempersunting gadis pujaanku akhirnya kesampaian juga
dan kebahagiaanku bertambah tatkala memasuki usia prkawinan 4bulan
Istriku mengandung


Aku terlahir dari keluarga pedagang,
Ayah dan Ibuku memberikan sebuah kios sembako yang lumayan besar
di bilangan Tanah Abang,,Jakarta.
Dan meskipun aku mempekerjakan beberapa orang karyawan
Namun aku tak mau lepas begitu saja
namun bukan berarti juga aku tak percaya atas kinerja mereka
tapi aku ingin lebih menguasai itu buat menopang kehidupan keluargaku yang baru seumur jagung
aku ingin menghidupi keluarga dari hasil jerih payahku dan tak mau membebani ayah ibuku
Dan aku ingin menuai sukses seperti ayahku


Di awal februari'96,anak kami lahir,,dia seorang bayi laki-laki yang ganteng
Wajahnya sangat mirip ibunya
Kebahagiaan kami tiada terhingga,,dan kami pun mengadakan syukuran yang meriah menyambut kehadiran buah hati kami
Dan hal ini semakin membuatku semangat dalam mengurus usaha saya
Meskipun aku begitu disiplin dalam mengurus usaha kami
aku juga lantas tak melupakan kewajibanku sebagai kepala rumah tangga
Aku setiap jum'at sore pulang ke kampung dan minggu sore aku kembali ke jakarta


Waktu terus berjalan dengan pasti,,
Aku sangat mencintai keluargaku,,
bagi-ku keluarga adalah segalanya
dan apapun yang mereka minta pasti aku memberikannya
Dan-aku sangat bersyukur,,selain dari limpahan materi yang lebih dari cukup
Waktu itu isteriku tengah mengandung anak kami yang kedua


Tentu kesempurnaan hidup yang telah aku raih,,membuat aku sangat bersemangat
dalam menjalankan kehidupan sebagai kepala rumah tangga
Dan aku berencana menunaikan Ibadah Haji
setelah putera kedua kami lahir
Dan moment yang kami nantikan akhirnya datang jua
anak kedua kami lahir,,dan bayi perempuan yang cantik
Kami tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah swt,,
Yang telah menganugrahkan ni'mat-Nya yang tak terhingga bagi keluarga kami


Dan aku semakin memantapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji
Namun rupanya niatan kami kali ini,,harus di tangguhkan lagi
Karena tanpa kami duga,,ketika bayi perempuan kami menginjak usia 6 bulan
Istriku kembali mengandung
Kami bukan tak mensyukuri karunia yang begitu besar,,
walau aku sempet kaget,,sekaligus bahagia,,
karena rupanya Allah swt, sangat percaya kepada kami
dengan menitipkan amanah-Nya dengan dikaruniai anak yang banyak


Tanpa perlu saya rinci selama istri saya mengandung
Putri ketiga kami pun terlahir,,dan aku pun mengutarakan nadzar ibadah haji ku pada istriku
Dan istriku berpendapat nanti saja kalau putri kami yang dua sudah cukup besar
baru kami akan berhaji,,istriku tak tega kalau harus meninggalkan mereka yang masih kecil-kecil
dan aku pun menyetujuinya

Waktu terus berjalan
tak terasa putri-putri kami sudah cukup besar
Dan sudah saatnya kami melaksanakan nadzar yang kami ucapkan
Tapi entah mengapa,,selalu ada saja alasan yang di kemukakan istriku sebagai penolakan halusnya
dan agar kami tidak cek-cok,aku pun ikuti saja kemauannya


Seperti-kebiasaan sebelumnya setiap minggu sore aku berangkat ke jakarta
guna memantau Kios-kios ku,,yang sudah dapat aku kembangkan menjadi 4 kios
Dua di Tanah Abang dan Dua lagi Di pasar senen,,jakarta
baru sehari aku di jakarta,,sebuah mobil box ku mengalami kecelakaan
Mobilku hancur dan tentu juga semua barang-barang di dalamnya ikut hancur tak tersisa
Dan seorang karyawanku yang berposisi sebagai kernet di mobil itu meninggal dunia
dan alhamdulillah sang sopir masih bisa selamat
walau harus di rawat di rumah sakit,karena mengalami luka yang serius
Dan entah mengapa,,ada perasaan was-was dihatiku
dan ingat selalu anak istriku di kampung
Maka buat memastikan mereka baik-baik saja
dan memberi kabar musibah aku menlpon mereka
Alhamdulillah mereka baik-baik saja
namun walaupun aku tahu kabar mereka
aku rasa hatiku begitu gelisah,


Malam itu ketika tidurku sedang nyenyak aku terbangun karena mimpiku begitu buruk
aku beberapa kali istighfar
Dan buat menenangkan hati aku shalat tahajjud
Setelah selesai tahajjud,maksudku ingin melanjutkan tidurku
Namun sama sekali mata ini tidak mau terpejam
Dan entah bagaimana,,ada sebersit niat pulang ke kampung halaman
maka dini hari itu juga aku,pulang kampung

Aku tak ngasih kabar pada isteriku
tokh nanti juga aku sampai dirumah dan kasihan kalau kepulangan mendadakku itu membuat cemas orang rumah

Pagi itu aku sampai di rumahku
aku sempet heran mengapa istriku tidak ada dirumah
pembantuku menjelaskan bahwa istriku menginap di rumah orangtua nya,,
karena kangen pada mereka
begitulah kata mbok isah yang sudah menyertai kami semenjak kami menikah dan pindah di rumah ini
aku dan isteriku bahkan sudah menganggap nya sebagai keluarga kami


Mungkin sudah kehendak yang Maha Kuasa
semua kejadian harus terungkap
tanpa sengaja aku membuka lemari rias isteriku,
Demi mencari sesuatu yang aku perlukan
yang kebetulan tak terkunci dan anak kunci masih tergantung di situ
Namun betapa kagetnya aku demi meliat satu album fhoto
disana ada fhoto isteriku dan juga anakku


Namun yang lebih membuatku tak mengerti
mengapa isteriku mengenakan busana pengantin,,tapi dengan pria yang lain??
apa ini maksudnya???
dan apa sebenarnya yang terjadi???
itulah-pikiran yang berkecambuk di otakku

Aku tak mau punya pikiran jelek dahulu
sebelum menanyakan yang sesungguhnya pada isteriku,
maka aku pun segera menyusul ke rumah orangtuanya
setel-ah sebelumnya mengamankan anak kunci
juga mewanti-wanti pada bi isah,,agar kepulanganku jangan di sampaikan dahulu pada isteriku


Aku kaget bukan kepalang,
ketika ternyata isteriku tak ada di rumah orangtua nya
bahkan orangtua isteriku seperti kaget ketika tahu aku datang
pikiranku mulai kacau dan mulai punya prasangka buruk terhadap isteriku
namun aku juga tak mau gegabah menuduh
isteriku yang bukan-bukan,karena dia lah yang selama 12 tahun mendampingi hidupku
dan telah memberikan 3''permata hatiku''.

Ku telpon dia,dan ketika sudah terhubung,aku katakan bahwa aku sudah pulang dari jakarta
demi mendengar aku sudah pulang
ku dengar dia agak gugup,,
dan ketika ku tanya dia berada di mana?
dia mengatakan bahwa dia berada di rumah orang tuanya
dan kini jelaslah aku bisa menarik kesimpulan bahwa nyata isteriku telah berbohong
dan aku tetep berusaha menenangkan diri,ketika ibu mertuaku menanyakan ada apa?
aku jawab tidak ada apa-apa.


Aku punya firasat,,bahwa isteriku akan datang ke rumah ibunya,,
Maka dari itu segera saja aku menyembunyikan mobilku,
di sebuah bengkel yang cukup jauh dari rumah mertuaku.

Setelah mobilku titipkan
aku segera kembali ke rumah mertuaku,namun aku sembunyi
Dan dugaanku sangat tepat
sekitar kurang lebih dua jam
sebuah mobil berhenti tepat di depan pekarangan rumah mertuaku
dan aku hapal betul,,itu mobil isteriku
Penumpan-g mobil itu segera turun
dialah isteriku dan anakku yang nomor 2 dan 3.

Lalu ku lihat dia berbincang-bincang dengan sopirnya


Dan entah mengapa dan apa yang mereka bicarakan
sang sopir itu pergi
Sebelum masuk ke rumah,isteriku terlihat mengeluarkan ponselnya
dan ternyata dia menelponku,,
dia minta di jemput ke rumah orangtuanya karena sopirnya sakit
dan tak bisa bawa mobil
padahal aku jelas melihat bahwa dia sehat wal afiat
ketika aku sedang berbincang dengan isteriku melalui ponsel
ku lihat ibu mertuaku keluar dan mengatakan sesuatu,,mungkin memberi tahukan kedatanganku
segera kujawab telponnya,,bahwa aku sangat lelah,ingin istirahat
pulang saja sendiri,,karena mama juga bisa bawa mobil.
Dan ponsel ku matikan,dan aku segera memacu kendaraanku pulang ke rumah
dan aku pura-pura tidur di kamar


Tak seberapa lama,isteriku datang di bareng ibu mertuaku
Ku lihat isteriku begitu gugup,dan terlihat mencari sesuatu
Aku paham bahwa isteriku mencari anak kunci yang aku sembunyikan
aku pura-pura kaget dengan kegaduhan kecil yang di buat isteriku
melihat aku bangun,isteriku segera meminta maaf,telah membangunkan tidurku
aku berusaha tetap tenang meskipun hatiku sudah sangat curiga
dengan semua yang dia lakukan hari ini,dan aku sangat jelas melihatnya sendiri


Segera aku bangun,dan aku menanyakan mencari apa gerangan
dia mengatakan sedang mencari anak kunci,
mau mengambil sesuatu barang,dan ibunya sangat memerlukan barang itu
begitulah alasan yang dia kemukakan
aku tahu sebenarnya apa tujuannya,maka dari itu
aku tetep pura-pura tak tahu
''Mungkin kau lupa nyimpen barangkali''
begi-tu kataku,dan aku segera keluar menemui ibu mertuaku
sementara istriku masih sibuk mencari anak kunci lemari riasnya
diluar,
setelah aku meletakkan kunci di atas guci di ruang tangah
aku segera mengatakan bahwa,kunci yang di cari ada di sini
isteriku segera mengambur keluar dari kamar dan masuk kembali dan mengunci pintu kamar
ketika ku tanya mengapa pintu di kunci??
dia mengatakan akan ganti pakaian dahulu
dan beberapa lama kemudian dia keluar dan menyerahkan sesuatu pada ibunya
dan ibunya pun pulang diantarnya

ku lihat ada rasa was-was di wajahnya yang dia sembunyikan

Aku merasakan bahwa telah terjadi sesuatu dengan isteriku
Sepulang-dia dari mengantarkan ibunya pun
aku rasakan ada hal aneh pada dirinya
dia seakan-akan tiba-tiba dingin,padahal itu bukanlah karakternya
dan menghadapi aku pun sepertinya dia canggung

Maka karena rasa penasaranku yang amat sangat,
maka sore itu ku tanyakan pada dia ada apa sesungguhnya yang terjadi
yang membuat aku sangat aneh,
dengan pertanyaan ringan itu saja isteriku malah marah bukan kepalang
dia menuduhku bahwa aku punya simpanan
dia juga menuduh aku sering bermain dengan wanita lain di pub-pub
dan seabrek tuduhan lainnya yang dia lontarkan padaku
dan masih kata dia,katanya aku suka menjelek-jelekan dia di depan kawan-kawanku dan mau menceraikannya
dan tuduhan itu sangat tidak mendasar,
dan satupun rasanya belum dan tak mungkin aku lakukan
Dan bukan maksud riya atau lainnya
kalau''bermesraan''dengan sang khaliq,melalui Qiyamullail di sepertiga malam
memang itulah yang selalu ku lakukan baik di jakarta,maupun di kampung
dan setelah dia menuduh dan menumpat-umpatku dia berlari ke dalam kamar dan menangis sejadi-jadinya


Aku-di buat kaget,namun aku segera mengendalikan keadaan
dan aku merasakan bahwa masalah serius sedang menghadangku
ku ketuk pintu kamar,namun tidak di gubrisnya sama sekali

Dan aku merasa ini perlu orang yang menengahi kami
segera ku telpon bapak dan ibu mertuaku
tak lama kemudian mereka datang
akhirnya setelah di bujuk oleh bapaknya,,isteriku keluar juga dari kamarnya
dan langsung menghambur ke ibunya,melihat itu semua,,ibunya menangis
aku tak enak hati juga,ketika bapak mertuaku,seakan memojokkanku,,
dan nyaris sama apa yang di katakan isteriku


Dengan sedikit amarah dan untunglah masih bisa menguasai keadaan
ku beberkan semua apa yang aku lihat dan telah di perbuat isteriku
dan ku telpon juga sang sopir isteriku
demi mendengar apa yang aku beberkan dan aku tanyakan pada isteriku
akhirnya-isteriku mengakui juga semua perbuatannya,,
setelah sebelumnya aku ancam akan memperkarakan mereka di pengadilan


Pemb-aca Yang Budiman
Demi mendengar pengakuannya,,bagaikan di sambar petir di siang bolong
antara percaya dan tidak,
Dia mengatakan bahwa dia telah menikah dengan lelaki yang ada di foto itu
dan dia pun mengakui bahwa anak yang nomor 3 dan yang nomor 4 (masih dalam kandungan)
adalah buah dari hasil perkawinan gelapnya
adapun pengakuan bapaknya,,yang telah berani menikahkan dia
karena merasa iba anaknya telah di siksa bathin nya oleh tingkahku
yang mempunyai isteri simpanan dan selalu bermain perempuan selama di jakarta
dan selalu menjelek-jelekan dia dan beberapa kali mau menceraikan anaknya


Namun,Alhamduli-llah,,InsyaAllah,,na-'udzubillahi mindzalik,,apa yang dituduhkan itu tidak ada satu pun yang saya lakukan
Hampir saja saya meraih pedang samurai yang menggantung dikamar
seandainya saya tak berpikir anak saya bagaimana
dan mengapa saya harus mengotori tangan saya dengan meladeni kebejatan merekaSempat juga saya berpikir akan membawa kasus ini ke jalur hukum


Namun saya tak mau hati saya tambah sakit dan mengurusi hal nista seperti itu
malam itu juga istri saya usir dari rumah
paginya saya hubungi pengacara terbaik di kota saya,untuk mengurus peceraian saya
memang hati saya teramat sakit
bahkan lebih sakit dari apapun
namun saya terima ini sebagai cobaan dari Allah swt

Sudah Lima tahun kejadian ini terjadi,,namun sakitnya di hati ini tak mau sirna


Sebagai kepala rumah tangga,,begitu terhinanya saya
saya sadar bahwa ini taqdir Allah swt,tapi mengapa isteri dan mertua laki-laki begitu tega berbuat itu dan memfitnah saya

Dimata istri saya,,
saya mungkin dianggap seonggok sampah yang tiada guna
Dan dengan mudahnya dengan alasan tak jelas telah berbuat sehina itu

seandainya dia meminta saya untuk menceraikannya dahulu
baru menikah lagi,,
hal itu mungkin tidak akan terlalu membuat saya begitu sakit hati
Tapi ini???
Ya Allahu.....Ya karim....


Pembaca Yang Budiman
Ibu saya selalu menanyakan alasan mengapa kami bercerai??
aku hanya jawab sudah tidaak ada kecocokan
itu yang selalu ku katakan pada ibu saya
saya tak mau ibu saya hatinya terluka
Saya tak habis pikir mengapa istri saya dengan begitu mudahnya,
menghianati saya dengan seseorang yang baru dia kenal
itupun di kenalnya hanya dari Facebook


Saya tak menyangka Facebook menjadi syariat hancurnya kehidupan rumah tangga saya
seandainya dari dulu saya belajar bermain facebook
mungkin saya bisa mengontrol lebih dini tingkah laku istri saya
bagi saya beranggapan bahwa facebook tidak ada manfaatnya
hanya menghabiskan waktu percuma
sehingga ketika isteri saya menawari saya untu main facebook
sama sekali tak tertarik,,dan memang saya tak bisa memainkannya
namun setelah saya pelajari memang,,peluang perselingkuhan begitu besar di facebook
karena ada dukungan beberapa fitur rahasia,,seperti inbox dan setelah di inbox bisa saling tukar no.pe
Yah,,sebuah-perangkap syetan...

Lima tahun kejadian itu berlalu
saya seakan merasakan traumatik yang berkepanjangan untuk kembali berumah tangga
Saya lebih suka mengasingkan diri di sebuah pondok pesantren di lereng gunung ini
semua kios saya serahkan pada orang-orang kepercayaan saya


Mungkin ini teguran Allah swt,,agar saya tak boleh selalu terpaku pada dunia
Kabar terakhir dari mantan istri saya adalah
mereka cuma bertahan selama 7 bulan berumah tangga
mereka bercerai,,danmantan istriku tinggal di RS Jiwa,,
Ciawi,Bogo-r
dan kedua anaknya dititipkan di sebuah panti asuhan
Sementara Ibunya (Ibu mertua saya) meninggal dunia karena,,penyakit yang di deritanya.


Mungkin juga beban pikiran sehingga kondisi kesehatan beliau semakin melemah
masih ku ingat ketika terakhir kali beliau,mengatakan sangat sakit hati
atas perlakuan anak dan suaminya terhadap saya
namun apalah hendak di kata''Nasi sudah menjadi bubur''
''Maka saya pun mencari bumbu buat memperenak''rasa''bubur itu
karena saya yakin dibalik setiap musibah pasti ada hikmahnya
Saya hanya ingin,,kedua anak saya,,menjadi anak yang shalih dan shalihah
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ampunannya.

Wassal-amu'alaikum wr.wb


sumber: kisah nyata
 
  #28  
Old
ummi k...   TS 
 
Location: di persingahan
Posts: 4,357
 
Diary Seorang Isteri yang diragukan kehamilanya oleh suami


Replying to:
19 Oktober 2011 pukul 16:24

Aduh...sakitnyer. ..isk.... . aduuh....Bang sakit nye tak tahan saya" keluh Nisa pada suaminya Zakri.
"Apelah awak nie....lama sangat nak bersalin dah berjam-jam dah tak keluar-keluar juga. Penat dah saya tunggu. Nih mesti ader benda yang tak elok awak buat , itu lah sebab lambat keluar budak tu banyak dosa la tu" rungut Zakri pd Nisa.

Nisa hanya diam dan menahan sakit nak beranak, hampir 1 jam Nisa dalam bilik bersalin tapi baby tak keluar juga. Sebak hati Nisa bila Zakri berkata begitu. Sejak mengandung ada sahaja yang tidak kena dihati Zakri terhadapnya. Seakan-akan membenci Nisa dan anak yang dikandungnya. Jururawat datang memeriksa dan kemudian bergegas memanggil Doktor Johari. Doktor Johari (Doktor Peribadi) datang dan bergegas menyediakan keperluan menyambut kelahiran. Nisa hanya mendiamkan diri menahan sakit dan air mata meleleh panas dipipi bukan disebabkan takut atau sakit tapi rungutan Zakri tadi. Doktor Johari menyuruh Nisa meneran ...."Come on Nisa u can do it...once more...." Kata ransang Doktor Johari itu membuatkan Nisa bertenaga dan sekali teran sahaja kepala baby sudah keluar..."Good mummy" kata Doktor Johari selepas menyambut baby yang keluar itu.

Tiba-tiba Nisa terasa sakit lagi dan Nisa meneran untuk kali kedua dan keluar seorang lagi baby, kembar rupanya. "Nisa u got twin, boy and girl, putih macam mummy dia" kata Doktor Johari memuji Nisa. "Tahniah Zakri,it's a twin" Doktor Johari mengucapkan tahniah kepada Zakri. Zakri hanya mendiamkan diri setelah menyaksikan kelahiran anak pertamanya, kembar pulak. Memang Doktor Johari itu menyuruhnya melihat bagaimana keadaan kelahiran anaknya. Baby boy dan girl Nisa namakan Mohammad Danial dan Nur Dania.Nisa berasa lega... tapi Nisa masih lagi teringat kata-kata Zakri padanya sebentar tadi. Terlalu banyak kata-kata yang membuat Nisa selalu kecil hati .

Tapi Nisa tahankan sahaja. Nisa tahu kalau Nisa mengadu pada emak, Nisa akan dimarahi semula. Jadi Nisa hanya diam dan memendam rasa. Danial dan Dania diletakkan di nursery di Hospital itu sementara menanti Nisa berehat kemudian dapatlah Nisa menyusukan Danial dan Dania. Comel sungguh kembar Nisa. Nisa termenung dan otak fikirannya menerbang kembali detik-detik semasa Nisa mengandungkan kandungannya, Zakri selalu memarahi Nisa, ada sahaja yang tidak kena. Kata Nisa yang bukan-bukan, gila, ada sahaja tuduhan yang tidak masuk akal semuanya dihamburkan pada Nisa.

Tak sanggup Nisa hadapi semua itu tapi demi kandungannya, Nisa kuatkan semangat dan pendirian Nisa.
Ingat lagi waktu Nisa mula mengandung Zakri tak percaya Nisa mengandung anak dia, dua kali dia membuat pemeriksaan Antenatal samada Nisa mengandung.Zakri ragu anak dalam kandungan Nisa. Dia tak boleh terima baru tiga bulan kahwin dah mengandung.. .Nisa dah 2 bulan...Nisa cuma kosong selama sebulan selepas berkahwin. Nisa tak tau nak cakap apa.

Nisa balik rumah dalam kesedihan. Pada mulanya Nisa gembira bila mengandung tapi sebaliknya pula yg terjadi. Perasaan hati Nisa bangga Nisa dapat memberi zuriat kepada Zakri. Tapi apa yang Nisa dapat hanyalah tuduhan yang tak pernah terlintas di otak jemala Nisa. "Kenapa abang berlainan sekarang ni, tak macam dulu pelembut, suka berjenaka, ni tak asyik nak cari salah Nisa sahaja. Nape Bang?"soal Nisa pada Zakri .

"Kaulah penyebabnya. Tak yah nak tunjuk baik plak" Zakri menempelak Nisa "Jantan mana yang kau layan kat opis kau tu" sergah Zakri lagi. "Abg syak Nisa ngan lelaki lain ke? Kenapa Abg syak yg bukan-bukan, Nisakan isteri Abang yang sah tak kanNisa nak buat jahat ngan orang lain pulak Bang"? terang Nisa pada Zakri. "ALLAH dah bagi kita rezeki awal,tak baik cakap cam tu. Itu semua kehendak ALLAH" Nisa senyum dan menghampiri sambil memeluk badan suaminya tetapi Zakri meleraikan pelukan Nisa dengan kasar sehingga Nisa hampir tersungkur. Nisa menangis dan sedih. Zakri buat tak tahu sahaja. Deraian airmata Nisa semakin laju.

Nisa hanya mampu menangis. Terasa dada .Nisa sakit menahan semua tohmahan dari Zakri, suaminya yang sah. "Woi, benda-benda tu bole terjadilah Nisa, kawan baik ngan bini sendiri, suami sendiri, bapak ngan anak, hah emak ngan menantu pun bole jadi tau apatah lagi macam kau nie, tau tak. Tu dulu kawan kau lama tu yang satu opis ngan kau tu, Farid, bukan main baik lagi budak tu" marah Zakri. "Entah-entah keturunan kau, darah daging kau pun tak senonoh.... heee teruk. Nasib aku la dapat bini cam engkau ni"kutuk Zakri lagi pada Nisa. "Bawa mengucap Bang, jangan tuduh saya yang bukan-bukan saya bukan perempuan tak tentu arah walaupun saya menumpang keluarga ni , saya bukan jenis macam tu saya tau akan halal haram, hukum hakam agama.

"Walaupun saya tak tau asal usul keluarga kandung saya, saya bersyukur dan berterima kasih pada emak kerana jaga saya dari kecil dah macam darah daging saya sendiri" kata Nisa pada Zakri. "Tapi Abang tak boleh hina keluarga kandung saya walaupun saya tak pernah tengok muka ayah dan mak kandung saya. Mereka lahirkan saya kedunia,"ucap Nisa sambil menangis.

Semenjak kejadian itu Nisa terpaksa mengikut Zakri ke tempat kerjanya apabila habis waktu kerja. Nisa berehat di Surau tempat Zakri bekerja. Zakri bekerja di salah sebuah Pusat membeli belah dan kerjanya mengikut shif.Kalau Zakri shif malam terpaksalah Nisa menunggu Zakri sehingga pukul 10.30 malam - 11.30 malam sehingga habis Pusat membeli belah itu tamat waktu perniagaannya. Nisa terpaksa berbohong pada emak dan keluarga lain dengan mengatakan Nisa buat overtime di pejabat. Nisa terpaksa berbuat demikian kerana tidak mahu dikata-kata dan dituduh lagi. Dengan keadaan perut semakin membesar Nisa gagahkan juga.

Tetapi kadangkala Zakri tidak menjemput Nisa di tempat kerja terpaksalah Nisa menaiki bas. Begitulah Nisa sehinggalah Nisa hampir pada waktu bersalin Nisa. Kalau diminta jemput...macam- macam kata kesat dilemparkan pada Nisa, perempuan tak tau berdikarilah, berlagak senang lah, lagak kaya lah. Pernah suatu hari Nisa naik marah kerana Zakri jemput Nisa lambat sampai sakit pinggang Nisa menunggunya. Nisa menangis. Zakri tiba-tiba naik angin dan cakap perangai Nisa macam firaun la, perempuan tak sedar dirilah, tak layak jadi isterilah, menyusahkan macam-macam kata nista dilemparkan pada Nisa.

Nisa tambah sedih mengenangkan diri Nisa, ngadu kat emak takut dimarahi pula...bila Nisa balik ke rumah, mereka berdua akan berlakun yang mereka tidak bergaduh...Nisa sedaya upaya tidak mahu menunjukkan yang masalah melanda perkahwinannya. Kasihan Nisa...dalam keadaan yang begitu Nisa masih mampu bertahan, masih kuat lagi emosinya. Satu hari Zakri dalam keadaan marah telah menarik rambut Nisa dan menghantukkan kepala Nisa ke dinding...Nisa hanya mampu menangis dan menanggung kesakitan gara-gara Nisa nak pergi ke rumah Mak Usu Nisa yang ingin mengahwinkan anaknya di Tanjung Karang. Emak Nisa dah seminggu pergi ke sana untuk menolong.

Hari dah mula petang jadi Nisa mendesak agar bertolak cepat kerana kalau hari malam nanti bahaya , "Kita nak jalan jauh ni Bang. Biarlah kita pergi awal sikit bolehlah tolong apa yang patut. Masa nilah kita nak membalas pertolongan mereka, ingat tak masa kita kahwin mereka bekerja keras kan "kata Nisa pada Zakri. Zakri ketika itu sedang berehat menonton. "Bang dengar tak ni, lagi pun hari dah mula gelap,takut plak hujan nanti"desak Nisa lagi. Tiba-tiba Zakri bangun dan mukanya bengis memandang Nisa "Kau tahu aku penatkan, tak boleh tunggu ker,suka hati aku lah nak pegi malam ke siang ke tak pegi langsung ker"marah Zakri. "Itu Nisa tau, Abang dah berehat dari pagi tadi Bang masih penat lagi, Nisa cuma nak ingatkan Abang aja"Nisa memberitahu Zakri. Zakri datang pada Nisa dan direntapnya rambut Nisa dan di hantukkannya kepala Nisa kedinding.

Nisa tak dapat buat apa. YA ALLAH sanggup Zakri berbuat demikian...terasa kebas kepala Nisa dan mula membengkak. Pening kepala Nisa dibuatnya. "YA ALLAH kau kuatkan iman aku YA ALLAH, lindungilah aku dan kandungan aku dari bahaya YA ALLAH" doa Nisa dalam hatinya. Nisa memencilkan diri Nisa disudut dinding dan menangis.Zakri kemudian duduk diam. Nisa rasa kepala Nisa macam nak pecah. Kebas masih lagi dan embengkak.. .berdenyut2. .."Bang, Nisa minta maaf jika Nisa membuat Abang marah" Nisa memohon maaf pada Zakri sambil teresak-esak.

Treet,Treet, Treet, Treet....bunyi handphone Zakri. "Sapa plak nie sebok je....."Rungut Zakri yang tengah sibuk berborak dengan kawan-kawan di salah sebuah caf?. "Hoi, Encik Zakri, bini ko kat wad tak gi jengok ke, apa punya laki ko nie? sindir Azlan, kawan pejabat Zakri. "Alah, dia sihat je kat wad tu, makan tanggung berak cangkung, ha,ha,ha"gelak Zakri dan kawan-kawan lain. Azlan cuma berdiam diri. "Senangnya hidup Zakri nie tak ader risau langsung pasal bini dia"cetus hati Azlan.

"Akulah kalau bini aku masuk wad bersalin aku sentiasa dok sebelah dia tau...mereka perlukan kita masa tu...nyawa mereka dihujung tanduk semata-mata nak melahirkan zuriat yang dari darah daging engkau tau, cuba fikir sikit" Azlan mengingatkan Zakri. "Iyelah, Lan, lagipun Nisa dah bersalin, selamat dah, sekarang tengah berehat laaa, apa aku nak risau lagi" jawab Zakri selamba. "Suka hati kau lah, tapi kalau ader apa-apa nanti kau jangan menyesal Zakri, sesal tak sudah nanti" kata Azlan lagi.

Treet, Treet, Treet....bunyi handphone Zakri. "Hello Zakri speaking" jawab Zakri. "Hello Zakri, Doktor Johari sini, ade masalahlah Zakri, pasal Nisa, datang segera ke hospital ye Zakri, Nisa tidak sedarkan diri........ ."panggilan kecemasan dari Doktor Johari "Iye ke, teruk ke dia Johari , okay I atang"...tuttttttt . Zakri menamatkan perbualannya dengan Doktor Johari. "Lan. Kau kut aku, Nisa tak sedar diri ..."ajak Zakri pada Lan. "Hah, tadi kau kata bini kau sihat"tanya Lan pada Zakri. "Alah jom ler cepat" desak Zakri.

"Zakri, kami tak dapat selamatkan Nisa, Nisa mengalami pendarahan otak yang serius, sebelum nie pernah tak Nisa jatuh atau...terhantuk kuat cause sebelah kanan kepalanya kelihatan bengkak dan ada tanda lebam. Mungkin kesan dah lama? tanya Doktor Johari dengan serius dan ingin penjelasan Zakri. Zakri hanya mendiamkan diri. Automatik otak Zakri teringat yang dia pernah menarik rambut Nisa dan menghantukkan kepala Nisa kedinding sekuatnya... dan selepas kejadian itu Zakri tidak pernah pun membawa Nisa ke Klinik untuk membuat pemeriksaan kepalanya dan semenjak kejadian itu Nisa sering sakit kepala yang teruk ...tapi Zakri tidak pernah mengendahkan kesakitan Nisa....baginya Nisa mengada-ngada ..saja buat sakit untuk minta simpati...tetapi sebaliknya.. ...Zakri hanya diam...."YA ALLAH apa aku dah buat" rasa bersalah membuat dirinya rasa menggigil...

"Doktor Zainal yang merawat Nisa kerana Nisa mengadu sakit kepala sewaktu Nisa memberi susu pada kembarnya di Nursery, sakit yang amat sangat katanya so Doktor Zainal membawa Nisa ke Lab untuk membuat scanning di kepalanya dan confirm otaknya ada darah beku tapi malangnya ia sudah ditahap yang kritikal, kami tak mampu lakukan apa-apa kerana Nisa tidak mahu di operation sebelum meminta izin dari kau Zakri, Nisa telah pergi dulu dengan tenang.Permintaan terakhir Nisa, Nisa minta kau membaca diarinya. I'm really sorry Zakri. ALLAH berkuasa Zakri kita tak dapat menghalangnya" kata Doktor Johari lalu memberikan Zakri sebuah diari yang berbalut kemas dengan kain lampin baby yang masih baru.

Zakri mengambil diari itu dan membuka setiap lembaran diari Nisa, setiap lembaran tertulis rapi tulisan Nisa dan peristiwa yang berlaku pada Nisa pada setiap hari , Zakri membacanya sepintas dan nyata keluhan,kesakitan segala luahan rasa Nisa semuanya tertera di iarinya. Dan Zakri dapati setiap peristiwa itu semuanya perlakuan buruk Zakri terhadap Nisa..."YA ALLAH kenapa aku buat Nisa begini" terdetik hati Zakri selepas membaca tiap lembaran diari Nisa. Dan terpandang oleh Zakri mukasurat akhir lembaran diari yang ditanda dengan bunga ros merah yang telah kering....membuat Zakri tertarik untuk membacanya.. . Untuk suami Nisa yang tersayang, I LOVE U Bang... "SELAMAT HARI ULANG TAHUN PERKAHWINAN YANG PERTAMA"

Assalamualaikum.
Abang,
Ingat tak bunga Ros merah ni, Abang berikan pada Nisa sewaktu mula mengenali Abang. Lama Nisa simpan bunga tu Bang...Bunga inilah lambang bermulanya perkenalan Nisa dengan Abang. Nisa benar-benar menyayangi Abang. Nisa menyimpan setiap hadiah yang abang bagi pada Nisa. Abang tak pernah tahu kan ... Itulah salah satu buktinya betapa sayangnya Nisa.. Terlebih dahulu Nisa ingin sangat dengar Abang panggil Nisa AYANG seperti kita baru kahwin...Abang panggil Nisa AYANG...terasa diri dimanja bila Abang panggil Nisa cam tu...walaupun Nisa dapat merasa panggilan AYANG itu seketika sahaja. Abang dah banyak berubah. Perkataan AYANG telah hilang dan tidak kedengaran untuk Nisa lagi. Kenapa? Bencikah Abang pada Nisa? Abang...mukasurat nie khas utk Abang. Bacalah semoga Abang tahu sayangnya Nisa pada Abang. Abang ingatkan hari nie hari ulangtahun perkahwinan kita yang pertama dan Nisa hadiahkan Abang....... Danial dan Dania. Untuk Nisa tak perlulah Abang bagi kerana tak ada apa yang Nisa inginkan melainkan kasih sayang Abang pada Nisa. Nisa akan pergi mencari ketenangan dan kedamaian untuk diri Nisa. Nisa pergi untuk menemui NYA.
Nisa harap Abang akan menjaga Danial dan Dania dengan baik dan jangan sekali-kali sakiti mereka. Danial dan Dania tak tahu apa-apa. Itulah hadiah paling berharga dari diri Nisa dan mereka adalah darah daging Abang. Jangan seksa mereka. Abang boleh seksa Nisa tapi bukan mereka. Sayangilah mereka...Nisa ingin mengatakan bahawa Nisa tak ada hubungan dengan sesiapa melainkan Abang sahaja di hati Nisa. Jiwa dan raga Nisa hanya untuk Abang seorang. Terima kasih kerana Abang sudi mengahwini Nisa walaupun Nisa in cuma menumpang kasih disebuah keluarga yang menjaga Nisa dari kecil hinggalah Nisa bertemu dengan Abang dan berkahwin. Nisa harap Abang tidak akan mensia-siakan kembar kita dan Nisa tidak mahu mereka mengikut jejak kehidupan Nisa yang malangkerana menumpang kasih dari keluarga yang bukan dari darah daging nisa....tapi Nisa bersyukur kerana dapat mengecapi kasih sayang sepenuhnya dari keluarga ini. Nisa harap sangat Abang akan sentiasa memberitahu pada kembar kita yang Nisa ibunya akan sentiasa bersama disamping kembar kita, walau pun Nisa tak dapat membelai dan hanya seketika sahaja dapat mengenyangkan kembar kita dengan air susu Nisa. Berjanji pada Nisa dan ingat DANIAL dan DANIA adalah darah daging abang...Ampunkan Nisa dan halalkan segala makan minum Nisa selama setahun kita bersama. Sekiranya Abang tidak sudi menerima Danial dan Dania berilah pada emak Nisa supaya emak menjaga kembar kita dan segala perbelanjaan Nisa dah buat nama emak untuk KWSP Nisa. Biarlah emak menjaga kembar kita sekurang-kurang terubat juga rindu emak sekeluarga pada Nisa nanti bila memandang kembar kita. Comel anak kita bang..Dania mengikut raut muka Abang...sejuk kata orang dan Nisa yakin mesti Danial akan mengikut iras raut wajah Nisa...Ibunya. ..sejuk perut Nisa mengandungkan mereka. Inilah peninggalan Nisa untuk Abang. Semoga Abang masih sudi menyayangi dan mengingati walaupun Nisa sudah tiada disisi Abang dan kembar kita.
Wassalam.

Salam terakhir dari Nisa Untuk Abang dan semua.
Doakan Nisa.
Ikhlas dari
Nur Nisa


Sabarlah Zakri, ALLAH maha berkuasa. Kuatkan semangat kau, kau masih ada Danial dan Dania" pujuk Azlan. Zakri hanya tunduk membisu. YA ALLAH,Nisa maafkan Abg Nisa. Zakri longlai dan diari ditangannya terlepas, sekeping gambar dihari pernikahan antara Zakri dan Nisa jatuh dikakinya dan Zakri mengambilnya. Belakang gambar itu tertulis "HARI YANG PALING GEMBIRA DAN BAHAGIA BUAT NISA DAN SEKELUARGA. NISA DISAMPING SUAMI TERCINTA SELEPAS DIIJABKABULKAN. SEMOGA KEGEMBIRAAN DAN KEBAHAGIAAN AKAN MENYELUBUNGI DIRI NISA DAN KELUARGA NISA HINGGA KEAKHIR HAYAT NISA.

Zakri terjelepuk dilantai dan berjuta penyesalan merangkumi seluruh tubuhnya. Zakri seakan orang hilang akal. Satu demi satu setiap perlakuannya terhadap isterinya Nisa seperti terakam dalam kotak otaknya...setiap perbuatannya. ..seperti wayang jelas terpampang.. . kenapalah sampai begini jadinya...kejamnya aku...Nisa, Nisa, Nisa maafkan Abang Nisa. Sewakt jenazah Nisa tiba dirumah suasana amat memilukan. Zakri tidak terdaya untuk melihat keluarga Nisa yang begitu sedih atas pemergian Nisa. Namun emak Nisa begitu tabah dan redha. Danial dan Dania sentiasa di dalam pangkuan neneknya.Saat akhir untuk melihat Jenazah Nisa, Zakri lihat muka Nisa tenang bersih dan Zakri kucup dahi Nisa buat kali terakhir seakan-akan lirik mata Nisa mengikuti wajah Zakri.

"Nisa Abang minta ampun dan maaf" bisik Zakri perlahan pada telinga Nisa sambil menangis dengan berjuta penyesalan menimpa-nimpa dirinya. Apabila Zakri meletakkan kembar disisi ibunya mereka diam dari tangisan dan tangan dari bedungan terkeluar seolah-olah mengusapi pipi ibu mereka buat kali terakhir dan terlihat oleh Zakri ada titisan airmata bergenang di tepi mata Nisa. Meleleh perlahan-lahan bila kembar itu diangkat oleh Zakri. Kembar menangis semula setelah diangkat oleh Zakri dan diberikan kepada neneknya.

Jenazah Nisa dibawa ke pusara dan ramai yang mengiringinya termasuklah kembar bersama. Walaupun kembar tidak tahu apa-apa tapi biarlah kembar mengiringi pemergian Nisa, Ibu mereka yang melahirkan mereka. Amat sedih ketika itu.. Zakri tidak mampu berkata apa-apa melainkan menangisi pemergian Nisa yang selama ini merana atas perbuatannya. Dan akhirnya Jenazah Nisa selamat dikebumikan. Satu persatu orang ramai meninggalkan kawasan pusara dan akhirnya tinggallah Zakri keseorangan di pusara Nisa yang merah tanahnya...meratapi pilu, berderai airmata dengan jutaan penyesalan ...YA ALLAH , kuatkan hambamu ini YA ALLAH.

Hanya KAU sahaja yang mengetahui dosa aku pada Nisa....ampunkan aku YA ALLAH....akhirnya Zakri terlelap disisi pusara Nisa bermimpikan oleh Zakri,Nisa datang mencium tangan, mengucup dahi dan memeluk Zakri dengan lembut mulus. Zakri melihat Nisa tenang dan jelas kegembiraan terpancar dimuka Nisa Putih bersih. Nisa, Nisa, Nisa nak kemana Nisa, Nisa, Nisaaaaaa. Zakri terjaga dari lenanya. Terngiang-ngiang suara kembar menangis.

"YA ALLAH ,Zakri,Zakri bangun Zakri...dan hampir senja ni, mari kita balik, kenapa kau tidur kat sini Zakri?" tegur abang long , abang ipar Zakri. Dari jauh Zakri lihat emak dan kakak ipar mengendung kembar. Mereka menangis. Zakri berlari menuju ke arah kembarnya dan mengusap-usap ubun-ubun anak kembar dan secara automatik kembarnya diam dari menangis. "Danial, Dania anak ayah, ayah akan menjagamu nak...kaulah penyambung zuriat, darah daging ayah... emak, abang dan kakak ipar Zakri tersedu hiba dan mereka berlalu lemah meninggalkan pusara Nisa....

sumber: kisah nyata, negeri seberang
 
  #29  
Old
hong p...
 
Posts: 383
 
Replying to: View Post
Mewek dot com judule.......
Bunda Ummi ceritanya sedih"makin sedih saja saya yang sedang ada masalah,tadinya tidak mau baca tapi penasaran....lega juga akhirnya saya bisa nangis
iya. aku juga jadi mewex, padahal aku bukan wanita cengeng lho.

untuk ibu Beelunna, semoga cepat baikan ama suami ya bu,,,
 
  #30  
Old
BeeLun...
 
Location: Jakarta pusat
Posts: 373
 
Replying to: View Post
iya. aku juga jadi mewex, padahal aku bukan wanita cengeng lho.

untuk ibu Beelunna, semoga cepat baikan ama suami ya bu,,,

Salam kenal bunda Hong puff....iya bunda yang bukan wanita cengeng saja jadi mewek apalagi saya.....
Terima kasih ya bunda,saya hanya bisa berharap saya mendapatkan jalan terbaik untuk saya dan suami...
 
Silakan daftar untuk menulis pesan :-)


Topik yang mirip
Thread Thread Starter Forum Replies Post Terakhir
Kelebihan BB -- Ngobrol Apa Saja 3
BBJ kelebihan 1 week??? -- Diskusi Umum 7
Normal apa kelebihan yah??? -- Diskusi Umum 28
kelebihan air ketuban -- Diskusi Umum 0
Pengencang Payudara dan Cegah Kanker Payudara -- Area Promosi 5


Zona waktu GMT +7. Waktu saat ini adalah 06:13.


IbuHamil.com - Forum Informasi Kehamilan
Forum diskusi kehamilan dan komunitas ibu hamil terbesar di Indonesia
© 2024 IbuHamil.com