| Selamat datang di IbuHamil.com, sebuah forum seputar kehamilan. Untuk bertanya atau diskusi dengan bumil lain, silakan bergabung dengan komunitas kami. | | | |
Halo semua Salam kenal
Saya berkarir selama 5 tahun dan akhir 2011, saya mengambil keputusan resign untuk memulai bisnis saya sendiri. Saya belum menikah, tapi saya memberanikan diri untuk maju karena saya ingin saat saya menikah dan punya anak nanti, saya sendiri yang akan mengurus, mendidik, dan membesarkan mereka karena itu tanggung jawab saya sebagai seorang muslimah. Karena prinsip saya, jika saya meninggal, yang akan dipertanyakan Allah SWT nanti adalah bagaimana saya mendidik, membesarkan, mengayomi anak-anak saya yang merupakan anggung jawab utama saya sebagai seorang ibu. Allah tidak akan menanyakan pada saya di akhirat nanti, seberapa tinggi karir saya di dunia, berapa banyak uang yang berhasil saya kumpulkan. Tidak. Karena bukan itu tujuan utama saya di dunia ini Kursus Bahasa Inggris Online MennaSa Belajar Bahasa Inggris Lebih Efektif dan Nyaman Bagi Anda
| | |
salam kenal smuanya.....
aku jg ngalamin yg namanya "dah sklolah tinggi d PTN yg bagus,cumlaude pula". sblm wisuda aq dah kerja n nikah dulu,6bln kemudian resign cz suami dah pengen bngt pny baby. Tmpt krja suami yg di desa jg g memungkinkan aku bolak balik k kota,cz jauh banget. di rumah banyak bosennya,tp untungnya suami kerja cm smpe jm 2siang,jd lmynlah. untungnya juga suami ngebolehin aku sehari nginap di kost tmn kuliah yg dah kerja,jalan2,ngebeliin apa2 yg tak suka,trus ngambil alih tugasku buat ngasih k ortuku juga. jadi skrng cm bisa ber
syukur dapat suami sebaik dia yang selale ngebimbing aku. smoga kami cepet dikasih baby ma Allah.amin.......
| | | | | Location: Tangerang
Posts: 225
| |
Replying to:
Hebat rasanya ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji jutaan rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan sering menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negri untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah dia raih. Benar seperti itukah?
Kebanyakan orang akan beranggapan demikian. Sesuatu dikatakan sukses lebih dinilai dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi akan dianggap remeh. Cara pandang yang demikian membuat banyak dari wanita muslimah bergeser dari fitrohnya. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita ‘menunjukkan eksistensi diri’ di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang rendah.
Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama “Sekarang kerja dimana?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk “Saya adalah ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar. Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude hendak berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak, dia harus berhadapan dengan “nasehat” dari bapak tercintanya: “Putriku! Kamu kan sudah sarjana, cumlaude lagi! Sayang kalau cuma di rumah saja ngurus suami dan anak.” Padahal, putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya. Disana ia ingin mencari surga. Ibu Sebagai Seorang Pendidik
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa perbaikan masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, perbaikan secara lahiriah, yaitu perbaikan yang berlangsung di pasar, masjid, dan berbagai urusan lahiriah lainnya. Hal ini banyak didominasi kaum lelaki, karena merekalah yang sering nampak dan keluar rumah. Kedua, perbaikan masyarakat di balik layar, yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Sebagian besar peran ini diserahkan pada kaum wanita sebab wanita merupakan pengurus rumah.Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illallah.
Bagaimana hati seorang ibu melihat anak-anaknya tumbuh? Ketika tabungan anak kita yang usia 5 tahun mulai menumpuk, “Mau untuk apa nak, tabungannya?” Mata rasanya haru ketika seketika anak menjawab “Mau buat beli CD murotal, Mi!” padahal anak-anak lain kebanyakan akan menjawab “Mau buat beli PS!” Atau ketika ditanya tentang cita-cita, “Adek pengen jadi ulama!” Haru! mendengar jawaban ini dari seorang anak tatkala ana-anak seusianya bermimpi “pengen jadi Superman!”
Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu… jika seperti ini, bisakah kita begitu saja menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja?? Kita sama-sama tau lingkungan kita bagaimana (TV, media, masyarakat,…) Siapa lagi kalau bukan kita, wahai para ibu -atau calon ibu-?
Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak inginkah hari kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak kita, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah itu dengan bahagia.
Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang mau mengurus kita kalau kita tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin sedang asik dengan istri dan anak-anak mereka?
Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup, siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?
Lalu…
Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata ‘cuma’? dengan tertunduk dan suara lirih karena malu?Wallahu a’lam | alhamdulilah,,,, saya IBU RUMAH TANGGA SEJATI....& saya bangga dg gelar itu!!!!
| | | | Location: Jepara
Posts: 11
| |
Iya bunda, aku jg berpikir spt itu. Tp ibu mertua selalu ngebandingin saya dengan keluarga lain atau tetangga yg berkarir sbg pegawai berpenghasilan jutaan rupiah. Kadang sedih bila diomongin itu lagi. Pdhl saya alhamdulillah irt yg jg buka toko kecil2lan. Smg Allah slalu menyertai langkah2 kita bunda.. Amin..
| | | | | Location: Jakarta, Pondok Pinang
Posts: 1,166
| |
Sebenernya jadi IRT atou wanita karir itu pilihan bun... Kalo emang pendapatan suami cukup untuk menghidupi keluarga tanpa istri harus bekerja...ya monggo jadi IRT... Tapi kan ga smua orang cukup hanya dengan pendapatan dari suami, makanya sebagai istri membantu.... IRT atou wanita karier ga ada bedanya...cuma mungkin waktu untuk keluarga lebih banyak IRT... Inti dari smua....mau IRT atou wanita karier yang penting bisa jadi istri n ibu yang baik buat suami n anaknya....
Smoga lancar sampe Due date nya..... Sehat terus ya nak didalem sana.... | | | |
aku sudah hampir 14 tahun bekerja..udah boseeeen banget, mana makin kesini dilema dengan tumbuh kembang anak-anak semakin banyak.
untung sejauh ini sudah bisa menghasilkan tabungan untuk membuat usaha sendiri, jadi In Sha Allah bulan Juni ato september tahun ini aku bisa pensiun dini jadi pegawai supaya bisa menemani anak² dirumah. amiiin
| | | | | Location: jakarta
Posts: 210
| |
Replying to:
Halo semua Salam kenal
Saya berkarir selama 5 tahun dan akhir 2011, saya mengambil keputusan resign untuk memulai bisnis saya sendiri. Saya belum menikah, tapi saya memberanikan diri untuk maju karena saya ingin saat saya menikah dan punya anak nanti, saya sendiri yang akan mengurus, mendidik, dan membesarkan mereka karena itu tanggung jawab saya sebagai seorang muslimah. Karena prinsip saya, jika saya meninggal, yang akan dipertanyakan Allah SWT nanti adalah bagaimana saya mendidik, membesarkan, mengayomi anak-anak saya yang merupakan anggung jawab utama saya sebagai seorang ibu. Allah tidak akan menanyakan pada saya di akhirat nanti, seberapa tinggi karir saya di dunia, berapa banyak uang yang berhasil saya kumpulkan. Tidak. Karena bukan itu tujuan utama saya di dunia ini Kursus Bahasa Inggris Online MennaSa Belajar Bahasa Inggris Lebih Efektif dan Nyaman Bagi Anda |
Benar menjadi wanita tugas utamanya adalah menjadi istri dan ibu yang baik. tapi mohon maaf jika saya tidak setuju dgn kata2 "saya hanyibu rumah tangga" menjadi IRT atau memiliki karier adalah pilihan. ga semua wabita IRT total bisa menjadi ibu yg baik dlm mendidik (bnyk contoh tetangga sy) dan ga semua ibu yang berkarier lantas mengabaikan tanggungjawab dlm mendidik anak2nya. saya Alhamdulillah tidak pernah menganggur. sejak lulus kuliah langsung dpt kerja. lalu resign dan tak sampai 2 bulan langsung dpt pekerjaan baru yg jauh lebih nyaman. saya justru mensyukuri karier yg saya punya sekarang sebagai kelebihan dibanding menjadi ibu rumah tangga biasa. dan sepertinya saya akan mati kebosanan jika hanya jadi IRT. sudah terbiasa aktif, terbiasa dg tuntutan deadline, bertemu klien dll malah membuat hidup saya lebih hidup.
prinsip saya selama Allah masih memberikan kemampuan kepada saya untuk bekerja, selama ilmu yg saya dapatkan masih bisa terpakai.. selama itu saya akan terus semangat menjadi wanita bekerja. dengan bekerja, seorang wanita/ ibu lebih pintar secara ilmu pengetahuan di banding IRT yg hanya diam dirumah. sorry ya bunda kl tidak berkenan dg pendapat saya. sekedar menyuarakan hati dan pikiran bahwa saya bangga menjadi IRT sekaligus punya karier. ini adalah motivasi kelak untuk anak2 sy bahwa ibunya bisa menjadi ibu yg baik sekaligus ibu yg pintar yg punya karier bagus. kewajiban saya memang menjadi ibu, tp jika keduanya bisa berjalan baik (rumah tangga/kantor) why not bunda??
Kadang Tuhan tak memberi dg cepat apa yg kita minta. tapi dgn pasti Dia memberikan apa yang terbaik untuk kita saat ini. | | | |
Iya dong bunda...kita mesti bangga jadi IRT..
kalau menurutq sih percuma kita udah sekolah tinggi2, menuntut ilmu dengan tekun, mancari informasi kesana-kemari untuk menambah pengetahuan..tapi anak kita diasuh dan dididik oleh oranglain yang notabene berpendidikan lebih rendah dari kita, terutama soal agama..
Bismillahi tawakaltu 'alallah... | | | | | | Location: kuta,badung
Posts: 348
| |
Iya setuju ma bunda jeanny.. liat dari sisi ekonomi juga.. kalo memang perlu penghasilan lebih gada salahnya istri kerja untuk membantu kehidupan rumah tNgga.. tpi harus tetap jadi IRT yang baik juga..
| | | | | Location: Indonesia
Posts: 389
| |
Bunda..
Aku IRT. Ga murni sih, hanya ada dagang kecil-kecilan yang hasilnya bisa buat jajan dikit (belum bisa bantu keuangan keluarga). Nikah Nov 2012. Saat diajak nikah kondisiku masih sarjana fresh graduate, belum diterima kerja. Aku pengen nikahnya diundur dulu, tunggu aku punya pengalaman kerja minimal 1 tahun. Karena berdasarkan syarat penerimaan kerja yang sering kubaca, jarang yang nerima perempuan status nikah yang tidak ada pengalaman kerja. Tapi suami plus keluarganya tetap keukeuh pengen kami cepat nikah. Keluarga suami (awalnya) ga masalah dengan statusku yg belum bekerja itu. Suami juga meyakinkan kalau beliau mampu menghidupiku dengan gajinya. Akhirnya aku lapangkan dada, mengorbankan impianku untuk bekerja dulu. Btw, kalau keluargaku sih maunya juga sama sepertiku, kerja dulu setahun baru nikah. Tapi karena anaknya sudah ada yang lamar, jadi diikhlasin. Kalau ditolak takut malah jauh jodohnya.
Dulu aku pernah bekerja sebagai anggota tim penelitian. Dapet honor, walaupun belum bisa disebut gaji tetap. Karena kerja kami hanya berdasar proyek. Ga ada proyek ya hanya dapat uang makan saja. Setelah nikah, untuk bekerja seperti itu sangat ga memungkinkan. Kerjanya capek bund... Lokasinya pun di pelosok. Kalau sudah ke lapangan minimal ninggailin rumah 3 hari. Kalau sudah dikejar deadline laporan, bisa-bisa tiap hari pulang malam. Apalagi untuk selanjutnya akan ada proyek di lain provinsi yang sangat jauh. Akhirnya aku putuskan untuk keluar dari pekerjaan itu.
Suami oke saja dengan keadaanku sekarang. Hanya kadang kalau beliau melihatku bosan di rumah, beliau nyaranin aku nyari kerja. Dengan syarat, kerjanya yang ringan aja, dan kalau sudah hamil harus berhenti bekerja. Tapi beliau tetap menekankan, kalau beliau lebih suka aku di rumah saja. Kalau mau cari 'uang jajan' ya dengan bisnis saja.
Nah kemarin aku kepikiran setelah kedatangan mertua. Mertuaku yang dulunya ga masalahin statusku yang 'pengangguran' (sebenarnya aku ga suka disebut seperti itu), terus-terusan menyinggung kenapa aku ga mau melamar kerja? Aku dah jelasin kalau aku udah sering nyari lowongan yang sesuai, tapi nol. Semua ada syarat 'single'. Prinsipku, daripada mencoba peruntungan lalu diterima dengan status single palsu, lebih baik aku tidak mengirim lamaran dari awal.
Mertuaku pikir kerjaku hanya di rumah setiap hari. Padahal, selain mengerjakan pekerjaan rumah (kami ga pake ART), kadang aku keluar untuk mencari barang dagangan. Segala yang bisa didagangkan, aku usahain selagi masih ada modal. Mertuaku hanya menanggapi perkataanku itu dengan tertawa. Beliau sangka aku main-main, pura-pura punya usaha. Aku diemin aja deh setelah itu. Mertua sebenarnya baik, aku ga pernah punya masalah dengan beliau. Hanya saja mungkin beliau risih karena aku terlihat seperti 'bisanya hanya minta suami', yang tak lain adalah anaknya sendiri. Beliau sering meminta kepada anaknya, bisa jadi beliau takut 'jatahnya' berkurang karena menantunya selalu 'menghabiskan' uang anaknya. Padahal sumoah demi Alloh keuangan kami juga sangat pas-pasan. Di tengah pas-pasan itu pun kami usahain selalu ngasih jatah ke mertua. Mungkin mertua berpikir, kalau aku bekerja, jatah untuk beliau bisa diberi secara utuh.
Saat curhat ke suami, alhamdulillah suami ga sependapat dengan ibunya. Suami cuma bilang, "Gak apa-apa." Jadi aku akan tetap bangga dengan statusku sebagai IRT plus pedagang dan pebisnis. Mau buka bisnis baru nih bund... Doakan yah biar ga dianggap sepele lagi
"Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kau dustakan?" (QS Ar-rahman : 13) Selimut Bayi Lucu | | | | | | Location: Dekat dengan Allah
Posts: 256
| |
Saya pengen deh jadi IRT kelak, dulu saya di kuliahin di universitas ternama, sekarang saya bekerja di perusahaan bagus (alhamdulilah), tapi kalo jadi IRT, saya lebih bersyukur lagi, gak aneh kan saya ? Kasihan anak saya, butuh saya pastinya
| | | | | Location: Pondok Kopi, Jakarta Timur
Posts: 181
| |
aku bangga lho... ketika kelak yang melihat pertama kali anakku bisa melangkah adalah aku bundanya.. bisa mengucapkan Allah, Bunda, ayah adalah aku yang pertama mendengarnya...
| | | | | Location: Bintaro Tangerang Selatan
Posts: 344
| |
Dari lubuk hati ku yg terdalam sih aku pengen bgt jd ibu rumah tangga bund.. Dan bisa buka bisnis dekat rumah biar gampang ngatur waktu untuk rumah dan anak...
Dan suami ku sangat baik dan sangat senang klo aku mau kaya gitu bund...
Soalnya aku pernah 3tahun kerja,Alhamdulillah aku sdh S1 dan kerjaan ku kurang lebih sama dg suami ku di perusahaan ternama.. Nah dsaat 3tahun itu,,suami ku ngerasa aku kok ya ga ngehargain uang2 yg dkasih suami ku,,ya aku klo dkasih suami ga pernah ngitung bund..prinsip ku saat itu "uang ku ya uang ku, uang suami ya uang ku " jd aku bnr2 ga ngerasa suami ngasih brp uang,,yg ptg saat itu uang ku byk bund...
Setelah risign kerja,krna smpat kuret,,skrg suami ku seneng bgt..kata nya aku jd lebih menghargai uang yg dia kasih,,meskipun lebih byk dlu...aku ttp bersyukur malah muka ku seneng bgt bund...
Trs tadi aku bilang sama ortu ku klo suami lbih senang klo aku jd IRT (khusus nya ibu ku ) : kata beliau ,,ih malu2 in bgt ga kerja, udh dsarjanain, si ini si itu istri ini istri itu pada cantik2 pada pinter2 pada kerja semua di bank di perusahaan ini itu.... trs kamu nanti mau kuper pake daster aja sama anak drumah,,diri masih muda rugi klo ga kerja... Gitu bund..
Ya Allah bund... Nyeseeekk bgt,,sumpah...
Jadi serba salah bund..... Apa sih yg salah dari seorang IRT,,apa karna status sosial aja kok ibu ku begitu bgt maluu nya....
Maaf jd curhat bund....
| | |
ªa̲̅kϋ mau ikutan tanggapi threadnya Ɣªª bunda..
Ketika kita menjadi istri dan ibu untuk anak2 kita
Kita memiliki tanggung jawab Чªπğ besar Ɣªª bunda untuk menjadi seorang Чªπğ bisa mengurus segala kebutuhan suami dan mengasuh anak2 kita hingga memiliki akhlak Чªπğ baik
Oleh karena itu dibutuhkan banyak waktu untuk mendidik anak kita
Jika seorang wanita mengabdikan dirinya untuk suami dan total mengasuh anak
Maka kita jadi nomer satu dimata اَللّهُ bunda.
Bunda G̶̲̅ãK̶̲̅ usah malu jadi ibu rumah tangga
Ibu rumah tangga is the best.
Kalau ingin memiliki penghasilan, bunda bisa berwirausaha dirumah
Biar negara kita jadi negara maju juga
Negara tergolong maju jika minimal 2% penduduknya berwirausaha
Semangadd Ɣªª bunda bunda ibu rumah tangga
| | | | | Location: DKI Jakarta
Posts: 256
| |
| Silakan daftar untuk menulis pesan :-) |