| Selamat datang di IbuHamil.com, sebuah forum seputar kehamilan. Untuk bertanya atau diskusi dengan bumil lain, silakan bergabung dengan komunitas kami. | | | | Wali Nikah untuk Anak Di Luar Nikah (khusus Muslim) Assalamualaikum Bunda,
Aku ingin berbagi pengalamanku sendiri yaa saat menikah 2 bulan lalu. Pengalaman ini kushare bukan untuk membuka aib orang tua, namun sebagai pengetahuan / hikmah bagi Bunda-bunda yang memiliki anak atau mempunyai saudara/kenalan yang memiliki anak hasil MBA (Married by Accident). Apalagi aku sering baca banyaknya Bunda di forum ini yg curhat hamil di luar nikah..semoga bermanfaat yaa.
Jadi gini, kedua orang tuaku menikah karena kecelakaan/MBA. Hal tsb sudah kuketahui sejak kecil karena ada saudara yang keceplosan omong ketika terjadi suatu ribut keluarga
Kedua orang tuaku juga sudah bertaubat dan alhamdulillah sejak kecil menanamkan ilmu agama yg cukup kuat. Semakin aku dewasa, aku mulai paham bahwa aku tidak diwalikan/dinasabkan kepada Ayah kandungku, sehingga sebenarnya aku ini binti <Nama Ibu>. Begitu juga saat menikah, Ayahku tidak bisa menikahkan, Paman dan Kakek pun tidak bisa menikahkan. Jujur, awalnya kuatir dan malu bagaimana tanggapan orang-orang dan keluarga calon. Dulu, aku sempat sedih menganggap mengapa perbuatan orang tua membuatku terkena 'getah'nya. Namun setelah menonton salah satu kajian dari Ustadz Adi Hidayat, hikmah sebenarnya hukum ini adalah untuk menghukum dan mengingatkan terus kedua pelaku zina terutama ayah. Karena sebagai orang tua, tentu sakit rasanya tidak bisa mewalikan putrinya menikah.
Lalu siapakah wali nikahku? Wali nikahnya adalah Wali Hakim, dimana kedudukannya hanya boleh dipegang oleh Kepala KUA tempat aku menikah. Saat mendaftar nikah pun, aku dan suami secara khusus menghadap Pak Kepala KUA untuk memohon beliau menjadi wali hakim. Alhamdulillah, suami dan keluarga suami benar-benar open minded dan lapang dada menerima kondisi keluargaku.
Gimana kalau rasanya masih malu banget/takut digunjing hadirin? Ustadz Bendri Jaisyurrahman pernah menyarankan agar akad nikah dilakukan 2 kali. Yang pertama yang beneran oleh wali hakim dari KUA, yang kedua secara formalitas saja depan orang2 dengan ayah kandungnya langsung. Ini pun boleh.
Pernikahanku dan suami pun dilaksanakan, dengan Pak Kepala KUA yang secara langsung menikahkan. Bagaimana penyebutan namaku? Menurut Pak Kepala KUA, penyebutan nama tidak masalah menggunakan binti Nama Bapak, karena sebenarnya ucapan dari pria "saya terima nikahnya" saja sudah sah. Meski aslinya aku Binti Nama Ibu, tidak mengapa di Binti kan nama ayah karena nama perempuan dalam ucapan akad bukan termasuk syarat sah nikah dan bukan pula rukun nikah. Waallahu alam
Masalah wali nikah ini sangat penting karena menyangkut tanggung jawab dunia akhirat. Jangan sampai wali nikahnya salah, dan menyebabkan pernikahan tidak sah dan jatuh dalam zina tanpa disadari. Setahuku, anak yang Bapaknya berbeda agama (bukan Muslim) juga harus dinikahkan oleh Wali Hakim.
Segitu aja Bun ceritanya... jika ada keluarga/saudara yang mengalami, jangan segan mengingatkan yaa Bun, karena sebagai hadirin yg menyaksikan akad nikah juga memiliki tanggung jawab di akhirat.
Dan bagi yang belum menikah, jaga diri baik-baik yaa, karena zina bukan saja berdosa besar, tapi juga kasihan anaknya terutama kalau anaknya cewek.
Thread lain yang berhubungan:
IbuHamil.com - komunitas ibu hamil terbesar di Indonesia
aku jadi ayah dari anak ibu kankandung
| | |
Replying to:
Assalamualaikum Bunda,
Aku ingin berbagi pengalamanku sendiri yaa saat menikah 2 bulan lalu. Pengalaman ini kushare bukan untuk membuka aib orang tua, namun sebagai pengetahuan / hikmah bagi Bunda-bunda yang memiliki anak atau mempunyai saudara/kenalan yang memiliki anak hasil MBA (Married by Accident). Apalagi aku sering baca banyaknya Bunda di forum ini yg curhat hamil di luar nikah..semoga bermanfaat yaa.
Jadi gini, kedua orang tuaku menikah karena kecelakaan/MBA. Hal tsb sudah kuketahui sejak kecil karena ada saudara yang keceplosan omong ketika terjadi suatu ribut keluarga
Kedua orang tuaku juga sudah bertaubat dan alhamdulillah sejak kecil menanamkan ilmu agama yg cukup kuat. Semakin aku dewasa, aku mulai paham bahwa aku tidak diwalikan/dinasabkan kepada Ayah kandungku, sehingga sebenarnya aku ini binti <Nama Ibu>. Begitu juga saat menikah, Ayahku tidak bisa menikahkan, Paman dan Kakek pun tidak bisa menikahkan. Jujur, awalnya kuatir dan malu bagaimana tanggapan orang-orang dan keluarga calon. Dulu, aku sempat sedih menganggap mengapa perbuatan orang tua membuatku terkena 'getah'nya. Namun setelah menonton salah satu kajian dari Ustadz Adi Hidayat, hikmah sebenarnya hukum ini adalah untuk menghukum dan mengingatkan terus kedua pelaku zina terutama ayah. Karena sebagai orang tua, tentu sakit rasanya tidak bisa mewalikan putrinya menikah.
Lalu siapakah wali nikahku? Wali nikahnya adalah Wali Hakim, dimana kedudukannya hanya boleh dipegang oleh Kepala KUA tempat aku menikah. Saat mendaftar nikah pun, aku dan suami secara khusus menghadap Pak Kepala KUA untuk memohon beliau menjadi wali hakim. Alhamdulillah, suami dan keluarga suami benar-benar open minded dan lapang dada menerima kondisi keluargaku.
Gimana kalau rasanya masih malu banget/takut digunjing hadirin? Ustadz Bendri Jaisyurrahman pernah menyarankan agar akad nikah dilakukan 2 kali. Yang pertama yang beneran oleh wali hakim dari KUA, yang kedua secara formalitas saja depan orang2 dengan ayah kandungnya langsung. Ini pun boleh.
Pernikahanku dan suami pun dilaksanakan, dengan Pak Kepala KUA yang secara langsung menikahkan. Bagaimana penyebutan namaku? Menurut Pak Kepala KUA, penyebutan nama tidak masalah menggunakan binti Nama Bapak, karena sebenarnya ucapan dari pria "saya terima nikahnya" saja sudah sah. Meski aslinya aku Binti Nama Ibu, tidak mengapa di Binti kan nama ayah karena nama perempuan dalam ucapan akad bukan termasuk syarat sah nikah dan bukan pula rukun nikah. Waallahu alam
Masalah wali nikah ini sangat penting karena menyangkut tanggung jawab dunia akhirat. Jangan sampai wali nikahnya salah, dan menyebabkan pernikahan tidak sah dan jatuh dalam zina tanpa disadari. Setahuku, anak yang Bapaknya berbeda agama (bukan Muslim) juga harus dinikahkan oleh Wali Hakim.
Segitu aja Bun ceritanya... jika ada keluarga/saudara yang mengalami, jangan segan mengingatkan yaa Bun, karena sebagai hadirin yg menyaksikan akad nikah juga memiliki tanggung jawab di akhirat.
Dan bagi yang belum menikah, jaga diri baik-baik yaa, karena zina bukan saja berdosa besar, tapi juga kasihan anaknya terutama kalau anaknya cewek. | Wa'alaykumussalam..
Betul sekali bun, didalam islam (maaf) Ayah biologis dari hasil perzinahan memang tak boleh menjadi wali nikah,
bahkan nasab anakpun jatuh kepada ibu kandungnya, bukan kepada Ayahnya.
Semoga anak anak kita dijaga dari godaan syaithan dan segala kemaksiatan yaa, Aamiin :')
| | |
Iya bund ayahku juga bukan muslim (sudah murtad) dan aku di nikahkan oleh wali hakim.. ayahku budha.. bermanfaat sekali untuk menambah pengetahuan bund..
| | | | | Location: Bandung
Posts: 2,397
| |
Betul apa yg di bilang bun TS..
Barakallahu Fiik bun. .
| | |
Replying to:
Assalamualaikum Bunda,
Aku ingin berbagi pengalamanku sendiri yaa saat menikah 2 bulan lalu. Pengalaman ini kushare bukan untuk membuka aib orang tua, namun sebagai pengetahuan / hikmah bagi Bunda-bunda yang memiliki anak atau mempunyai saudara/kenalan yang memiliki anak hasil MBA (Married by Accident). Apalagi aku sering baca banyaknya Bunda di forum ini yg curhat hamil di luar nikah..semoga bermanfaat yaa.
Jadi gini, kedua orang tuaku menikah karena kecelakaan/MBA. Hal tsb sudah kuketahui sejak kecil karena ada saudara yang keceplosan omong ketika terjadi suatu ribut keluarga
Kedua orang tuaku juga sudah bertaubat dan alhamdulillah sejak kecil menanamkan ilmu agama yg cukup kuat. Semakin aku dewasa, aku mulai paham bahwa aku tidak diwalikan/dinasabkan kepada Ayah kandungku, sehingga sebenarnya aku ini binti <Nama Ibu>. Begitu juga saat menikah, Ayahku tidak bisa menikahkan, Paman dan Kakek pun tidak bisa menikahkan. Jujur, awalnya kuatir dan malu bagaimana tanggapan orang-orang dan keluarga calon. Dulu, aku sempat sedih menganggap mengapa perbuatan orang tua membuatku terkena 'getah'nya. Namun setelah menonton salah satu kajian dari Ustadz Adi Hidayat, hikmah sebenarnya hukum ini adalah untuk menghukum dan mengingatkan terus kedua pelaku zina terutama ayah. Karena sebagai orang tua, tentu sakit rasanya tidak bisa mewalikan putrinya menikah.
Lalu siapakah wali nikahku? Wali nikahnya adalah Wali Hakim, dimana kedudukannya hanya boleh dipegang oleh Kepala KUA tempat aku menikah. Saat mendaftar nikah pun, aku dan suami secara khusus menghadap Pak Kepala KUA untuk memohon beliau menjadi wali hakim. Alhamdulillah, suami dan keluarga suami benar-benar open minded dan lapang dada menerima kondisi keluargaku.
Gimana kalau rasanya masih malu banget/takut digunjing hadirin? Ustadz Bendri Jaisyurrahman pernah menyarankan agar akad nikah dilakukan 2 kali. Yang pertama yang beneran oleh wali hakim dari KUA, yang kedua secara formalitas saja depan orang2 dengan ayah kandungnya langsung. Ini pun boleh.
Pernikahanku dan suami pun dilaksanakan, dengan Pak Kepala KUA yang secara langsung menikahkan. Bagaimana penyebutan namaku? Menurut Pak Kepala KUA, penyebutan nama tidak masalah menggunakan binti Nama Bapak, karena sebenarnya ucapan dari pria "saya terima nikahnya" saja sudah sah. Meski aslinya aku Binti Nama Ibu, tidak mengapa di Binti kan nama ayah karena nama perempuan dalam ucapan akad bukan termasuk syarat sah nikah dan bukan pula rukun nikah. Waallahu alam
Masalah wali nikah ini sangat penting karena menyangkut tanggung jawab dunia akhirat. Jangan sampai wali nikahnya salah, dan menyebabkan pernikahan tidak sah dan jatuh dalam zina tanpa disadari. Setahuku, anak yang Bapaknya berbeda agama (bukan Muslim) juga harus dinikahkan oleh Wali Hakim.
Segitu aja Bun ceritanya... jika ada keluarga/saudara yang mengalami, jangan segan mengingatkan yaa Bun, karena sebagai hadirin yg menyaksikan akad nikah juga memiliki tanggung jawab di akhirat.
Dan bagi yang belum menikah, jaga diri baik-baik yaa, karena zina bukan saja berdosa besar, tapi juga kasihan anaknya terutama kalau anaknya cewek. | inginku mention sepupuku mbaaa...
sepupuku belum tau kalo dulu orng tuanya MBA...
ayahnay sendiir belum bisa terima jika nnti menikah akan dilakukan wali hakim..
kalau begitu gimana yaa? ayahnya gk mau diwakilkan...
pdhal sdh dijelaskan nnti mnjadi tidak sah.. sepupuku nikah insyaallah agustus nnti..
| | |
Replying to:
inginku mention sepupuku mbaaa...
sepupuku belum tau kalo dulu orng tuanya MBA...
ayahnay sendiir belum bisa terima jika nnti menikah akan dilakukan wali hakim..
kalau begitu gimana yaa? ayahnya gk mau diwakilkan...
pdhal sdh dijelaskan nnti mnjadi tidak sah.. sepupuku nikah insyaallah agustus nnti.. | Kalau kauak gini kasusnya, bunda bisa minta tolong orang tua Bunda untuk pelan pelan kasih pengertian ke paman Bunda. Perihal gamau diwakilkan mungkin karena malu ya..nah solusinya bisa seperti yg kujelaskan di thrread. Nikah diam diam dulu di KUA oleh wali hakim, kemudian nikah ulang dgn ayah sendiri. Nikah ulang sebagai seremonial aja.
Daripada gak sah kan...at least Bunda udah ikhtiar mencegah kemungkaran.
| | |
Replying to:
Kalau kauak gini kasusnya, bunda bisa minta tolong orang tua Bunda untuk pelan pelan kasih pengertian ke paman Bunda. Perihal gamau diwakilkan mungkin karena malu ya..nah solusinya bisa seperti yg kujelaskan di thrread. Nikah diam diam dulu di KUA oleh wali hakim, kemudian nikah ulang dgn ayah sendiri. Nikah ulang sebagai seremonial aja.
Daripada gak sah kan...at least Bunda udah ikhtiar mencegah kemungkaran. | iyaaa.. ibuku sdh mengusulkan kalo nikah dulu ajaa di KUA , trus nnti di gedung yaa baru sama ayah kandungnya.. dari pada jadi dosa lagi....
tpi ya ityu kalo nikah diam diam ( nikah sah duluan di KUA ) tanpa ayahnya tau apa boleh... mesti ditanyakan yaaaa.. yg jdi masalah ya itu ayahnya gk mauuu..
emng pada dasarnya ayahnya ini kurang dekat dgn Allah... anaknya ya mau gak mau harus dikasih tau
| | |
Replying to:
Assalamualaikum Bunda,
Aku ingin berbagi pengalamanku sendiri yaa saat menikah 2 bulan lalu. Pengalaman ini kushare bukan untuk membuka aib orang tua, namun sebagai pengetahuan / hikmah bagi Bunda-bunda yang memiliki anak atau mempunyai saudara/kenalan yang memiliki anak hasil MBA (Married by Accident). Apalagi aku sering baca banyaknya Bunda di forum ini yg curhat hamil di luar nikah..semoga bermanfaat yaa.
Jadi gini, kedua orang tuaku menikah karena kecelakaan/MBA. Hal tsb sudah kuketahui sejak kecil karena ada saudara yang keceplosan omong ketika terjadi suatu ribut keluarga
Kedua orang tuaku juga sudah bertaubat dan alhamdulillah sejak kecil menanamkan ilmu agama yg cukup kuat. Semakin aku dewasa, aku mulai paham bahwa aku tidak diwalikan/dinasabkan kepada Ayah kandungku, sehingga sebenarnya aku ini binti <Nama Ibu>. Begitu juga saat menikah, Ayahku tidak bisa menikahkan, Paman dan Kakek pun tidak bisa menikahkan. Jujur, awalnya kuatir dan malu bagaimana tanggapan orang-orang dan keluarga calon. Dulu, aku sempat sedih menganggap mengapa perbuatan orang tua membuatku terkena 'getah'nya. Namun setelah menonton salah satu kajian dari Ustadz Adi Hidayat, hikmah sebenarnya hukum ini adalah untuk menghukum dan mengingatkan terus kedua pelaku zina terutama ayah. Karena sebagai orang tua, tentu sakit rasanya tidak bisa mewalikan putrinya menikah.
Lalu siapakah wali nikahku? Wali nikahnya adalah Wali Hakim, dimana kedudukannya hanya boleh dipegang oleh Kepala KUA tempat aku menikah. Saat mendaftar nikah pun, aku dan suami secara khusus menghadap Pak Kepala KUA untuk memohon beliau menjadi wali hakim. Alhamdulillah, suami dan keluarga suami benar-benar open minded dan lapang dada menerima kondisi keluargaku.
Gimana kalau rasanya masih malu banget/takut digunjing hadirin? Ustadz Bendri Jaisyurrahman pernah menyarankan agar akad nikah dilakukan 2 kali. Yang pertama yang beneran oleh wali hakim dari KUA, yang kedua secara formalitas saja depan orang2 dengan ayah kandungnya langsung. Ini pun boleh.
Pernikahanku dan suami pun dilaksanakan, dengan Pak Kepala KUA yang secara langsung menikahkan. Bagaimana penyebutan namaku? Menurut Pak Kepala KUA, penyebutan nama tidak masalah menggunakan binti Nama Bapak, karena sebenarnya ucapan dari pria "saya terima nikahnya" saja sudah sah. Meski aslinya aku Binti Nama Ibu, tidak mengapa di Binti kan nama ayah karena nama perempuan dalam ucapan akad bukan termasuk syarat sah nikah dan bukan pula rukun nikah. Waallahu alam
Masalah wali nikah ini sangat penting karena menyangkut tanggung jawab dunia akhirat. Jangan sampai wali nikahnya salah, dan menyebabkan pernikahan tidak sah dan jatuh dalam zina tanpa disadari. Setahuku, anak yang Bapaknya berbeda agama (bukan Muslim) juga harus dinikahkan oleh Wali Hakim.
Segitu aja Bun ceritanya... jika ada keluarga/saudara yang mengalami, jangan segan mengingatkan yaa Bun, karena sebagai hadirin yg menyaksikan akad nikah juga memiliki tanggung jawab di akhirat.
Dan bagi yang belum menikah, jaga diri baik-baik yaa, karena zina bukan saja berdosa besar, tapi juga kasihan anaknya terutama kalau anaknya cewek. | Wa'alaikumsalaam,, masyaAllah.. sungguh tersentuh saya bun,, tp alhamdulillah orang tua bunda mau mengakui dg jujur sehingga bunda aman dr zina seumur hidup , kadang banyak orang menganggap ini hal sepele krn yg penting dinikahkan udah selesai, padahal imbasnya ke anak cucu,, kalau anak laki2 mah enak tak perlu pakai wali klo perempuan itu yg repot
makasih bunda udah berbagi disini, jadi sedikit banyak udah membantu saudara2 kita sesama muslim bagi yg belum mengetahui
| | |
barakallah ya bun TS, semoga pernikahannya menjadi sakinah mawaddah warahmah dan wadakwah..
dan menghasilkan generasi2 islam yg berkualitas..
memang di masyarakat kita masih tabu atau ga berani membuka aib lama bun..
kalau ortu yang MBA itu masih di satu desa, bisa lah org tua kampung atau saudara mengingatkan,,
tp klw mereka udah pindah domisili dan masyarakat sekitar ga ada yg tau masa lalu mereka..
naudzubillah,, harus ada kesadaran pribadi untuk mengakui..
| | |
Ceritanya persis dengan saya bun. Bedanya bapak saya sudah almarhum. Tapi saya tau baru ketika akan menikah. Itupun yang memberitahu mudin karena merasa janggal dengan tahun pernikahan orang tua dan tahun kelahiran saya. Saya menangis di depan suami dan mudin, saya pikir pernikahan akan batal. Tapi suami saya malah support dan Alhamdulillah mengerti.
Saya yakin sebenarnya ibu saya juga berat untuk cerita, antara malu atau ingin menjaga martabat saya. Tapi dari cerita saya sendiri, saya bisa mempelajari 1 hal: JUJUR WALAU PAHIT ITU PENTING. Karena saya yakin tidak semua mudin akan peduli dengan kasus semacam saya. Kalau mudin diam dan kita juga diam padahal tahu, pernikahan yang suci akan berubah menjadi zinah seumur hidup. Saya sedih pun bersyukur. Jadi untuk siapapun, ntah mungkin disini ada bunda2 yang menikah karena MBA apalagi anaknya perempuan, baiknya bersiapkan mental sedari sekarang untuk menceritakan semuanya ke anak suatu saat nanti. Jangan karena malu malah mempertaruhkan anak
| | |
Wah Thread ini bermanfaat sekali.
Saya salut sama bunda bgt.
harus memang ada pengakuan dan kesadaran dari ortu, tp sangat banyak ortu yg MBA yg seperti gak peduli sama hal yg begini, mereka cuma menunaikan kewajiban menikahkan anaknya tanpa memikirkan 'sah' nya pernikahan si anak.
Satu lagi kasus yg sering terjadi, sangat perlu diketahui MBA itu pernikahannya tidak sah loh, karna perempuan yg sedang hamil menikah itu tidak sah pernikahan, jd pas anaknya lahir itu mereka harus menikah ulang. Kalo tidak ya sama aja zinah seumur hidup.
| | |
Replying to:
Kalau kauak gini kasusnya, bunda bisa minta tolong orang tua Bunda untuk pelan pelan kasih pengertian ke paman Bunda. Perihal gamau diwakilkan mungkin karena malu ya..nah solusinya bisa seperti yg kujelaskan di thrread. Nikah diam diam dulu di KUA oleh wali hakim, kemudian nikah ulang dgn ayah sendiri. Nikah ulang sebagai seremonial aja.
Daripada gak sah kan...at least Bunda udah ikhtiar mencegah kemungkaran. |
ini bisa jadi solusi...jd d rmh menikah hanya formalitas kan?bs juga org KUA nya bkn org KUA Asli yg dtg k rmh yah...bner juga toh org2 kan gak akan lihat detail tgl d buku nikah...
bagaimana jika anak MBA laki2?
tetap BIN ibu?
| | |
Replying to:
ini bisa jadi solusi...jd d rmh menikah hanya formalitas kan?bs juga org KUA nya bkn org KUA Asli yg dtg k rmh yah...bner juga toh org2 kan gak akan lihat detail tgl d buku nikah...
bagaimana jika anak MBA laki2?
tetap BIN ibu? | Betul Bun, ga ada yg bakal cek2 juga buku nikah kita. orang cuma seneng foto2nya aja kok dan tahu tahu ngomong "saaahhh"
Sebenarnya penulisan Bin itu ga harus nama ibu. Kemarin sih kata Pak Wali hakim gapapa jadi Bin Bapak, karena ini kan cuma penulisan aja di buku nikah buatan manusia. Dan gak mempengaruhi syarat sah nikah
Tapi tetap, sebenarnya bin nya ke Ibu. Anak MBA tsb tidak memiliki hubungan waris ke Bapak setauku.
| | |
boleh bunda... malah kemarin pas org yg sy kenal bgt... mau nikah pihak kua nya lgsg cerita... beberapa bln lalu ad yg mau nikah ... si cwe anak hsil (maaf) MBA... nah ga mau malu di hadapan org...dan biar menjaga ht ortunya...(ortunya g tau klau anaknya udh tau bhwa anknya hsil mba) jadilah pihak kua nya menyarankan...dan menikahkan mereka sehari sebelum tgl yg di tentukan utk ijab qobul...tidak di binti kan ke nama ayahnya... dan tdk disebutkan juga binti nama ibunya...hanya saja..."saya terima menikahi si Anu yg berwali hakim pada bapak(bapak KUA) dengan maharnya bla bla tunai!"
baru keesokan hrinya akad di rmh cm ceremony...ttp di bintikan pd bapaknya...
*note : kalau berwali hakim ...harus bapak kepala kua lgsg...bkn penghulu/utusan kua klau disini ---------- Post added at 16:43 ---------- Previous post was at 16:41 ----------
Replying to:
iyaaa.. ibuku sdh mengusulkan kalo nikah dulu ajaa di KUA , trus nnti di gedung yaa baru sama ayah kandungnya.. dari pada jadi dosa lagi....
tpi ya ityu kalo nikah diam diam ( nikah sah duluan di KUA ) tanpa ayahnya tau apa boleh... mesti ditanyakan yaaaa.. yg jdi masalah ya itu ayahnya gk mauuu..
emng pada dasarnya ayahnya ini kurang dekat dgn Allah... anaknya ya mau gak mau harus dikasih tau | boleh bunda... malah kemarin pas org yg sy kenal bgt... mau nikah pihak kua nya lgsg cerita... beberapa bln lalu ad yg mau nikah ... si cwe anak hsil (maaf) MBA... nah ga mau malu di hadapan org...dan biar menjaga ht ortunya...(ortunya g tau klau anaknya udh tau bhwa anknya hsil mba) jadilah pihak kua nya menyarankan...dan menikahkan mereka di kantor kua sehari sebelum tgl yg di tentukan utk ijab qobul...tidak di binti kan ke nama ayahnya... dan tdk disebutkan juga binti nama ibunya...hanya saja..."saya terima menikahi si Anu yg berwali hakim pada bapak(bapak KUA) dengan maharnya bla bla tunai!"
baru keesokan hrinya akad di rmh cm ceremony...ttp di bintikan pd bapaknya...
*note : kalau berwali hakim ...harus bapak kepala kua lgsg...bkn penghulu/utusan kua klau disini
| | |
Replying to:
Assalamualaikum Bunda,
Masalah wali nikah ini sangat penting karena menyangkut tanggung jawab dunia akhirat. Jangan sampai wali nikahnya salah, dan menyebabkan pernikahan tidak sah dan jatuh dalam zina tanpa disadari. Setahuku, anak yang Bapaknya berbeda agama (bukan Muslim) juga harus dinikahkan oleh Wali Hakim.
Segitu aja Bun ceritanya... jika ada keluarga/saudara yang mengalami, jangan segan mengingatkan yaa Bun, karena sebagai hadirin yg menyaksikan akad nikah juga memiliki tanggung jawab di akhirat.
Dan bagi yang belum menikah, jaga diri baik-baik yaa, karena zina bukan saja berdosa besar, tapi juga kasihan anaknya terutama kalau anaknya cewek. | Maaf bund aku bantu ralat jika ayah non muslim n putrinya muslim, (bukan MBA), wali nikah dicari dr garis keturunan ayah, cari yg beragama muslim
Dafar mereka secara berurutan adalah:
Ayah kandung
Kakek, atau ayah dari ayah
Saudara (kakak/ adik laki-laki) se-ayah dan se-ibu
Saudara (kakak/ adik laki-laki) se-ayah saja
Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah dan se-ibu
Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah saja
Saudara laki-laki ayah
Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah (sepupu)
Bila dari daftar orang-orang di atas tidak terdapat juga yang beragama Islam, maka yang berhak menjadi wali adalah penguasa yang sah (wali hakim).
begitu bund.
ayah sy non muslim, sy ibu n kakak adik muslim.
penghulu ngajarin klo yg berhak jd wali sy adlh kk kandung sy seayah seibu yg muslim. (krn kakek udh ga ada).
dan sy tetap pake binti nama ayah sy,.nasabnya tetap di ayah meski beliau kafir, hanya sj tdk bs menjadi wali krn syarat hrs beragama muslim, maka dicari dulu dr garis keturunan ayah yg muslim - tidak langsung wali hakim bund.
| Silakan daftar untuk menulis pesan :-) |