Seperti yang kita ketahui bahwa:
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. (Sumber: Organisasi.org)
Seperti yang kita ketahui juga bahwa yang dimasukkan ke dalam tubuh itu adalah vaksin atau virus yang sudah dilemahkan agar kekebalan tubuh kita merespon virus tersebut dan merekam informasi secara LongTerm, artinya informasi itu terus bertahan didalam darah sampai seperti batas imunisasi ulang yang telah ditetapkan pemerintah karena informasi tersebut harus diperbarui dengan cara yang sama memasukkan bibit penyakit.Informasi yang terekam itulah yang memiliki peranan penting untuk sistem imun kita menjaga dan bekerja 24jam melindungi badan kita dengan ancaman virus serupa. Karena ada informasi yang terekam tersebut, maka virus tersebut mudah dikenali dan diatasi. Hasilnya tubuh kita tetap sehat.
Tetapi jika virus itu serupa? Virus terus bermutasi, seperti yang kita ketahui muncul virus-virus baru, virus Flu Burung, kemudian disusul Virus Flu Babi, dan virus lainnya yang terus bersusulan.
Anda mendengar hal ini dari dokter, media masa, brosur di klinik, atau teman-teman Anda:
"Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit."
Tetapi, apakah Anda pernah berpikir ulang tentang tujuan imunisasi? Pernahkah anda meniliti lebih lanjut terhadap isu-isu dan cerita mengenai sisi lain imunisasi (yang tidak pernah diinformasikan oleh dokter)?
Serangkaian imunisasi yang terus digiatkan hingga saat ini oleh pihak-pihak terkait yang katanya demi menjaga kesehatan anak, patut dikritisi lagi baik dari segi kesehatan. Teori pemberian vaksin yang menyatakan bahwa “memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada manusia akan menghasilkan pelindung berupa anti bodi tertentu untuk menahan serangan penyakit yang lebih besar. Benarkah?
Tiga Mitos Menyesatkan Vaksin begitu dipercaya sebagai pencegah penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya 3 mitos yang sengaja disebarkan. Padahal, hal itu berlawanan dengan kenyataan.
1. Imunisasi efektif melindungi manusia dari penyakit.
Kenyataan:
Banyak penelitian medis mencatat kegagalan vaksinasi. Campak, gabag, gondong, polio, terjadi juga di pemukiman penduduk yang telah diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun 1989, wabah campak terjadi di sekolah yang punya tingkat vaksinasi lebih besar dari 98%. WHO juga menemukan bahwa seseorang yang telah divaksin campak, punya kemungkinan 15 kali lebih besar untuk terserang penyakit tersebut daripada yang tidak divaksin.
2. Imunisasi merupakan sebab utama penurunan jumlah penyakit.
Kenyataan:
Kebanyakan penurunan penyakit terjadi sebelum dikenalkan imunisasi secara masal. Salah satu buktinya, penyakit-penyakit infeksi yang mematikan di AS dan Inggris mengalami penurunan rata-rata sebesar 80%, itu terjadi sebelum ada vaksinasi. The British Association for the Advancement of Science menemukan bahwa penyakit anak-anak mengalami penurunan sebesar 90% antara 1850 dan 1940, dan hal itu terjadi jauh sebelum program imunisasi diwajibkan.Imunisasi benar-benar aman bagi anak-anakYang benar, imunisasi lebih besar bahayanya. Salah satu buktinya, pada tahun 1986, kongres AS membentuk The National Childhood Vaccine Injury Act, yang mengakui kenyataan bahwa vaksin dapat menyebabkan luka dan kematian.
3. Bukan racun dan tidak najis?
Kenyataan:
Tak Masuk Akal, Apa saja racun yang terkandung dalam vaksin? Beberapa racun dan bahan berbahaya yang biasa digunakan seperti Merkuri, Formaldehid, Aluminium, Fosfat, Sodium, Neomioin, Fenol, Aseton, dan sebagainya. Sedangkan yang dari hewan biasanya darah kuda dan ****, nanah dari cacar sapi, jaringan otak kelinci, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, serum anak sapi, dan sebagainya. Sungguh, terdapat banyak persamaan antara praktik pengobatan zaman dulu kala dengan pengobatan modern. Keduanya menggunakan organ tubuh manusia dan hewan, kotoran dan racun.
Dr. William Hay menyatakan, “Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatannya. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.”
Anda bisa membaca lengkapnya disini.
Dan APA ITU TRANSFER FACTOR???
Transfer Factor
BUKAN Vitamin, BUKAN herbal, BUKAN Enzym, BUKAN Kolostrum, BUKAN Hormon, BUKAN Cell Food, BUKAN Mineral, BUKAN Magnet, BUKAN Obat !!! - Transfer Factor adalah Molekul Pendidik sistem imun (Immune IQ).
- Merupakan penemuan yang paling bersejarah dalam imunologi.
- Pada abad 21 ini, Transfer Factor akan menjadi satu-satunya kunci utama untuk meraih kesehatan dan kehidupan yang optimal.
Transfer Factor merupakan molekul pintar yang membawa informasi yang dibutuhkan makhluk hidup untuk bertahan dari serangan segala macam penyakit. Jadi Transfer Factor bukan bibit penyakit/virus yang dilemahkan yang dimasukkan, Melainkan INFORMASI nya saja yang dimasukkan. Informasi ini bersifat ShortTerm, rata-rata informasi ini bertahan sampai 30 hari dan terus di update, sehingga lebih halus dan kaya informasinya. Seperti kita memilih Anti virus untuk Computer kita, maka pasti kita memilih yang Update Database nya yang tiap hari, karena Computer kita akan lebih kaya informasi, sehingga aman dan terlindungi.
Seperti yang kita ketahui bahwa Virus terus bermutasi, seperti yang kita ketahui muncul virus-virus baru, virus Flu Burung, kemudian disusul Virus Flu Babi, dan virus lainnya yang terus bersusulan. Kabar Baiknya Transfer Factor terus mengikuti perkembangan virus karena diambil dari SUMBER-SUMBER yang baru.
TF
TIDAK ADA kadar toksin/racun,
TIDAK ADA efek samping dan
AMAN dikonsumsi oleh semua umur mulai dari bayi berumur 1 hari, ibu hamil sampai lanjut usia selama tidak pernah menerima transplantasi organ sebelumnya.
TF
TIDAK MENIMBULKAN alergi pada manusia karena bersifat "
non-species spesific" = jadi TF sama fungsinya untuk manusia dan hewan.
1 kapsul TF (200 mg) berpotensi
MENGENALI berbagai jenis
kuman, virus, jamur, parasit, bakteri, dan sel kanker untuk sistem imun kita.
IMUNISASI ATAU TRANSFER FACTOR? ITU PILIHAN ANDA. BELI Beberapa Link Terkait: - Solusi Alergi
- Solusi MIOM (tumor jinak di uterus(rahim)
- Solusi Autisme
- Solusi Jantung
- Solusi Kanker
- Solusi Diabetes
- Beberapa Testimoni
Saya Pilih Transfer Factor Saja.
HIDUP SEHAT, MENEBAR MANFAAT!
-SALAM HANGAT HUSNUL DAN ARIF-