Saat Buah Hati Tak Kunjung
Hadir, Apa yang Harus
Dilakukan?
Maryam Imran | 08/05/2015 |
Akhwatmuslimah.com – Rindang, sebut
saja demikian. Wanita yang kini sedang
dalam masa penantian yang amat
panjang. Manisnya masa-masa awal
pernikahan telah ia rasakan, tinggal
satu pelengkap kebahagiaan yang belum
didapatkannya, yaitu kehadiran sang
buah hati. Bulan demi bulan, tahun demi
tahun ia dan suaminya jalani. Hingga
usia pernikahannya memasuki tahun
ke-10, Allah belum juga
menganugerahkan buah hati pada
mereka berdua. Berbagai upaya telah
mereka tempuh, namun apa daya, Sang
Penguasa Takdir belum berkenan
mengabulkan keinginan mereka.
Satu Bentuk Cobaan
Mungkin masih banyak pasangan suami
istri lain yang bernasib serupa seperti
Rindang dan suaminya. Bertahun-tahun
berkeluarga, namun belum juga
dikaruniai momongan. Sangatlah wajar
jika manusia senantiasa menyenangi
hal-hal yang indah di dunia ini. Karena
sudah menjadi tabiat yang ditanamkan
Allah kepada manusia bahwa manusia
akan cenderung mencintai harta, anak-
anak, dan istri. Allah Ta’ala berfirman,
yang artinya,
“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak, dan sawah ladang.
Inilah kesenangan hidup di dunia; dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (Qs. Ali-Imran: 14)
Saudariku muslimah, setiap insan di
dunia ini tak akan terlepas dari ujian.
Dalam surat Al-Baqarah, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, yang
artinya,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan berikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 155)
Belum mendapatkan momongan
meskipun telah lama mengarungi
bahtera rumah tangga adalah salah satu
bentuk dari berbagai macam bentuk
ujian yang Allah berikan pada manusia.
Kebanyakan orang mengira, bahwa
cobaan hanya datang dalam bentuk
kesulitan saja. Mereka tidak menyadari
bahwa melimpahnya nikmat juga
merupakan ujian yang diberikan Allah.
Sehingga banyak memang yang dapat
melalui cobaan dan bersabar ketika
mendapatkan kesulitan namun sangat
sedikit yang mampu melampaui ujian
berupa kenikmatan dunia, hal ini
menjadikan manusia lalai saat
kesenangan hidup menyapa mereka.
Dalam surat Al-Anbiya ayat 35, Allah
Ta’ala berfirman yang artinya,
“…dan sungguh Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan. Kepada Kami, kamu
akan kembali.”
Juga firman Allah yang artinya,
“Adapun sebagian manusia apabila
diberi ujian oleh Tuhannya yaitu diberi
tempat yang mulia dan diberi
kenikmatan kepadanya, maka ia
berkata, ‘Tuhanku telah memuliakan
aku’. Adapun apabila Tuhannya
mengujinya dengan membatasi
rezekinya, dia berkata, ‘Tuhanku telah
menghinakan aku.’” (Qs. Al-Fajr: 15-16)
Bagimu wahai para orang tua yang
belum dikarunia anak, bersabar adalah
kunci dalam masalah ini, karena sabar
adalah salah satu jalan datangnya
pertolongan Allah. Allah Ta’ala
berfirman, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman,
mohonlah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang
sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153)
Hendaknya kita berbaik sangka
terhadap takdir Allah. Yakinlah, bahwa
segala sesuatu yang telah menjadi
keputusan Allah pasti mengandung
banyak hikmah meskipun kita tidak
menyadarinya. Ingatlah saudariku, tinta
takdir telah mengering. Setiap manusia
telah dituliskan tentang nasibnya lima
puluh ribu tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi. Rezekipun telah
ditetapkan, manusia tidak akan
meninggal sebelum jatah rizki yang
Allah tetapkan baginya habis.
Tidak Saling Menyalahkan
Sebagaimana makhluk hidup yang lain,
manusia membutuhkan keturunan untuk
mewarisi dan meneruskan hidupnya.
Itulah mengapa anak menjadi dambaan
setiap keluarga. Anak bagaikan
permata dalam kehidupan mereka.
Penyejuk mata ketika keletihan
menyapa, menjadi tempat berteduh
ketika masa senja mulai tiba.
Sekian lama belum dikarunia anak,
tentu akan membuat pasangan suami
istri risau dan gelisah. Dalam kasus
seperti ini, istrilah yang biasanya
merasakan beban paling berat. Apalagi
ada pandangan bahwa penyebab semua
itu adalah dari pihak istri. Ia yang
mandul dan tidak bisa melahirkan
keturunan. Padahal bukanlah seperti
itu. Bukanlah salah istri, karena setiap
takdir Allah-lah yang telah
menggariskannya. Lagipula, tidak selalu
istri yang menjadi penyebabnya, pihak
suami sering pula menjadi sebab belum
dikaruniainya anak.
Oleh karena itu, tidak saling
menyalahkan adalah jalan terbaik
dalam menghadapi ujian ini. Hendaknya
pasangan suami dan istri yang belum
dikaruniai buah hati saling memberikan
dukungan dan nasehat. Saling
menasehati untuk bersabar atas takdir
yang diberikan Allah. Dengan sikap
seperti ini, diharapkan suami dan istri
dapat saling menguatkan di tengah
badai ujian Allah.
Jangan Lupa Berdoa dan Berusaha
Saat seorang mukmin menghadapi
kesulitan dalam hidupnya, semestinya ia
tidak berpangku tangan begitu saja
tanpa berusaha. Berikhtiarlah. Ambillah
sebab-sebab yang dapat menghilangkan
kesulitan tersebut selama ikhtiar
tersebut dibolehkan syari’at. Seperti
halnya mukjizat Nabi Musa, tidaklah
Nabi Musa serta merta dapat membelah
lautan, melainkan ia harus mengayunkan
tongkatnya terlebih dahulu. Atau
seperti kisah Maryam ketika
mengandung Nabi ‘Isa, untuk
mendapatkan makanan (kurma), Allah
tidak begitu saja menurunkan makanan
tersebut dari langit, melainkan Maryam
terlebih dahulu harus menggoyang
pohon kurma.
Pasangan suami dan istri yang belum
dikaruniai anak dapat berikhtiar
dengan banyak cara, seperti
berkonsultasi dengan para ahli, orang
yang berpengalaman dalam masalah ini,
meminum obat-obatan dan ramuan-
ramuan, mengkonsumsi makanan-
makanan yang dipercaya mampu
meningkatkan kesuburan. Memperkaya
pengetahuan tentang bagaimana proses
terjadinya pembuahan dan fungsi alat
reproduksipun termasuk hal yang tidak
ada salahnya untuk dicoba.
Yang tidak boleh dilupa adalah doa,
tidak selayaknya ditinggalkan. Seorang
muslim tidak sepantasnya
menyandarkan pada sebab dan usaha,
karena semua penentu adalah Allah
Sang Pencipta alam raya. Bukankah
anak keturunan adalah bagian kecil dari
alam raya? Giatlah berdoa agar Allah
memberikan anugerah-Nya berupa anak
yang mampu menyejukkan mata kita.
Sebagaimana kisah Nabi Zakaria ‘alaihi
salam yang di usia lanjut belum juga
mendapatkan keturunan, ia berdoa:
“Ia berkata, ‘Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan
permohonanku terhadapmu, ya Rabbi,
belum pernah tak terkabulkan. Dan
sesungguhnya aku khawatir terhadap
kerabatku sepeninggalku, sedang
isteriku adalah seorang yang mandul,
maka anugerahilah aku dari sisi Engkau
seorang putera. Yang akan mewarisi
kenabianku dan mewarisi kenabian
keluarga Ya’qub; dan Jadikanlah ia, Ya
Tuhanku, seorang yang diridhai.’” (Qs.
Maryam: 4-6)
Satu lagi yang perlu diingat, wahai
saudariku, termasuk di antara bentuk
usaha adalah dengan memperbanyak
taubat dan beristighfar, sebagaimana
firman Allah Ta’ala yang artinya,
“…beristighfarlah kepada Rabb-mu.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.
(Jika kalian beristighfar) niscaya Dia
akan menurunkan hujan yang lebat atas
kalian, juga memberi banyak harta dan
anak keturunan…” (Qs. Nuh: 10-12)
Bersabar
Jika sudah gigih berdoa dan berikhtiar
dengan berbagai cara namun belum juga
mendapatkan keturunan? Maka langkah
selanjutnya adalah senantiasa bersabar
atas takdir Allah. Yakinlah bahwa Allah
telah memilihkan yang terbaik untuk
kita. Jangan lupa berdoa seperti doa
yang telah dituntunkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallamkepada kita.
Dalam sebuah hadits shahih
diceritakan:
Diriwayatkan dari Ummu Salamah
radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan,
“Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Tidak seorang hambapun yang tertimpa
musibah lalu ia mengatakan,
ﺇﻧﺎ ﻟﻠﻪ ﻭ ﺇﻧﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﺭﺍﺟﻌﻮﻥ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﺟﺮﻧﻲ ﻓﻲ ﻣﺼﻴﺒﺘﻲ
ﻭﺃﺧﻠﻒ ﻟﻲ ﺧﻴﺮﺍ ﻣﻨﻬﺎ
“Sesungguhnya kami milik Allah, dan
sesungguhnya hanya kepada-Nya kami
kembali. Wahai Allah, berikanlah kami
pahala dari musibah ini dan berilah ganti
yang lebih baik darinya.”
Kecuali Allah akan memberikan
ganjaran pahala karena musibah yang
menimpanya dan memberikan ganti yang
lebih baik.’
Ummu Salamah berkata, “Ketika Abu
Salamah wafat, aku membacanya
sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka Allah memberikan ganti yang
lebih baik dari Abu Salamah, yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (HR. Muslim)
Saudariku, engkau tidak sendirian.
Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria pun
bernasib serupa, mereka dikaruniai
keturunan oleh Allah ketika usia
mereka telah lanjut. Juga Ummul
Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
orang yang paling dicintai Rasulullah,
bukankah beliaupun tidak memiliki
keturunan? Wahai muslimah, hendaknya
kita mencontoh kesabaran mereka.
Dengan doa dan kesabaran tersebut,
semoga kita mampu bertawakal kepada
Allah. Selanjutnya dengan begitu, Allah
berkenan menganugerahkan kepada
kita kesabaran dan rasa syukur. Kita
mampu menjadi orang yang bersyukur
ketika dikaruniai anak, sementara
ketika masih sulit mendapat anak, kita
tetap bersabar dan tidak berprasangka
buruk kepada Maha Pencipta, termasuk
juga ketika mendapatkan anak yang
tidak sesuai dengan harapan kita.
Waallahu a’lam.
Maraji':
1. Bekal Menanti Si Buah Hati,
Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi,
Media Tarbiyah
2. Majalah Nikah Vol. 3 No. 11: Agar
Buah Hati Tak Sekadar Bayangan
Penyusun: Ummu Nafisah
Muroja’ah:Ustadz Jamaluddin, Lc.
Sumber : muslimah.or.id