@bunda egy :
Setiap pasangan suami istri, tentu ingin sekali
mendapatkan buah hati. Tapi untuk mendapatkannya pada
pasangan tertentu tidak mudah. Mereka perlu waktu, dan
usaha tertentu untuk bisa mendapatkan buah hati yang
diimpikan. Nah, sekarang ini ada banyak cara dan usaha
yang bisa dilakukan untuk mendapatkan buah hati, salah
satunya adalah dengan hypnofertility .
Pertanyaan:
Seperti apakah terapi kesuburan ini?
Jawab : Hypnofertility adalah sebuah therapi kesuburan
bagi pasutri yang mendambakan keturunan dengan
menggunakan metode Hypnotherapy. Tekhnik ini menjadi
sebuah pilihan, karena trauma psikis , stress dan metal
block sangat mempengaruhi kesiapan tubuh untuk
melakukan reproduksi, banyak pasangan yang tidak
ditemukan adanya masalah yang signifikan pada organ
reproduksinya namun tidak dapat melakukan proses
konsepsi atau pembuahan. Perlu dipahami ketidak suburan
(Infertility) terbagi menjadi dua yaitu Primary Infertility
dan Secondary Infertility , Primary Infertility ialah
ketidak suburan yang terjadi akibat adanya gangguan
fungsi dan struktur dari organ reproduksi, bisa karena
kelainan bawaan, kerusakan akibat penyakit infeksi
maupun perubahan struktur sel organ reproduksi,
sedangkan Secondary Infertility ialah ketidak suburan
yang terjadi akibat dari gangguan psikis seperti trauma,
kecemasan, stress dan mental block yang mempengaruhi
kinerja hormon sehingga pada akhirnya berefek kepada
fungsi organ reproduksi tersebut.
Pada kasus primary infertility cenderung
membutuhkan intervensi tindakan medis yang bersifat
invasif, namun kesiapan mental dan emosional untuk
sebuah konsepsi pasca tindakan medis tersebut tetap
dibutuhkan oleh karenanya HypnoFertility dapat pula
digunakan sebagai terapi pendukung pada kasus primary
infertility , sedangkan pada kasus secondary infertility
sebenarnya tidak memerlukan intervensi medis, justru
pada kasus ini peranan penanganan secara psikologis lebih
besar dan memberikan hasil yang lebih nyata tanpa
menelan biaya puluhan juta. HypnoFertility bekerja pada
level mekanisme bawah sadar, bahkan sampai menelusuri
permasalahan yang terjadi pada masa lalu-yang mungkin
saja kita sudah lupa atau tidak disadari. Status
emosional seperti ini paling banyak pengaruhnya pada
wanita dibandingkan pria, trauma masa lalu kerap
ditemukan pada wanita dengan secondary infertility. Latar
belakang pendidikan dan lingkungan pada keluarga yang
orang tuanya bercerai sangat mempengaruhi alam bawah
sadar anak perempuan pada keluarga tersebut, sehinga
muncul kebencian terhadap laki laki yang berdampak pada
tubuh-fikiran anak perempuan tersebut berupa
terbentuknya Anti-Sperm Antibodies (antibodi yang di buat
oleh tubuh-fikiran khusus untuk mematikan sperma yang
masuk kedalam tubuh.) sehingga setiap sel sperma yang
masuk kedalam tubuh perempuan tersebut sudah pasti
akan segera di bunuh oleh sistem pertahanan tubuhnya.
Hal ini juga kerap terjadi pada perempuan dengan riwayat
pelecehan seksual, yang tidak segera mendapatkan therapi
mental.
Bahkan pada wanita yang memiliki ketakutan
untuk melahirkan, dan pada wanita yang memiliki
ketakutan akan rusaknya penampilan setelah melahirkan
juga dapat menyebabkan secondary infertility,
kecemasaan saat proses kehamilan juga bisa menyebabkan
hal ini, bagaimana mungkin? Wanita, (juga pria) yang
dilanda kecemasan, ketakutan, kekhawatiran akan
memproduksi hormon stres yaitu katekolamin dan kortisol,
kedua hormon ini sangat berpengaruh pada pusat
pengaturan hormon di otak yaitu kelenjar hypothalamus
dan kelenjar pituitary , pada wanita cara kerja
katekolamin terhadap hypothalamus dan pituitary adalah
ketika hormon stress ini diterima oleh kelenjar
hypothalamus, maka hypothalamus akan melepaskan
depleted Gonadothropin Releasing Hormone (depleted
GnRH), dan apa bila hormon ini beredar di pembuluh darah
lalu masuk ke kelenjar pituitary, maka kelenjar pituitary
akan merespon hal tersebut dengan menghambat pelepasan
Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone
(FSH) dimana kedua hormon ini adalah hormon yang
esensial bagi proses reproduksi, dari sini jelas dengan
terhambatnya pelepasan LH dan FSH maka kemampuan
reproduksi seseorangpun akan terganggu, dan setiap ada
perubahan hormon sekecilapapun akan menyebabkan reaksi
berantai pada bagian tubuh yang lain.
Belum cukup sampai disitu, ternyata stress
sosial juga memiliki peran dalam secondary infertility.
Stress sosial adalah tekanan mental yang disebabkan oleh
lingkungan sosial, dalam hal ini stress sosial yang
dimaksudkan adalah pertanyaan pertanyaan “rutin” yang
kerap dilontarkan masyarakat kepada perempuan yang
baru saja menikah, yaitu “kapan hamilnya?” , “Sudah isi
apa belum?” “kok belum hamil juga?” , apa anda ingat
dengan pertanyaan tersebut? Atau anda pernah
menanyakannya juga kepada teman atau kerabat anda? ,
kalau boleh menyarankan, stop bertanya demikian kepada
orang lain, atau tak perlu hiraukan apabila ada teman,
kerabat, atau tetangga yang bertanya seperti itu kepada
anda!, Kenapa? Karena mereka tidak memiliki hak untuk
mengatur fungsi alami tubuh anda. Kondisi mental yang
tertekan seperti ini merupakan sebuah stress bagi tubuh
dan fikiran , hal ini akan direspon oleh tubuh kita dengan
memproduksi hormon kortisol dan katekolamin, setelah
penjelasan diatas, saya yakin pasti anda sudah memahami
bagaimana efek hormon tersebut terhadap organ
reproduksi dan cita cita untuk segera memiliki
keturunan.
Bahkan dalam beberapa kasus ditemukan
penyebab dari secondary infertility adalah sugesti negatif
yang diciptakan sendiri maupun oleh orang dekat,
perkataan seperti “saya belum mau punya anak kalau
belum punya rumah/mobil” atau “saya mau fokus ke
karier dulu sebelum punya anak” yang diucapkan kepada
diri sendiri juga perkataan “jangan punya anak dulu, kalau
sudah mapan baru punya anak” atau juga “ngga usah buru
buru punya anak, fokus saja ke karier dulu” yang
diucapkan oleh orang dekat (orang tua, mertua, atau
suami/istri) memiliki pengaruh kuat dan membentuk
sebuah program pada alam bawah sadar yang tentunya
direspon oleh tubuh dengan menghambat hormon
reproduksi.
Dengan menggunakan HypnoFertility, program
fikiran dan sugesti yang bersifat negatif dapat di
perbaiki, bahkan stress sosial pun bukan lagi masalah
untuk anda. Dan yang lebih penting lagi, saat anda sudah
melepaskan program fikiran dan sugesti yang bersifat
negatif di dalam tubuh dan fikiran anda, yang terjadi
adalah tubuh melepaskan hormon endorphin , hormon ini
adalah kebalikan dari hormon katekolamin maupun
kortisol, efek dari hormon ini membuat fikiran lebih fokus
dan tenang, tubuh terasa segar nyaman, meningkatkan
fungsi dari organ reproduksi , menyeimbangkan kadar
hormon dalam tubuh (banyak masalah pada organ
reproduksi wanita yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan kadar hormon) dan mood juga terkoreksi,
sehingga emosi menjadi lebih stabil.
Apakah terapi ini harus dilakukan oleh suami dan istri?
Mengapa? Apa saja syarat-syarat untuk ikut dan
melakukan terapi ini? Dimanakah untuk bisa ikut terapi
ini?
Jawab : HypnoFertility sebaiknya diikuti oleh suami dan
istri karena “it takes two to tanggo” , sebuah konsepsi
memerlukan kerjasama yang harmonis dari suami dan
istri, ketidak harmonisan dalam proses ini akan
menimbulkan beban bagi salah satu sisi, yang biasanya
diemban oleh istri meskipun yang bermasalah adalah
suami, dukungan dari pasangan adalah kekuatan paling
dahsyat untuk bisa menghasilkan konsepsi, bila ada klien
yang datang tanpa pasangannya hampir dapat dipastikan
adanya ketidak seriusan pada pasangan klien tersebut
untuk mendapatkan buah hati. Syarat utama untuk dapat
mengikuti HypnoFertility adalah Kesungguhan,
Keterbukaan, dan Keyakinan dari pasutri untuk
mendapatkan calon buah hati dan mengizinkan serangkaian
tekhnik Hypnofertility ini untuk membantu mengatasi
permasalahan kesuburan yang ada, bila masih ingin “coba
coba” atau bahkan sekedar memenuhi keinginan pasangan
sebaiknya jangan ikuti therapi ini karena hanya membuang
waktu yang berharga, namun bila berminat anda dapat
menghubungi alamat kontak yang tersedia.
Sejauhmana keampuhan terapi ini?
Jawab : Hypnofertility sangat ampuh mengatasi secondary
fertility dengan ratio keberhasilan mencapai lebih dari
80% bergantung dari kesungguhan, keterbukaan dan
keyakinan klien saat mengikuti rangkaian therapi
Hypnofertility ini dan dipakai sebagai therapi penunjang
pada primary infertility, yang meningkatkan ratio
keberhasilan penggunaan IVF (In Vitro Fertilization)
sebanyak 60%.
Mungkinkah terapi ini gagal? Mengapa? Bagaimana
supaya tidak gagal?
Jawab : Hypnofertility masih memiliki kemungkinan untuk
gagal, namun kegagalan yang terjadi biasanya disebabkan
kurangnya kesungguhan klien yang tidak mengikuti setiap
sesi therapinya dengan serius dan benar, juga bergantung
pada keterbukaan klien terhadap masalah yang ada, bila
klien lebih memilih menyembunyikan masalah yang ada maka
hal itu dapat menjadi hambatan bagi tubuh untuk mencapai
kondisi yang diharapkan untuk sebuah konsepsi dan
bergantung kepada keyakinan klien pada tekhnik
hypnofertility ini karena bila memulai dengan ketidak
yakinan apapun yang dilakukan akan berakhir sia sia ,
ketiga hal tersebut adalah kunci kesuksesan
hypnofertility, agar mendapatkan hasil sesuai harapan,
pastikan ketiga kunci sukses HypnoFertility tersebut
sudah ada pada diri anda dan pasangan anda.