Salah satu penyebab keretakan dalam pernikahan adalah pikiran bahwa pasangan kita harus berubah untuk membuat kita lebih bahagia. Kita sering berpikir kalau dia mencintai kita pasti dia akan berbuat apapun untuk membuat kita bahagia kan? Ya…nggak juga sebenarnya. Sadarkah kita bahwa keinginan untuk merubah pasangan sesuai dengan keinginan kita sama halnya dengan meminta seekor kucing untuk menyalak seperti anjing. It’s just not in their system fellas! Maka, kunci bahagia dalam pernikahan salah satunya adalah menerima keadaan pasangan kita apa adanya. Bagaimanapun dia adalah jodoh yang Allah Ta’ala pilihkan untuk kita sejauh ini, adalah takdir-Nya yang suci yang membawa kalian berdua memasuki ikatan pernikahan sakral sebagai suami-istri.
Masih bergulat untuk menerima si dia apa adanya? Itu hal yang normal, take it easy, seiring dengan waktu dan kelapangan hati kita untuk ikhlas menjalani mahligai kehidupan, niscaya makin luas ruang dada kita untuk menerimanya. Berikut ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu proses tersebut.
1. ‘Setting’ Ulang Harapan Anda
Saat kita sering dibuat kesal oleh kelakuan pasangan kita, coba terlebih dahulu periksa pikiran dan harapan Anda sendiri alih-alih mengeluh terus misah-misuh sana-sini. Apakah kita bisa setting ulang harapan kita daripada terus menerus menuntut si dia memenuhi semua tuntutan pribadi kita?
2. Lihat Sisi Positif
Tahukah Anda bahwa berpikir negatif dan berprasangka itu lebih mudah dibandingkan berpikir positif? Yup..karena berpikir negatif relatif tidak memerlukan upaya untuk berpikir dengan rasional, ia adalah letupan sesaat yang dipacu oleh keadaan dan biasanya dikendalikan oleh emosi.
Saat kita menemukan keadaan pasangan yang dianggap tidak sreg, daripada memfokuskan diri pada sesuatu yang dianggap ‘kekurangannya’, lebih baik mengaktifkan pikiran dan senantiasa mencari kelebihan si dia. Misalkan dia memang agak jorok, simpan pakaian seenaknya, bekas sikat gigi berantakan dst..tapi ah dia kan ayah yang baik dan suami yang bertanggungjawab. Kebiasaan berpikir positif ini akan makin terbentuk seiring dengan makin sering Anda mempraktekkannya, lama kelamaan ia akan menjadi karakter positif dan Anda akan kaget mendapati diri Anda bahkan sulit untuk berpikir buruk atau negatif tentang sesuatu
3. Hindari Berpikir ‘Hitam-Putih’
Salah satu kunci dalam keharmonisan hubungan adalah bersifat fleksibel. Memang lebih mudah melihat dunia dalam kacamata hitam-putih, kalau ngga salah ya bener, kita cenderung mengkotak-kotakkan sesuatu itu dalam dua kotak, ‘salah’ dan ‘benar’. Tapi banyak hal dalam hidup yang sebenarnya berada dalam area abu-abu, kita tidak perlu repot-repot memaksakan itu masuk dalam kotak ‘benar’ atau ‘salah’ asal hati kita cukup legowo untuk menerima hal tersebut apa adanya. Berhentilah menghakimi sesuatu ‘benar’ atau ‘salah’, ‘baik’ atau ‘buruk’, karena apa yang benar menurut kita belum tentu benar dalam pandangan pasangan kita, dan sebaliknya.
4. Take it easy!
Perilaku kita yang cenderung menghakimi orang lain bisa jadi datang dari kebiasaan diri sendiri yang cenderung ‘pushing to the limit’, ingin berbuat yang terbaik dan cenderung ngoyo memaksakan diri. Jadi, mulai dari perilaku baik kita terhadap diri sendiri, semua punya ritme kehidupan masing-masing yang harus dihargai, just take it easy…
5. Fokuslah pada saat sekarang
Salah satu penyebab kita kurang bisa nrimo keadaan pasangan kita karena kita membandingkannya dengan sesuatu yang referensinya tentu datang dari masa lalu kita baik itu dari pengalaman atau masukan dari orang lain. Hei, sadarlah bahwa setiap orang pasti berbuat kesalahan dalam hidup, nobody is perfect! Membanding-bandingkan pasangan kita dengan orang lain akan hanya menjadi racun dalam pernikahan.
6. Berpikir kebalikannya
Coba tanyakan pada diri sendiri apabila Anda berada dalam posisi pasangan Anda yang senantiasa mendapatkan kritik dan tidak diterima apa adanya. Bagaimana kira-kira perasaan Anda? Jadi saat Anda merasa tidak cocok dengan perilakunya, sebelum meluncurkan kritik-kritik tajam dan pedas, cobalah Tanya pertanyaan di atas.
7. Fokus pada diri sendiri
Individu yang tidak bahagia akan cenderung ‘menyerang’ orang sekitarnya, cenderung berkata-kata tidak baik dan selalu ada hal yang dijadikan masalah. Ini akan membuat ketegangan-ketegangan dalam rumah tangga. Maka, dimulailah dari memeriksa diri sendiri, apakah kita bahagia? Apa yang membuat kita bahagia atau tidak bahagia? Belajar untuk bersikap baik pada diri sendiri, jujur apa adanya dan tidak menjadikan pasangan kita sebagai pelampiasan.
Little life message: Happy marriages exist between people who do not tug on each other with expectation. Love yourself, take responsibility for yourself and your marriage will be expansive.
aku dapat copas bunda,, tapi lupa dari mana, maaf kalo bunda pernah baca sblmnya..
cuma mau share aja, saya kalo lgi kesel sama ayahnya Najib suka baca artikel ini bun, walopun udah dibaca berkali-kali ttp abis baca ini suka jlebbbs gitu dalam ati