Diayunkan, Bayi Rawan Kena ''Shake Baby Syndrom''INDONESIA memiliki tradisi mengayunkan bayi sebagai salah satu bentuk kasih sayang. Jika bayi menangis, biasanya bayi akan digendong kemudian diayun-ayunkan agar ia berhenti menangis. Tetapi tanpa disadari tindakan ini ternyata bisa berbahaya bagi bayi itu sendiri.Shake baby syndrom adalah salah satu bentuk kejadian yang cukup sering terjadi pada bayi. Selain diakibatkan karena trauma, ternyata shake baby syndrom juga bisa dipicu karena mengayun-ayunkan bayi. ''Shake artinya menggoyang atau mengguncang. Shake baby syndrom merupakan kumpulan gejala yang timbul akibat melakukan gerakan menggoyang bayi terlalu keras," ujar dr. I Gusti Ngurah Suwarba, Sp.A. dari Sub Bagian Saraf Otak Bagian SMF IKA RS Sanglah.Lanjutnya, mengayun-ayunkan bayi dalam batas tertentu mungkin tidak apa-apa, tetapi jika ayunan membuat bayi mengalami guncangan pada kepalanya akan berbahaya. Efek ayunan pada bayi menurut Suwarba bisa terjadi dalam jangka pendek atau jangka panjang.Untuk jangka pendek atau akibat yang segera terlihat adalah bayi mengalami perdarahan baik dari mata dan otak. Tanda-tanda jika anak mengalami perdarahan pada otaknya adalah ia mulai menangis melengking dan lama. ''Semakin diayun bukannya tambah diam, dia justru akan tambah menangis. Karena jika terjadi perdarahan, bayi mengalami sakit di kepalanya yang luar biasa, hingga ia menangis dengan suara yang melengking,'' jelas Suwarba.Di sinilah yang menjadi salah persepsi dari orangtua maupun pengasuh. Karena bayi tidak berhenti menangis, ayunan yang dilakukan justru tambah kuat dan sering. ''Perdarahan yang disebabkan oleh ayunan tidak meninggalkan bekas dan bukti. Beda jika perdarahan karena trauma atau jatuh.Berdasarkan data kejadian di USA per tahun terjadi 1.200-1.400 kasus shake baby syndrom dengan 7-30 persen meninggal dunia, 30-50% mengalami gangguan saraf dan kecerdasan, sementara sisanya tidak memperlihatkan efek yang nyata. Untuk di RS Sanglah sendiri menurut Suwarba kasusnya berfluktuasi. (san)