TIPS meretas konflik menantu-mertua

Replying to:

1. Jika akar masalah ada pada Anda, secara jujur akuilah dulu. Selama hal ini tidak dilakukan, saya pikir sulit mencari jalan keluar. Kejujuran dan keikhlasan untuk mengakui kesalahan, cara ampuh untuk menyelesaikan masalah. Setelah itu, datanglah kepada mertua Anda dengan ihlas, memintalah maaf

2.Jika akar masalah ada pada mertua, tetaplah bersikap bijak. Tak perlu dilawan dengan cara kekerasan – bahkan kekerasan bahasa sekalipun. Bagaimana pun kita berkewajiban membangun relasi yang saling memartabatkan dengan semua orang, apalagi mertua. Bahkan kalau mertua menggunakan kekerasan verbal, kita tetap harus meresponnya dengan nalar dan emosi yang tepat. Sehingga dari kita juga keluar sikap dan bahasa yang tepat. Bahasa yang santun. Atau lebih tepatnya “bahasa yang menyantuni”.

3. Tak perlu Anda “cerewet” menjadikan konflik Anda dengan mertua sebagai gosip. Kepada semua orang Anda bercerita, seolah ingin meyakinkan orang bahwa Andalah yang benar. Jika hal ini dilakukan, hanya akan menambah intensitas konflik.

4. Jika Anda “jantan” negosiasikan sendiri keinginan, harapan, dan kepentingan Anda. Berbicaralah secara santun dan jelas. Konflik besar kadang hanya dipicu oleh masalah kecil yang dimulai oleh kesalahpahaman.

5. Jadikan anak anda –cucunya—sebagai pintu masuk untuk mengurai masalah Anda. Mertua biasanya sangat emosional jika berbicara masalah cucu. Bahkan kecintaan terhadap cucu melebihi kecintaan terhadap anak sendiri.

6. Jika Anda tidak bisa menegosiasikan sendiri, mintalah suami yang menjadi mediator. Banyak dalam masyarakat pedesaan, istri menjadi mediator yang baik ketika sang suami tak mampu melakukannya sendiri karena, misalnya, tidak dekat dengan sang mertua.

7. Jika tidak mampu carilah mediator lain yang disegani oleh mertua. Bisa saudara Anda, atau teman mertua Anda. Tentu saja mereka harus memahami dahulu apa masalahnya, sebelum memediasi kepentingan Anda. Di samping orang ini harus memiliki kemampuan bernegosiasi dan memediasi. Di masyarakat pedesaan kyai biasanya memiliki kemampuan bagus memediasi konlik keluarga.

8. Carilah waktu yang tepat untuk menyampaikan. Jangan paksakan negosiasi dilakukan dalam suasana emosi yang masih meninggi. Tunggu hingga emosi mengendap. Tidak saja emosi mertua tetapi juga Anda.

9. Gunakan juga waktu yang tepat untuk memulai penyelesaian. Misalnya, hari raya adalah saat tepat, paling tidak untuk saling memaafkan. Tidak mungkin bukan di hari raya yang seharusnya saling memaafkan, akan keluar kata dan bahasa yang saling menyakiti? Meski tidak bisa diselesaikan hari itu juga, tetapi hari raya menjadi pembuka yang baik.

Replying to:

Trit bermutu
Yg pnting itu : KOMUNIKASI
Ga suami, ga ipar, ga sodara, ga ortu, ga mertua, ga pembantu, ga pegawai, ga temen, semuanya sama..
Good luck bunda2

Replying to:

Bun ananda : wiyung bun bun ananda dimn?

Sbnrnya emang lbh baik tinggal lain atap tiap RT itu ya.. dl aku inget ditawarin tinggal dirumah ortuku. Tp misuaku ga mau, pokoknya mau pny rmh dl baru merit. Krn didikan di kluarganya tiap RT sbaiknya sendiri2, jgn campur (kluarga misua di mlg, sy n misua di sby). Mertua sy aja blg kl nanti tua ga mau tinggal sama anak2nya, mau tinggal sndiri.. sy pgn niru itu bun, mnrt sy bagus ya kluarga misua tu cr berpikirnya.. kcuali kl ortu sakit, ya hrs brg ada yg jagain.. beruntung pny misua yg brpikir : mau pny rmh dl br merit

Replying to:

Saya darmahusada galaxymall bun phank .. Jauh juga ya ..

Replying to:

Aku sih kalo udah komunikasi ttp gak menyelesaikan masalah lebih baik diem aja bunda.. bodo amat mertua atau ipar mau ngomong apa juga... hehehehehe mendadak jadi batu aja kalo udah kecewa... kalo mereka baik ya kita baik, kalo mereka mulai rese ya tinggalin aja, ada untungnya sekarang aku dah gak tinggal sama mertua.. jadi mau ngomong apapun udah terserah... cuek aja bunda.... gak usah di ambil pusing...