Saya mau share pengalaman saya tentang prajabatan di saat hamil, karena saat saya searching, ga banyak info yang tersedia. Mudah-mudahan pengalaman saya bisa membantu.
Jadi, prajabatan CPNS saat ini menggunakan model baru, berbeda dgn dulu. Sekarang disebut Diklat Dasar (LATSAR). Sistemnya on-off campus. Peserta wajib ikut pelatihan on campus selama 5 minggu, setelah itu kembali ke instansi masing-masing (off campus) untuk melaksanakan proyek perubahan.
Untuk catatan, kesempatan mengikuti Latsar ini hanya 1X, artinya kalau kita gagal di sini, ya sudah langsung gugur deh status CPNS-nya. Tidak ada kesempatan mengulang Latsar lagi tahun berikutnya.
Nah, saya kebagian on campus di Bandung. Sementara saya tinggal & bertugas di luar Jawa. Untuk mencapai lokasi Latsar, saya harus melakukan penerbangan transit dgn total waktu 3 jam-an. Beruntung, saya familiar dengan Bandung karena pernah lama tinggal di sini, dan ada banyak teman di kota ini.
Selama 5 minggu on campus, kegiatan cukup padat. Jadwal belajar Senin-Sabtu, pagi sampai sore. Terkadang ada pula kelas malam sampai jam 9. Belum lagi ada jurnal individu yang harus dikumpul setiap hari sebelum tengah malam dan tugas-tugas kelompok (widyaiswara di tempat saya hobi banget kasih tugas bikin video, which takes so much time). Saya sekarang sudah masuk minggu terakhir, dan lagi heboh2nya persiapan mau ujian tertulis plus seminar rancangan proyek perubahan.
Terus, bagaimana kalau kita lagi hamil?
Bunda-bunda yg mengikuti postingan2 terdahulu saya pasti bisa menangkap kegalauan saya sebelum menjalani Latsar. Waktu itu
UK saya baru 13 minggu. Mual-muntah sudah banyak berkurang, tapi saya masih sering lemas, pusing, dan mudah lelah.
Tapi saya tekadkan untuk tetap ikut. Pertama, kalau ikut tahun ini saya bisa barengan dengan teman2 seangkatan satu instansi. Lebih nyaman tentunya sama teman seinstansi yang sudah kita kenal lebih dulu. Kedua, ya, profesionalitas. Ini sudah jadi panggilan tugas,dan dengan menyegerakan Latsar, saya juga ikut memudahkan urusan instansi dalam hal kepegawaian dan administrasi.
Sebelum berangkat, persiapan saya:
1. Konsultasi dokter!
It's a must. Setelah dokter menyatakan kandungan saya sehat & sudah kuat dibawa bepergian, saya makin mantap untuk pergi. Saya juga minta surat keterangan Dspog untuk panitia Latsar dan untuk maskapai penerbangan.
Selain itu, dokter juga meresepkan obat penguat dan vitamin.
2. Koordinasi dengan Panitia Latsar
Panitia Latsar saya adalah Lembaga Administrasi Negara (LAN) Bandung. Saya kontak langsung contact person di sana untuk memberitahukan kondisi saya, sekaligus memastikan ibu hamil boleh mengikuti Latsar. Setelah clear dari pihak LAN, saya langsung konfirmasi keberangkatan ke atasan langsung saya.
3. Gali info dari rekan lain
Saya beruntung dapat panggilan di gelombang 2. Sebagian rekan seinstansi saya masuk gelombang 1 dan sudah mulai Latsar 1 minggu lebih dulu. Saya tanya seperti apa pola diklatnya, seketat apa aturannya, apakah bisa keluar asrama di waktu2 tertentu, dsb. Dsb. Ternyata kalau malam selepas kelas dan hari minggu kita masih bisa jalan2 keluar. Teman2 saya memanfaatkannya untuk jajan dan belanja keperluan pribadi. Berbekal info ini, saya akhirnya memutuskan tidak banyak bawa barang. Cukup persediaan cemilan saja untuk bekal di perjalanan, selebihnya saya beli begitu tiba di Bandung.
4. Banyak berdoa & sugesti positif
Pastinya ini, Bun. Selain doanya dikencengin, minta doa restu ke suami, ortu, dan mertua, saya juga berusaha menanamkan pikiran positif bahwa saya harus kuat berjauhan selama sebulan dengan suami dalam kondisi hamil. Saya ajak janin saya bicara juga (walau di
uk segitu kayaknya blm bisa mendengar, ya), saya bilang kita harus sehat dan kuat sama2 ya, Nak.
Alhamdulillah, perjalanan saya lancar, Bun. Saya segar-bugar selama perjalanan jauh dari daerah asal sampai ke tempat Latsar.
Next ... Tentang bagaimana menjalani rutinitas Latsar sembari hamil, ya ....
---------- Post added at 05:41 ---------- Previous post was at 04:58 ----------
Menjalani Rutinitas Latsar CPNS Bagi Bumil Bumil gak perlu khawatir dengan rutinitas Latsar. Jadwalnya memang padat, tapi sebagian besar aktivitas kita duduk di kelas, kok. Sedangkan aktivitas fisik yang baris-berbaris bareng TNI itu cuma saya rasakan selama 2 hari saja. Selama materi baris-berbaris, saya tetap usahakan ikut, tapi fleksibel aja. Kalo udah capek dan ngos-ngosan saya tinggal bilang sama Bapak TNI-nya, dan mereka juga dengan senang hati mempersilahkan saya duduk atau kembali ke kamar. Yey! Untuk kegiatan seperti jurit malam, sudah pasti saya skip, ya. Panitia dari pihak LAN pun tidak mengizinkan
bumil ikut jurit (caraka) malam. Jadi, sementara teman-teman saya menahan kantuk ikut caraka malam di luar sana, saya bisa bobo nyenyak di kamar, hahaha.
Ada juga kegiatan olahraga dan apel rutin tiap pagi. Ini pun saya menjalaninya santai aja. Olahraga, kalo sekadar senam saya masih ikut, senamnya ringan aja soalnya, ga pakai jingkrak2. Kalo udah lari, saya skip. Apel, tergantung kondisi juga. Ada kalanya di pagi hari saya merasa perut saya ga enak: begah, agak nyeri (kram). Kalo sudah begini ya saya skip baik olahraga dan apel pagi. Panitia semua sudah sangat makluuuummmm ....
Duduk di kelas aja tapi selama berjam-jam kan cape juga?
Memang, Bun ... Stamina
Bumil beda yah sama yg lain. Duduk diam aja bikin saya lemas banget. Jadi saya siasati tuh tiap waktu break untuk tidur2an bentar di kamar. Kadang kalo udah ga kuat, pegel2, saya curi2 waktu kabur dari kelas sekitar 30 menit utk tiduran di kamar. Selain itu, seiring kehamilan yg tambah besar, saya juga makin sering merasa sesak sampai kadang kesulitan berjalan. Saya coba belajar yoga breathing aja dan alhamdulillah membantu bgt meredakan gejala yg saya rasakan.
Makannya gimana?
Makan selama Diklat terjamin banget! Sehari 3x makan, plus coffee break 2x. Menunya juga lumayan, selalu ada protein dan sayur. Ditambah kita masih bisa keluar asrama, saya selalu manfaatkan untuk belanja makanan buat persediaan di kamar.
Tapi saya mulai agak tersiksa pas TNI masuk, tuh ... Karena kita makan mulai diawasin dan ga boleh lama2. Sementara saya gak bisa makan buru2 karena pasti akan begah di perut. Tapi karena udah aturannya begitu, mau gak mau saya ikut, yah ... Paling saya akalin dengan sedia ransum yg mengenyangkan lebih banyak di kamar, seperti roti, susu, dan buah-buahan.
Tugasnya banyak?
Yoyoi ... Kuncinya adalah: jangan stres, santai aja menghadapinya, kerjakan semampunya. Saya gak ada ambisi apa pun untuk Latsar ini kecuali bisa lulus. Cetek bgt kedengarannya ya apalagi kalo dibandingin teman2 saya yg idealis2. Hahaha. Tapi, bagi saya prioritasnya adalah kesehatan saya dan si dedek. Jadi saya pun gak ngoyo mengikuti proses pembelajaran di kelas & mengerjakan tugas2. Pokoknya selalu disiplin absen di waktu2 yg sudah ditentukan, dan menyerahkan jurnal harian di waktu yg diminta. Isi jurnal gak usah bagus-bagus amat, yang penting ada dan mencerminkan lesson learned yg paling signifikan aja buat kita. Gak perlulah bikin esai sampai berlembar2. 1-2 halaman cukuplah kalo saya.
Kalau ada tugas kelompok, saya tetap berusaha berkontribusi maksimal. Tapi sedari awal saya sudah minta pengertian teman2 bahwa saya ga bisa begadang sampai larut malam. Mereka ngerti banget, dan jadinya mau juga menyesuaikan waktu dgn saya ...malah kalau udah kemalaman, mereka yg mengingatkan utk segera istirahat.
Memeriksakan kesehatan selama Latsar
Di tempat Latsar saya memang ada dokter/suster yg bertugas pd waktu2 tertentu, tapi mereka bukan spesialis kandungan/kebidanan. Jadi, saya inisiatif sendiri, mengambil jatah izin tidak mengikuti diklat selama sehari untuk pergi memeriksakan kandungan ke RSIA. FYI, peserta Latsar CPNS punya jatah izin selama 27 jam belajar atau kalau diakumulasikan sama dengan 3 hari. Ini bisa saja digunakan
Bumil untuk istirahat atau periksa ke dokter seperti saya.
Intinya,
Bumil yg merasa sehat, tidak sedang hamil muda (under 12 weeks) atau sudah mepet
HPL, tidak ada komplikasi atau kehamilannya berisiko tinggi, saya sarankan ikut Latsar saja. Pengalaman saya, ikut Latsar itu menyenangkan, kok. Teman2, panitia, dan pengajar, semua sangat bisa memaklumi kondisi seorang
bumil. Sangat bisa diajak kerja sama dan pasti mau memberikan keringanan. Di luar itu, tinggal kitanya saja yang harus pintar2 menjaga kesehatan dan mengelola kondisi psikis/mental. Tetap jaga makan, cukup tidur, dan jangan terlalu stres. Harus tahu batasan diri juga, jangan sok kuat kalau memang tidak kuat. Saya, misalnya, ngga pernah ikut acara kumpul2 kebersamaa angkatan di malam hari atau hari minggu, lebih baik istirahat.
Saya juga selalu berusaha menanamkan pikiran positif. Bahwa apa yang saya lakukan ini bukan untuk ego saya pribadi, tapi demi masa depan keluarga dan si dedek dalam kandungan. Saya yakin juga, bahwa pengalaman saya di sini nantinya akan turut membentuk karakter si dedek. Saya berharap ia bisa ikut tumbuh kuat, mandiri, cerdas ... Karena dr umur masih sangat muda sudah ikut mamanya merantau menuntut ilmu
.
Alhamdulillah, Bunda, selama hampir 5 minggu ini saya masih sehat2 aja. Si dedek pun begitu, perkembangannya baik, sudah masuk minggu 19 dan sudah mulai terasa gerakannya. Doakan ya, Bun ... Semoga kami bisa terus sehat & selamat sampai akhir kegiatan ini, sampai kembali lagi ke kota kami. Sudah kangeeeennnnn banget ingin segera ketemu suami lagi.
Semoga sharing saya ini bermanfaat dan bisa ikut memotivasi Bunda lain dengan kondisi sama seperti saya, ya ...