Benci anak tiri qu

Setuju dengan bunda kiprox
Bunda yudoz anggap aja pembelajaran bunda tuk mengasuh ank bunda nantinya. kemanakan saya juga ada usianya segitu, waaahh semua permintaannya juga harus dituruti.
Jadi bunda jgn bersikap seperti itu, klo bunda terima bapaknya bunda juga harus terima anknya karena uda satu paket. dari awal bunda uda tau itukan?????

 

 

Yang salah ayahnya si anak lah bun bukan anaknya.
Anak umur segitu belum ngerti apa-apa juga.
Lagian ibu kandungnya kemana yah bun kok tega ninggalin gitu aja ke suaminya, iya kalo suaminya care sama anaknya. Dari cerita bunda kayaknya si suami juga cuek ama anaknya sendiri, harusnya dia yang paling care dan jagain anak itu terlepas dari sudah punya istri baru atau belum. Itu kan tetap tanggung jawab dia bun. Kok dia malah kesannya 'manfaatin' bunda untuk ngurusin anak kandung dia sendiri yah. Dan kalau emang ibunya sudah meninggal harusnya dia dikasihani lah bun bukan dianggap orang lain. Bangun bonding/ikatan dengan anak tersebut agar bunda lebih sayang ke dia. Mungkin karena masih baru bunda masih merasa asing dan menganggap mengasuh dia hanya sebagai 'tugas istri' bukan tugas seorang ibu. Coba belajar menjadi lebih dekat dengan dia insyaAllah kasih sayang akan memperkuat hubungan bunda dengan anak tiri.

 

 

Saya mikir sampe ke hal terburuk bun.
Takutnya suatu saat saya gda, anak diasuh ibu tiri, nanti dpt perlakuan yg semena2 g kya anak ke ibunya sndr.
Makanya knp saya rawat 3 malaikat kecil kk bnr2 kaya anak sndr walaupun lg hamil gede, namanya nafas ud engap, mrk lari sana lari sini ttp diawasin, namanya lempar barang ud g kekontrol.
Asal gmn kita ngedidiknya aja.
Dibilang berat ya lumayan, apalagi saya sndr, suamo jauh di sebrang pulau, klo anak2 ud tidur bayangan kita kan enaknya crita ma suami, manja. Ini boro2 cm cape yg dirasa tp gda yg manjain.
Tp saya yakin Allah itu nitip anak ke kita mau itu anak angkat, anak tiri, anak kandung atau keponakan kya saya itu pasti ada maksudnya yg terbaik buat kita.
Bkn utk dikeluhin, tp jd penyemangat kita.
Klo anak tiri apalagi, kita nikag ma ayahnya artinya harus siap nerima anaknya jg.
Gmn klo kaya saya atau yg lain tiba2 kk meninggal di usia muda, ninggalin 3 anak yg ayahnya kaboorr jd amanahin ke saya, kejadiannya mendadak, siap g siap harus siap.
Toh kalo ntr ud dewasa, anaknya berhasil, siapa yg bangga?
Apalagi klo anaknya ud piatu, dr kecil g pny ibu kya ponakan2 saya.
Subhanallah bun, tiap liat mereka lg lucu2+bandel2nya rasanya pgn nangis.
Malah jd ngebayangin gmn klo anakku ada di posisi mrk

 

 

Ettt dah JAHAT amat sih bun, anak aq aj gitu klo aq lg dandan suka obrak abrik nanya ini dan itu berulang ulang, inget pnya anak....... klo anaknya udah gede kyk gitu gmn?? pantaslah suami ibu seperti itu, klo saya jd suami ibu saya jg mungkin seperti itu.

maaf ya

 

 

Sini buat aq aja anak tirinya bund klw bunda kuwalahan n ngeluh2 ngrawatnya....hehehe

 

 

Bun, sabar, anak umur segitu lagi periode tantrum, coba bunda cari info mengenai masalah tantrum. Anak saya juga lagi masanya seperti itu, anak kandung bunda pun juga akan mengalami fase tersebut. Anggaplah ini pembelajaran sebelum menghadapi anak kandung sendiri. Bantulah anak tiri bunda melewati fase ini.
Ini ada artikel masalah tersebut.

Tenang Saat Anak Tantrum


Menangis, teriak ga karuan, guling-gulingan,melempar, itulah gambaran tantrum secara umum. Hampir tiap hari ada saja yang tantrum di toko kami. Ada yang hanya karena minta jajanan, minta mainan, minta alat tulis, atau sesuatu yang dijual di toko kami tapi tidak dituruti orangtuanya. Jadilah mereka menangis sekeras-kerasnya, kadang sambil ‘ndlosor’ (melantai), mukul-mukul pintu kaca kami, wis lah..kebayang kan hebohnya? Kadang ada ibu/bapaknya yang bisa mengendalikan, tapi kebanyakan yang lain menyerah, tidak tahan dengan tangisan anak, dan akhirnya membelikan yang anak minta.
Padahal, saya sudah sering membantu orangtua untuk membujuk si anak agar tidak jadi beli, saya bilang itu mainan Aal (anak saya) lah, makan itu batuk, di rumah masih ada mainan, ibunya tidak bawa uang, wis pokoke all out mbantu ibu-ibu itu mengatasi tantrum. Saya ingin mereka tau, saya ini tidak melulu harus laku dan untung. Saya juga seorang ibu, tau harus bagaimana bertindak ketika keadaan seperti itu. Menuruti anak bukanlah solusi!
Tapi, ending-nya, lagi-lagi si ibu menuruti anaknya. Yah, saya kaya sapi ompong, melongo, sudah mbantu ngoceh, bukannya cepat pulang itu ibu dan anaknya, malah akhirnya tetep kalah sama anak, jadilah membeli yang jadi kepengenan anak. Lain waktu, gitu lagi kejadiannya.
Begitulah sedikit cerita pengalaman sehari-hari saya, mungkin Mommies juga pernah melihat pemandangan seperti itu atau malah mengalami sendiri? Saya baru saja membuka lagi buku-buku lama saat zaman Aal kecil, salah satunya tentang tantrum ini. Mungkin sedikit saya sarikan kembali di sini, mbok menawane (apa ini bahasa indonesianya? -barangkali?- red ) ada yang membutuhkan, tapi lebih ke based on pengalaman pribadi saya ya ceritanya. Ya karena sering sekali ketemu anak tantrum di toko saya, saya jadi kepikir, apa mungkin banyak yang belum tau ya tentang tantrum ini?
Saat usia 0-2thn mungkin belum familiar dengan kejadian tantrum ini, karena anak segitu masih imut-imutnya, lucu setiap saat. Di usia 2 tahun ke atas mulailah anak bisa protes, punya keinginan, lengkap dengan senjata pemuasnya; nangis. Hehehe.
Saat ini saya juga sedang menghadapi “next challenge”, Rasyid, yang baru akan berusia 3 tahun. Sekarang sudah mulai kadang punya cara-cara lucu untuk dapat yang dia mau.


Penyebab tantrum di antaranya adalah karena selalu dituruti keinginannya, sedang bad mood seperti ngantuk, lelah, lapar, dll . Kebiasaan orangtua yang selalu menuruti semua keinginan anak, akan jadi bumerang bagi orangtua sendiri. Ini bukan masalah ”Ah, bisa beliin ini” alias ada dananya ya, tapi lebih ke “Butuh atau tidak apa yang diinginkan anak”. Contoh: kemarin beli mobil-mobilan, hari ini pengin beli lagi. Butuh tidak? Tidak kan? Seorang anak yang biasa dituruti, akan sangat gampang langsung nangis, guling-guling, lempar barang atau badan (!), karena tidak dibelikan barang yang ia inginkan itu.
Lalu tantrum datang. Apa yang kita lakukan untuk menghadapinya?
Tenang, tidak panik, tidak memarahinya. Tidak bisa kita menasehati panjang lebar saat seperti itu, percuma. Lebih baik, angkat, peluk, pergi dari tempat kejadian, alihkan perhatian, sambil terus menenangkannya. Orangtua harus tegas saat seperti itu. Tidak meleleh menuruti keinginan anak. Dengan tidak menurutinya, orangtua akan terlihat konsisten, dan anak akan jadi tau bahwa orangtua tidak bisa dimanipulasi, tidak gampang dirayu dengan tangisan.
Saat kemarahan anak mereda, jangan langsung pula diikuti kemarahan orangtua, biarkan tenang dulu. Waktu untuk menasihati terbaik adalah saat anak-anak merasa nyaman. Kalau saya, seringnya habis mandi. Segar badannya, fresh pikirannya. Nah, boleh lah berbincang sedikit ke anak, kenapa tadi nangis,marah, jelaskan cara-cara yang baik untuk meminta, kenapa tadi dilarang, dan seterusnya.
Sebagai orangtua kita harus cari tau apa penyebab tantrumnya itu. Selanjutnya, belajar jadi orangtua yang tegas dan konsisten. Galak? Beda, ini tegas dan konsisten. Kalau sekali tidak ya tidak. Anak-anak kan belum tau yang mereka inginkan itu baik atau tidak, kitalah yang membimbingnya, bukan kita yang disetir anak.
Selalu menjelaskan kenapa tidak boleh, kenapa dilarang, akan membiasakan anak berpikir lebih luas dan negotiable. Itu yang saya rasakan bermanfaat sampai sekarang. Anak terbiasa tau kenapa dia dilarang. Hal itu akan lebih menyerap di otaknya. Selain tegas dan konsisten, Saya juga selalu menerapkan reward and punishment. Memberi hadiah saat mereka berbuat baik/patuh, dan hukuman jika mereka tidak nurut. Tapi hukuman yang saya maksud tidak terus menjadi ancaman ya, dikit-dikit diancam, wah jadi anak penakut nantinya. Nggak berani melangkah, sudah takut ancaman duluan. Hukuman di sini lebih untuk mengenalkan pada anak hubungan sebab akibat, anak jadi tau risiko. Sedangkan hadiah, tidak melulu barang, pujian juga sudah hadiah.
Pengalaman saya, saat Aal dan Rasyid ikut belanja ke toko mainan, pastilah pengin ini itu, sibuk sendiri milih-milih minta dibeliin. Nah, saya cukup tanya, “Aal sudah pinter apa minta dibeliin itu?”, yang sudah-sudah sih, mereka jadi mikir sendiri, “Iya ya, pinter apa ya..”, hehe. Setelah itu dia akan mundur teratur (walau kadang ya tetep aja keukeuh). Namun,biasanya saya diam-diam membeli yang ia inginkan dan menyimpannya di rumah. Saya akan berikan saat ia berbuat baik atau patuh. Tak lupa saya jelaskan, hadiah ini karena Aal sudah melakukan hal yang baik.
Oya, selain mainan, Kadang semangkuk mi instan pun sudah cukup jadi hadiah. Haha, iya, makan mi! Karena jarangnya makan mi, menjadikan mi sebagai menu yang ditunggu anak-anak.
Alhamdulillah, kami sangat bersyukur selama ini kami tidak pernah mengalami anak tantrum hebat (nangis sampe guling-gulingan, teriak, dsb). Banyak mengobrol dengan anak membuat kita tau apa keinginannya. Luangkan waktu sejenak untuk itu. Anak yang terlalu dimanja dan dilindungi bak raja hanya akan memicu tantrum saat keinginannya ditolak. So, mari kita atur ulang pola asuh kita dalam mendidik anak-anak.
Saya sangat setuju dengan sebuah buku yang judulnya Mengasuh Anak Tanpa Panik. Dan memang begitulah seharusnya, karena itu tanda kesiapan kita menjadi orangtua, tidak panik menghadapi anak. Sekedar saran untuk para orangtua baru, ketika anak mulai 2 tahun, lebih rajinlah membaca buku atau artikel tentang anak, karena mulai usia ini perilaku anak mulai tambah macam-macam dan kita harus tau cara yang benar menghadapinya.
Satu lagi nih, jangan pernah merasa cukup untuk mencari ilmu mendidik anak karena menjadi orangtua memang harus terus belajar. Setuju?


Tenang Saat Anak Tantrum | Page 3 of 3 | Mommies Daily

 

 

Ank tirinya bersikap bgt, selain umurnya msh 2 th dia cari perhatian. Coba bunda ttp bersabar.. gak ada yg sia2 koq klo kita melakukan sesuatu dgn tulus ikhlas..

 

 

Bund klo menurut aku sih anaknya gk pantes disalahin.. tp bapaknya yg salah.
Anaknya mungkin kurang kasih sayang mamanya meninggal atau dicerai bapaknya dan bapaknya aja begitu sm anaknya sendiri.. bund menurut aku seharusnya bunda sayangi anak tiri bunda apalagi dia perempuan..jgn smpai dia besar nanti salah pergaulan krna dia frustasi sm keluarganya, jgn benci sm dia jadikan dia 1 tim dengan bunda, lama2 klop jd bisa seperti sahabat.. nnti pasti bunda lama2 seneng sm dia, bunda yg harus memulai bukan anak itu..dia masih kecil blm tau apa2 bund.. tetap semangat ya bund hehe

 

 

Nice info...like this

 

 

sabar bunda mungkin itu ujian buat bunda

 

 

Sedikit share bund...sy menikah dg duda meninggal punya 3 anak dan sy sendiri punya anak 2, sblm nikah dl mmg sy tau tantangan sy...tp waktu itu sy luluh jg krn melihat anak2 suami membutuhkan sosok ibu, tp stlh sekian th menikah dg suami timbul berbagai mslh. Suami org yg sibuk sehingga waktu full unt kerja, alhasil waktu unt keluarga hampir tdk ada. Sy hrs jd ibu sekaligus bpk rasanya. Anak2 dr suami malas2, jd sy bnr2 kewalahan pdhl mreka yg dua perempuan sdh kuliah dan sma, kalau liburan bangun nya siang2 sy serasa jd pembantu di rmh mengurusi semuanya, dari gelap ke gelap baru istirahat. Akhirnya krn kecapekan sy sering uring2an ya maklum sy tdk ada pembantu semua sy handle sendiri bahkan anjam anak2. Akhir2 ini sy merasa anak2 dr suami mulai berani sm sy, spt usaha sy dan apa yg sy lakukan seolah2 tdk ada harga nya. Pdhl sy tdk membeda2kan anak sy sendiri atau anak suami. Blm lg intervensi dr kluarga almarhumah membuat sy stres berat yg cucu nya harus begini begitu, pdhl anak dr suami yg kecil punya alergi akut mulai opname sampai terapi tiap minggu nya sy yg telateni. Sy merasa spt tidak dihargai...kadang anak sy sendiri melihat sy spt ini sering berucap " ma, enak dl waktu kita msh bertiga ya ?" mendengar nya sy smkn sedih krn sy menikah lg tdk bisa membuat situasi anak2 sy semakin baik malah spt tertekan. Kadang kalau spt ini ingin menyerah saja

 

 

dengarkan kata hati kecil bunda...lalu ikuti,
karena sebenarnya itu adalah jawaban yang bunda inginkan untuk solusi masalah ini.

 

 

kalo menurut aku bunda yudoz, ga nyalahin sih klo bunda ky gtu, mgkin bunda krg komunikasi dgn suami, jdi suami krg brtgg jwb sm ank kandungnya sndiri..
tiap org beda2 sihh tingkat emosinya, ngmg doank gampang, tpi klo ngelakuin nya emang susah.. semoga bunda lbh di beri kesabaran..

kalo bunda lia siswanto, di bicarakan aja sm suami, klo sdh ga kuat ya itu terserah bunda mau gmn, krn ank dri suami jg bkn balita atau batita.. sdh dewasa jg.. semoga diberi kesabaran berlebih dan diberi pencerahan jga ya bun..

 

 

Kasian banget suaminya dpt istri mecem begini