minta sarannya bunda". .aku ingin anakku kembali

Replying to:

Maaf ya dik saya komentar lagi...

1) soal cuma buruh dan lulusan smp, bagaimanapun si anak skg bisa hidup krn merka kasih sandang pangan papan buat si anak. Kalo ga ada susu, baju dan atap anak manapun akan mati.

2) nanti saya lulus... ketika adik lulus dan dpt kerjaan, siapa yg jaga si anak sementara adik kerja? Gaji pengasuh+ biaya hidup adik + anak, cukup ga gaji adik? Yg kuliah aja skg berat.

Kata kuncinya ... nanti. Memang kalo adik ikut aturan yg benar lulus dulu, kerja, nikah dan punya anak, itu ga akan ada masalah ini.

3) soal tante.. saya ga membenarkan dia kasih anak adik yah. cuma saya pikir kenapa dia ambil ambil anak lagi krn dia merasa adik ga akan berbakti sama dia. Makanya dia mau ambil anak yg dia harap bisa jagain dia wkt dia tua. Sekali lagi saya ga tegasin ini bukan tanda saya setuju ama tindakan tante. Cuma mencoba memahami jalan pikirannya.

Kalo si ibu angkat yg skg balik blg kenapa ga adik sayang anak yg diangkat tante, bagaimana pun itu seorang anak yg ga berdosa dan butuh kasih sayang. Sudah dipisahkan dari ortu juga.

Maaf saya juga ga punya solusi soal anak adik. Cuma mau memperluas cara berpikir adik aja ga hanya dari sisi adik saja.

Replying to:

Bunda ocak..

Dengan posisi bunda sekarang sebagai seorang ibu, saya tau pasti sedih sekali.
Bunda merasa memiliki hak untuk mengasuh dan mendidik anak bunda sendiri, betul?

Saya memang belum menjadi seorang ibu, tapi beberapa kali saya ikut membantu mengasuh anak dari sepupu saya..
Saya sangat menyayanginya.. Kebetulan anaknya sangat lucu dan menggemaskan. Ibunya seorang wanita karir yg harus merelakan anaknya di asuh oleh orang lain sementara dirinya bekerja. Dan saya pada saat itu hanya membantu pengasuh saja kebetulan saya sedang berada di rumah ortu saya.

Si anak hanya beberapa hari dititipkan dengan saya.. Tapi diluar dugaan anak tersebut jauh lebih menyayangi saya ketimbang ibunya.. Bahkan ketika saya pulang ke jogja anak tersebut terus mencari saya hingga orang2 disekitar heran sekaligus trenyuh. Si anak acuh sekali terhadap ibunya tapi begitu begitu tau saya datang si anak menyambut ceria kemudian memeluk saya dengan mata berbinar2.

Bunda..
Saya menangis ketika terpaksa meninggalkannya.. Saya sadar ia bukan anak saya meski anak tersebut lebih mennyayangi saya ketimbang ibunya sendiri.

Tapi di sisi lain, ternyata sang ibu justru lebih dlu menangis.. Iya mengatakan bahwa, anaknya memang terlahir dari rahimnya.. Tapi karna keegoisannya, si anak malah merasakan begitu dicintai dan disayangi oleh orang lain..

Bunda ocak..
Saya ingin bunda tau..
Saya yg hanya beberapa hari merawat saja rasanya sangat sedih ketika harus berpisah dengan anak tersebut.. Apalagi yg sudah tahunan?

Kemudian.. Siapkah bunda merasa sakit karna anak lebih menyayangi orang lain ketimbang bunda sendiri?
Dan siapkah bunda melihat anak tertekan karna harus berpisah dari orang yang selama ini merawatnya dan ia kasihi layaknya ibunya sendiri??

Usia bunda masih sangat muda.. Untuk sekarang coba bunda fokus selesaikan sekolah dulu.. Setelah itu cari kerja..

Jangan lupa terus berdo'a semoga suatu ketika bunda di pertemukan kembali dan dimudahkan jalannya untuk bisa berkumpul dengan anak bunda ..

Jangan terlalu memaksakan kehendak bunda..
Masalahnya kompleks, maka selesaikanlah 1 per 1.

Kita hanya manusia biasa, tapi ada Yang Maha Kuasa..
Tetap jadi manusia yg baik..
Berusahalah lebih tenang dan berfikir jernih..
Apalagi meskipun masih muda.. Bunda sudah jadi seorang ibu, HARUS lebih dewasa dan bijak dalam berfikir dan bertindak.

Rasa sakit hati dan emosi hanya akan membuat bunda semakin gelisah dan salah arah..

Bagaimanapun bunda harus mempertimbangkan kenapa tante mengambil anak orang lain daripada mengasuh anak bunda.
Jangan hanya berfikir dari sudut pandang bahwa bunda adalah "korban" dalam masalah ini.

Maaf jika kurang berkenan.. Saya hanya berharap yg terbaik untuk bunda..

Replying to:

Setelah berpikir, saran saya adalah, adik teruskan bersekolah, ambil hikmah dari sini. Jangan seks sbm nikah. Carilah laki baik2 dan menikah dan punya anak sesuai urutan yg benar.

Biarkan si anak bahagia sama ortu angkatnya. Kalo memang nanti ekonomi adik lebih baik dari ortu, adik bisa selalu membiayai sekolah sih anak. Kalo sakit, adik bisa bantu biayai rs/dokter. Tetap jaga hub baik dengan kedua ortu.

Jujur saya pikir adik merasa perlu menyalahkan tante tp kalo dipikir2 kenapa adik ga berjuang lebih keras wkt itu. Keluar dari sekolah, jadi buruh pabrik, dagang nasi depan rumah dsbnya demi menafkahi anak. Nasi sudah jadi bubur, ga mungkin minta kembali. Adik bisa selalu mendoakan terbaik buat si anak.

Waktu itu adik sudah memutuskan tak mau nikah dan kasih anak itu demi masa depan kalian yg lebih baik. Yah jalanin walau saya juga ga kebayang susahnya kehilangan anak. Tapi setidaknya adik bisa melihat dia dari jauh.

Sekarang fokus menata masa depan adik supaya jangan seperti tante yg salah jalan (dari sisi mata pencaharian). Syukur2 adik punya kesempatan membiayai si anak dan dikaruniai kesempatan punya keluarga dan anak lagi.

Replying to:

Halo bunda Ocak., saya bantu ngobrol ya siapa tau bisa membantu pikiran Bunda jd bisa lebih terbuka

Kalau masalah Bunda yg sakit hati dg tante Bunda, itu sebenarnya masalah pribadi., Bunda tdk bijak kalau melampiaskannya ke anak Bunda., apalagi kalau Bunda sampai bilang kalau anak yg diadopsi sm tante Bunda itu ga bakal tahan sm tante Bunda dll, bagaimanapun juga tante itu kan sudah membantu pengeluaran Bunda sampai Bunda dilepas "secara mendadak" sama dy dan mengadopsi anak yg bkn anak Bunda.

Jujur ya Bun, menurut saya, Bunda itu sakit hati. Benar-benar terluka dan sakitnya sampai bisa bilang anak yg diadopsi ga bakal ngerawat tante Bunda sampai tua., tapi apakah Bunda bisa yakin kalau memang anak Bunda yg drawat tante Bunda bakal bisa ngerawat tante sampai tua?

Saya disini tidak membela tante, namun melihat seberapa sakit hatinya Bunda, coba dilihat lagi, semua adalah resiko dr apa yg sudah Bunda ambil: berhubungan dluar nikah, tdk menyerahkan anak ke suami, menyakiti tante Bunda, merelakan anak dg perjanjian diatas materai, sekolah lagi dan sebagainya.

Mau bagaimanapun juga, dengan / tanpa tekanan dr luar, Bunda sudah secara sadar mengambil semua keputusan yg mengakibatkan hasil yg sekarang.

Saran saya, drpd berkutat dengan bagaimana "membahagiakan / merebut" anak Bunda dr ortu asuhnya yg mungkin bisa lebih merawat dy secara finansial, Bunda coba fokus menata hidup Bunda dulu.

Buktikan ke ortu asuh anak Bunda bahwa Bunda bisa menata hidup, secara dewasa dan bekerja secara benar. Mungkin suatu saat nanti Bunda akan diperbolehkan menemui / mengungkapkan identitas Bunda ke anak Bunda.
Namun Bunda harus bijak. Anak Bunda sudah diserahkan, dan Bunda juga harus bisa siap secara mental dan finansial untuk mendukung pertumbuhan anak Bunda apabila memang nantinya dikasih utk merawat anak Bunda.

Maaf ya kepanjangan banget, dsni saya pikir Bunda perlu coba melihat lebih dalam lagi ke kepentingan anak, bukan kepentingan yg Bunda pikir "membahagiakan anak" pdhl Bunda pun masih harus menata hidup dan belum siap menopang hidup anak Bunda.

Semoga Bunda bisa lebih bijaksana ya all the best!