| Selamat datang di IbuHamil.com, sebuah forum seputar kehamilan. Untuk bertanya atau diskusi dengan bumil lain, silakan bergabung dengan komunitas kami. | | | | curhat lewat CERPEN bunda...
ini cerpen aku yang aku tulis untuk suami pas lagi sakit dan galau. waktu itu aku belum ketemu dengan bunda2 di ibuhamil.com jadi curhatnya jadi cerpen bun. selamat membaca ya?! moga bunda nggak bosan... Panas mata ini oleh lelehan keharuan, seakan tahu isi doa2ku, ternyata dia memiliki harapan yang jauh lebih besar untukku tetap di sisinya. sebuah bukti cinta, harapan dan impian. Menikah setelah 6 tahun menjalin kasih adalah hal yg sangat membuatku bahagia. Bersama kekasih dalam ikatan yang halal membuat kebahagian itu semakin merekah. Manisnya pernikahan terus mengalir dalam hari-hari kami. Namun, kebahagian itu harus segera teruji. Di saat kami masih merasakan kebahagian itu baru saja ternikmati, harapan dan mimpi yang telah kami lukiskan di angkasa terusik oleh awan gelap yang seketika juga kini membuat hujan di mataku. Apa yang aku alami awalnya kami optimis itu adalah pertanda benih cinta kami telah tinggal di rahimku. Namun pendarahan yang terus terjadi, terputus-putus, sering, dan menyertakan rasa sikit dan pusing yang berat mengantarkanku untuk memeriksakan diri ke bidan. Spotting karena kecapeaan, mudah-mudahan benar gejala hamil. Bidan pun menyarankan untuk melakukan USG di RSUD. Dan sesuatu yg mencengankanpun terjadi. Suamiku terlihat tegar, meskipun matax berkaca-kaca ketika dokter memvonis ada tumor di rahimku. “Jika ingin segera punya anak, tumor ini harus segera diangkat” perkataan dokter kala itu membuat sekujur tubuhku basah dan bergetar. Suamiku berbicara kapan akan dilakukan oprasi dan hal lain yang semakin sulit terdengar lagi olehku. Aku lunglai. Aku ingin menangis. Dia menguatkanku, melarangku untuk menangis, dan memintaku tetap optimis. Tapi di sudut malam aku menangis seperti orang gila karena rasa takut yang berkecamuk begitu hebat dalam dadaku. Aku tak ingin berpikir ini akan meruntuhkan mimpi kami. Kami memutuskan mencari second opinion ke dokter SPOG. Dan hasilnya benar ada tumor dalam rahimku. Dokter tak meyarankan oprasi, namun mengatakan aku harus memeriksakan diri setiap bulanya. Jika tumor dalam rahimku semakin membesar, maka dokter baru akan memberikan tidakan oprasi. Tentu ini sedikit melegakan untukku dan suamiku. Senyum kami mulai merekah sedikit lega. Hatiku mengucap syukur dan doa kepada pencipta. Bagaimana tidak, aku tak terbayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan seketika jika harus segera oprasi. Akupun tidak siap mental. Terlalu mendadak batinku. Sekantong obat yang harganya cukup fantastis harus kumakan rutin, aku tak boleh stress dan tak boleh kecapean. Suamiku pun melarangku mengerjakan terlalu banyak pekerjaan rumah. Kadang-kadang dia yang menggantikanku melakukannya. Aku sedih melihat hal ini. Sering aku mendapati mata suamiku sembab dan merasakan gemuruh dadanya yang bergoncang saat aku tertidur dalam pelukannya. Ya Allah, maafkan aku, aku terima aku yang sakit, tapi aku tak ingin suamiku bersedih seperti ini. Emosiku jadi tidak stabil. Kadang menjadi periang, seketika menjadi sangat manja sampai menagis merajuk. Aku semakin galau takut suamiku tak tahan dengan keadaan ini. Ia sudah cukup lelah bekerja seharian, lalu ia harus sabar mengatasi tingkahku yang mood-mood-tan. Obat habis, aku mencoba mengikuti saran mama untuk pengobatan alternatif. Namun, aku mengalami pendarahan lagi. Sakit kembali terasa mengerogoti perutku, pinggulku. Lemah, pusing, dan rasa ingin pingsan. Meski begitu takut, aku berjanji pada diriku untuk tidak menujukkan hal itu pada suamiku. Sebisa mungkin aku membuatnya tertawa jika wajahnya berubah murung. Cukup aku yang merasakannya. Namun dia seperti lebih tahu diriku, sepanjang malam dia menjagaku yang sulit terlelap meski terlihat menutup mata. Ehffff, Sesaklah dada ini oleh air mata. Di luar kisahku, ternyata seoarang sahabatku meninggal dunia. Dia menderita kanker rahim yang semakin parah setelah mempertahankan kelahiran buah hatinya. Bayinya baru tiga bulan saat harus ditinggalkan oleh ibunya. Sedih sekali. Seharusnya aku patut belajar dari almarhumah yang begitu kuat hatinya mempertahankan buah cintanya dan juga berjuang melawan sakitnya. Teringat, dia seorang teman yang ceria, periang, baik dan sangat cantik. Subhanalloh, dia telah istiqomah menutup auratnya secara sempurna saat menginjak bangku kuliah. Meski kini dia telah diminta untuk kembali ke sisi Sang Maha Pencipta. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Yah, segalanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Dengan kekuatan kalimat itu aku mengantungkan segala harapan kepada Allah setelah berihtiar bersama suami. Keinginan kami untuk memiliki buah hati tak kami urungkan. Kami tetap berusaha meski aku tahu itu akan beresiko. Aku berdoa dalam linangan air mata di belakang saf suamiku. Meminta kepada Allah swt. agar memperkenankan benih cinta kami tumbuh dalam rahimku. Aku rela menukarkannya dengan nyawaku. Aku menangis begitu mengharapkan hal tersebut bisa terjadi. Kuraih tangan suamiku dan menumpahkan air mataku di punggung tangannya. Kutatap matanya dan berkata, “bukti cinta terbesarku padamu saat aku biasa memberimu keturunan”. Dia meraihku ke sisinya dan berkata, “Itu tidak cukup, masih ada selain hal itu, umy harus ada bersama aby membesarkan anak-anak kita”. Senyum dan air mata seketika mengharu. Ya Allah, terima kasih telah menghadiaiku seorang sumi yang penuh cinta kasih. Segala puji bagiMu Ya ALLAH.
Thread lain yang berhubungan:
IbuHamil.com - komunitas ibu hamil terbesar di Indonesia
cerpen ibu hamil, cerpen hamil, cerpen ibu melahirkan, cerpen ibu mengandung, cerpen tentang ibu hamil
| | | | | Location: DKI Jakarta
Posts: 81
| |
Replying to:
bunda...
ini cerpen aku yang aku tulis untuk suami pas lagi sakit dan galau. waktu itu aku belum ketemu dengan bunda2 di ibuhamil.com jadi curhatnya jadi cerpen bun. selamat membaca ya?! moga bunda nggak bosan... Panas mata ini oleh lelehan keharuan, seakan tahu isi doa2ku, ternyata dia memiliki harapan yang jauh lebih besar untukku tetap di sisinya. sebuah bukti cinta, harapan dan impian. Menikah setelah 6 tahun menjalin kasih adalah hal yg sangat membuatku bahagia. Bersama kekasih dalam ikatan yang halal membuat kebahagian itu semakin merekah. Manisnya pernikahan terus mengalir dalam hari-hari kami. Namun, kebahagian itu harus segera teruji. Di saat kami masih merasakan kebahagian itu baru saja ternikmati, harapan dan mimpi yang telah kami lukiskan di angkasa terusik oleh awan gelap yang seketika juga kini membuat hujan di mataku. Apa yang aku alami awalnya kami optimis itu adalah pertanda benih cinta kami telah tinggal di rahimku. Namun pendarahan yang terus terjadi, terputus-putus, sering, dan menyertakan rasa sikit dan pusing yang berat mengantarkanku untuk memeriksakan diri ke bidan. Spotting karena kecapeaan, mudah-mudahan benar gejala hamil. Bidan pun menyarankan untuk melakukan USG di RSUD. Dan sesuatu yg mencengankanpun terjadi. Suamiku terlihat tegar, meskipun matax berkaca-kaca ketika dokter memvonis ada tumor di rahimku. “Jika ingin segera punya anak, tumor ini harus segera diangkat” perkataan dokter kala itu membuat sekujur tubuhku basah dan bergetar. Suamiku berbicara kapan akan dilakukan oprasi dan hal lain yang semakin sulit terdengar lagi olehku. Aku lunglai. Aku ingin menangis. Dia menguatkanku, melarangku untuk menangis, dan memintaku tetap optimis. Tapi di sudut malam aku menangis seperti orang gila karena rasa takut yang berkecamuk begitu hebat dalam dadaku. Aku tak ingin berpikir ini akan meruntuhkan mimpi kami. Kami memutuskan mencari second opinion ke dokter SPOG. Dan hasilnya benar ada tumor dalam rahimku. Dokter tak meyarankan oprasi, namun mengatakan aku harus memeriksakan diri setiap bulanya. Jika tumor dalam rahimku semakin membesar, maka dokter baru akan memberikan tidakan oprasi. Tentu ini sedikit melegakan untukku dan suamiku. Senyum kami mulai merekah sedikit lega. Hatiku mengucap syukur dan doa kepada pencipta. Bagaimana tidak, aku tak terbayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan seketika jika harus segera oprasi. Akupun tidak siap mental. Terlalu mendadak batinku. Sekantong obat yang harganya cukup fantastis harus kumakan rutin, aku tak boleh stress dan tak boleh kecapean. Suamiku pun melarangku mengerjakan terlalu banyak pekerjaan rumah. Kadang-kadang dia yang menggantikanku melakukannya. Aku sedih melihat hal ini. Sering aku mendapati mata suamiku sembab dan merasakan gemuruh dadanya yang bergoncang saat aku tertidur dalam pelukannya. Ya Allah, maafkan aku, aku terima aku yang sakit, tapi aku tak ingin suamiku bersedih seperti ini. Emosiku jadi tidak stabil. Kadang menjadi periang, seketika menjadi sangat manja sampai menagis merajuk. Aku semakin galau takut suamiku tak tahan dengan keadaan ini. Ia sudah cukup lelah bekerja seharian, lalu ia harus sabar mengatasi tingkahku yang mood-mood-tan. Obat habis, aku mencoba mengikuti saran mama untuk pengobatan alternatif. Namun, aku mengalami pendarahan lagi. Sakit kembali terasa mengerogoti perutku, pinggulku. Lemah, pusing, dan rasa ingin pingsan. Meski begitu takut, aku berjanji pada diriku untuk tidak menujukkan hal itu pada suamiku. Sebisa mungkin aku membuatnya tertawa jika wajahnya berubah murung. Cukup aku yang merasakannya. Namun dia seperti lebih tahu diriku, sepanjang malam dia menjagaku yang sulit terlelap meski terlihat menutup mata. Ehffff, Sesaklah dada ini oleh air mata. Di luar kisahku, ternyata seoarang sahabatku meninggal dunia. Dia menderita kanker rahim yang semakin parah setelah mempertahankan kelahiran buah hatinya. Bayinya baru tiga bulan saat harus ditinggalkan oleh ibunya. Sedih sekali. Seharusnya aku patut belajar dari almarhumah yang begitu kuat hatinya mempertahankan buah cintanya dan juga berjuang melawan sakitnya. Teringat, dia seorang teman yang ceria, periang, baik dan sangat cantik. Subhanalloh, dia telah istiqomah menutup auratnya secara sempurna saat menginjak bangku kuliah. Meski kini dia telah diminta untuk kembali ke sisi Sang Maha Pencipta. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Yah, segalanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Dengan kekuatan kalimat itu aku mengantungkan segala harapan kepada Allah setelah berihtiar bersama suami. Keinginan kami untuk memiliki buah hati tak kami urungkan. Kami tetap berusaha meski aku tahu itu akan beresiko. Aku berdoa dalam linangan air mata di belakang saf suamiku. Meminta kepada Allah swt. agar memperkenankan benih cinta kami tumbuh dalam rahimku. Aku rela menukarkannya dengan nyawaku. Aku menangis begitu mengharapkan hal tersebut bisa terjadi. Kuraih tangan suamiku dan menumpahkan air mataku di punggung tangannya. Kutatap matanya dan berkata, “bukti cinta terbesarku padamu saat aku biasa memberimu keturunan”. Dia meraihku ke sisinya dan berkata, “Itu tidak cukup, masih ada selain hal itu, umy harus ada bersama aby membesarkan anak-anak kita”. Senyum dan air mata seketika mengharu. Ya Allah, terima kasih telah menghadiaiku seorang sumi yang penuh cinta kasih. Segala puji bagiMu Ya ALLAH. | bunda... aku sedihhh jadinya
| | | | | Location: Depok
Posts: 247
| |
Bunda Irma sedih bgt ceritanya..
Jd itu kisahnya bunda Irma sendiri yg dibuat cerpen atau bukan? Smg bukan ya bun..
| | |
Replying to:
bunda... aku sedihhh jadinya |
maaf bunda... bikin bunda sedih...
aku juga nulisnya dulu sambil nagis-nagisan bun... ---------- Post added at 18:45 ---------- Previous post was at 18:41 ----------
Replying to:
Bunda Irma sedih bgt ceritanya..
Jd itu kisahnya bunda Irma sendiri yg dibuat cerpen atau bukan? Smg bukan ya bun.. | iya bunda...
itu kisahku yg aku buat jadi cerpen waktu aku sakit... sebenarnya sih curhat...
tapi bunda jangan khawatir, alhamdulillah sekarang aku dah dinyatakan sembuh ma dokter, dan sekarang dah boleh promil bunda...
| | | | | Location: jakarta selatan
Posts: 256
| |
Replying to:
bunda...
ini cerpen aku yang aku tulis untuk suami pas lagi sakit dan galau. waktu itu aku belum ketemu dengan bunda2 di ibuhamil.com jadi curhatnya jadi cerpen bun. selamat membaca ya?! moga bunda nggak bosan... Panas mata ini oleh lelehan keharuan, seakan tahu isi doa2ku, ternyata dia memiliki harapan yang jauh lebih besar untukku tetap di sisinya. sebuah bukti cinta, harapan dan impian. Menikah setelah 6 tahun menjalin kasih adalah hal yg sangat membuatku bahagia. Bersama kekasih dalam ikatan yang halal membuat kebahagian itu semakin merekah. Manisnya pernikahan terus mengalir dalam hari-hari kami. Namun, kebahagian itu harus segera teruji. Di saat kami masih merasakan kebahagian itu baru saja ternikmati, harapan dan mimpi yang telah kami lukiskan di angkasa terusik oleh awan gelap yang seketika juga kini membuat hujan di mataku. Apa yang aku alami awalnya kami optimis itu adalah pertanda benih cinta kami telah tinggal di rahimku. Namun pendarahan yang terus terjadi, terputus-putus, sering, dan menyertakan rasa sikit dan pusing yang berat mengantarkanku untuk memeriksakan diri ke bidan. Spotting karena kecapeaan, mudah-mudahan benar gejala hamil. Bidan pun menyarankan untuk melakukan USG di RSUD. Dan sesuatu yg mencengankanpun terjadi. Suamiku terlihat tegar, meskipun matax berkaca-kaca ketika dokter memvonis ada tumor di rahimku. “Jika ingin segera punya anak, tumor ini harus segera diangkat” perkataan dokter kala itu membuat sekujur tubuhku basah dan bergetar. Suamiku berbicara kapan akan dilakukan oprasi dan hal lain yang semakin sulit terdengar lagi olehku. Aku lunglai. Aku ingin menangis. Dia menguatkanku, melarangku untuk menangis, dan memintaku tetap optimis. Tapi di sudut malam aku menangis seperti orang gila karena rasa takut yang berkecamuk begitu hebat dalam dadaku. Aku tak ingin berpikir ini akan meruntuhkan mimpi kami. Kami memutuskan mencari second opinion ke dokter SPOG. Dan hasilnya benar ada tumor dalam rahimku. Dokter tak meyarankan oprasi, namun mengatakan aku harus memeriksakan diri setiap bulanya. Jika tumor dalam rahimku semakin membesar, maka dokter baru akan memberikan tidakan oprasi. Tentu ini sedikit melegakan untukku dan suamiku. Senyum kami mulai merekah sedikit lega. Hatiku mengucap syukur dan doa kepada pencipta. Bagaimana tidak, aku tak terbayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan seketika jika harus segera oprasi. Akupun tidak siap mental. Terlalu mendadak batinku. Sekantong obat yang harganya cukup fantastis harus kumakan rutin, aku tak boleh stress dan tak boleh kecapean. Suamiku pun melarangku mengerjakan terlalu banyak pekerjaan rumah. Kadang-kadang dia yang menggantikanku melakukannya. Aku sedih melihat hal ini. Sering aku mendapati mata suamiku sembab dan merasakan gemuruh dadanya yang bergoncang saat aku tertidur dalam pelukannya. Ya Allah, maafkan aku, aku terima aku yang sakit, tapi aku tak ingin suamiku bersedih seperti ini. Emosiku jadi tidak stabil. Kadang menjadi periang, seketika menjadi sangat manja sampai menagis merajuk. Aku semakin galau takut suamiku tak tahan dengan keadaan ini. Ia sudah cukup lelah bekerja seharian, lalu ia harus sabar mengatasi tingkahku yang mood-mood-tan. Obat habis, aku mencoba mengikuti saran mama untuk pengobatan alternatif. Namun, aku mengalami pendarahan lagi. Sakit kembali terasa mengerogoti perutku, pinggulku. Lemah, pusing, dan rasa ingin pingsan. Meski begitu takut, aku berjanji pada diriku untuk tidak menujukkan hal itu pada suamiku. Sebisa mungkin aku membuatnya tertawa jika wajahnya berubah murung. Cukup aku yang merasakannya. Namun dia seperti lebih tahu diriku, sepanjang malam dia menjagaku yang sulit terlelap meski terlihat menutup mata. Ehffff, Sesaklah dada ini oleh air mata. Di luar kisahku, ternyata seoarang sahabatku meninggal dunia. Dia menderita kanker rahim yang semakin parah setelah mempertahankan kelahiran buah hatinya. Bayinya baru tiga bulan saat harus ditinggalkan oleh ibunya. Sedih sekali. Seharusnya aku patut belajar dari almarhumah yang begitu kuat hatinya mempertahankan buah cintanya dan juga berjuang melawan sakitnya. Teringat, dia seorang teman yang ceria, periang, baik dan sangat cantik. Subhanalloh, dia telah istiqomah menutup auratnya secara sempurna saat menginjak bangku kuliah. Meski kini dia telah diminta untuk kembali ke sisi Sang Maha Pencipta. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Yah, segalanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Dengan kekuatan kalimat itu aku mengantungkan segala harapan kepada Allah setelah berihtiar bersama suami. Keinginan kami untuk memiliki buah hati tak kami urungkan. Kami tetap berusaha meski aku tahu itu akan beresiko. Aku berdoa dalam linangan air mata di belakang saf suamiku. Meminta kepada Allah swt. agar memperkenankan benih cinta kami tumbuh dalam rahimku. Aku rela menukarkannya dengan nyawaku. Aku menangis begitu mengharapkan hal tersebut bisa terjadi. Kuraih tangan suamiku dan menumpahkan air mataku di punggung tangannya. Kutatap matanya dan berkata, “bukti cinta terbesarku padamu saat aku biasa memberimu keturunan”. Dia meraihku ke sisinya dan berkata, “Itu tidak cukup, masih ada selain hal itu, umy harus ada bersama aby membesarkan anak-anak kita”. Senyum dan air mata seketika mengharu. Ya Allah, terima kasih telah menghadiaiku seorang sumi yang penuh cinta kasih. Segala puji bagiMu Ya ALLAH. |
bunda bca cerpenx jd pgn nangis..jd terharu
perjuangan yg tak kenal lelah..betapa bahagia ad seseorang yg selalu menyemangati dsaat kta lemah, sling menjaga dan berbagi d saat suka duka..
itu lah suami qt bunda, tak kenal lelah yg ingin dia lihat hanya senyum d wajah qta dan memberikan kebahagian seutuhx..
| | |
Subhanallah bunda kuat ngejalanin semuanya,,
emoga bunda irma segera diberi momongan ya bund,,
| | |
Replying to:
bunda bca cerpenx jd pgn nangis..jd terharu
perjuangan yg tak kenal lelah..betapa bahagia ad seseorang yg selalu menyemangati dsaat kta lemah, sling menjaga dan berbagi d saat suka duka..
itu lah suami qt bunda, tak kenal lelah yg ingin dia lihat hanya senyum d wajah qta dan memberikan kebahagian seutuhx.. |
iya bunda...
makin cinta sama suami bun...ingin rasanya berikan kebahagiaan untuk suami, ingin jadi wanita sempurna yang bisa memberikan keturunan yang soleh dan solehah untuk suami tercinta. semoga Allah swt. segera mengabulkan doa hambanya...aamiin... ---------- Post added at 20:21 ---------- Previous post was at 20:19 ----------
Replying to:
Subhanallah bunda kuat ngejalanin semuanya,,
emoga bunda irma segera diberi momongan ya bund,, |
alhamdulillah berkat dukungan suami dan keluarga bunda...
aamin ya Rabb...
makasih doanya bunda...
| | | | | Location: ngawi jawa timur
Posts: 1,303
| |
terharu bun bacanya.....semoga kesabaran bunda terbalas dg indah....semoga segera hadir momongan ditengah keluarga bunda....Amiin.
setiap kesulitan pasti akan berakhir dengan kemudahan | | | | | | Location: Depok
Posts: 247
| |
@Bunda Irmayani: ALhamdulillah bunda udah sembuh.. Smoga promilnya berhasil ya bun.. Ih, itu suaminya bunda pasti seneng bgt.. Jd tau ya bunda, suami bunda tipe orang yg gmn, yg ga ninggalin bunda kala sakit, justru yg terus semangatin bunda.. Disayang2 bun suaminya..
| | |
Replying to:
terharu bun bacanya.....semoga kesabaran bunda terbalas dg indah....semoga segera hadir momongan ditengah keluarga bunda....Amiin. |
aamiin ya Rabb...
maksih doanya bunda Lyla... ---------- Post added at 21:51 ---------- Previous post was at 21:32 ----------
Replying to:
@Bunda Irmayani: ALhamdulillah bunda udah sembuh.. Smoga promilnya berhasil ya bun.. Ih, itu suaminya bunda pasti seneng bgt.. Jd tau ya bunda, suami bunda tipe orang yg gmn, yg ga ninggalin bunda kala sakit, justru yg terus semangatin bunda.. Disayang2 bun suaminya.. | aamiin bunda... sekarang dah telat 8 hr bunda... suami senang, tapi kayanya ga' terlalu diekspresikan bun... mungkin ikutan H2C kali yah?!
hehehe... iya bunda... siippp sayag-sayangan...
| | |
Subhanallah.. terharu aku bacanya bun..
Tapi Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya.. bunda psti bisa melalui ini semua.
Semog cpt dpt momongan y bun.. Amiin
Alhamdulillah ya Allah.. | | | | | | Location: DKI Jakarta
Posts: 81
| |
Replying to:
maaf bunda... bikin bunda sedih...
aku juga nulisnya dulu sambil nagis-nagisan bun... ---------- Post added at 18:45 ---------- Previous post was at 18:41 ----------
iya bunda...
itu kisahku yg aku buat jadi cerpen waktu aku sakit... sebenarnya sih curhat...
tapi bunda jangan khawatir, alhamdulillah sekarang aku dah dinyatakan sembuh ma dokter, dan sekarang dah boleh promil bunda... | Aminn.. bunda udah sembuh semangat ya bunda
hhmmm bunda ga bikin aku sedih kok,, justru dr curhatnya bunda aku jadiin pelajaran.. N semalam aku cerita soal ini bun ke suami aku gpp kan ?? aku tanya dy seandainya itu terjadi sama aku apa yg kamu lakuin ??
| | | | | Location: bogor
Posts: 578
| |
ku doakan smoga cepat hamil ya bund.sehat sll.
| | |
Semangat bunda......
sedih bacanya...tp justru aku mendptkan byk pelajaran dr cerita bunda...smg bunda sgera diberikan kepercayaan itu bunda.........ingat Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu bunda.......
| | |
Replying to:
Aminn.. bunda udah sembuh semangat ya bunda
hhmmm bunda ga bikin aku sedih kok,, justru dr curhatnya bunda aku jadiin pelajaran.. N semalam aku cerita soal ini bun ke suami aku gpp kan ?? aku tanya dy seandainya itu terjadi sama aku apa yg kamu lakuin ?? | gpp kok bunda syg... terus,terus, suami bunda bilang apa?! g jd melow kn bun?! xixixi...
curhat ini udah jadi kenang2n aku bun...alhamdulillah sudah bisa melaluinya bersama-sama suami... ---------- Post added at 14:19 ---------- Previous post was at 14:18 ----------
Replying to:
ku doakan smoga cepat hamil ya bund.sehat sll. |
aamiin... makasih bunda trie... ---------- Post added at 14:26 ---------- Previous post was at 14:19 ----------
Replying to:
Semangat bunda......
sedih bacanya...tp justru aku mendptkan byk pelajaran dr cerita bunda...smg bunda sgera diberikan kepercayaan itu bunda.........ingat Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu bunda....... |
alhamdulillah bun... senang dengar respon bunda-bunda... senang berbagi cerita yg membawa manfaat...
aamiin...
iya bunda, semoga Allah swt. memberikan kepercayaan kepada hambanya, memberikan amanah keturunan yang soleh dan solehah...aamiin.
| Silakan daftar untuk menulis pesan :-) |