Kehamilan palsu memang jarang terjadi pada wanita. Tapi, ada yang mengalaminya. Bahkan wanita yang mengalami kehamilan palsu atau disebut pseudocyesis itu juga merasakan semua gejala kehamilan, termasuk mual dan berat badan naik. Kebanyakan terjadi pada wanita usia akhir 30 tahun.
Hal pertama yang dilakukan wanita dengan kehamilan hantu itu adalah mengunjungi dokter atau klinik antenatal dengan keluhan ketidaknyamanan di awal kehamilan, seperti tidak menstruasi, payudara membesar, mual dan muntah, berat badan naik, dan distensi abdomen.
Jika dilakukan sampel urine pada tahap ini, maka akan menyingkirkan bukti adanya kehamilan. Tapi, wanita yang menderita pseudocyesis sejati akan terus bersikeras bahwa dia hamil, terlepas dari pendapat medis.
Pseudocyesis memang sangat langka dan wanita yang paling berisiko mengalaminya yakni yang berusia di usia akhir 30 tahunan atau awal 40-an, yang sangat menginginkan anak dan mencoba hamil selama bertahun-tahun.
Para wanita ini biasanya cukup stabil secara emosional, tapi menjadi sangat emosional dengan pertanyaan tentang kehamilan.
Pseudocyesis juga bisa terjadi pada wanita yang kehilangan bayi atau kehamilannya. Ini mungkin sebagai reaksi emosional terhadap trauma yang mereka rasakan. Namun, ada bukti yang menunjukkan ketidakseimbangan hormonal menjadi faktor penunjang.
Dalam memperlakukan wanita yang menderita pseudocyesis harus hati-hati dengan pertimbangan yang simpatik. Bahkan, sering membutuhkan bantuan pasangan atau keluarga.
Saat bukti medis menunjukkan positif bahwa wanita itu tidak hamil, sang wanita masih yakin dengan kehamilannya dan itu menjadi salah satu alasan tak melanjutkan konseling ke dokter ahlinya.
Gangguan emosional yang sangat parah bisa menyertai wanita dengan masalah ini.
Seperti dikutip Dailymail, Rabu (18/12/2013), hingga kini belum ada penjelasan mengapa hanya sedikit wanita yang mengalaminya dan bisa menunjukkan gejala kehamilan. Dengan kenyataan bahwa wanita itu terlihat seperti hamil, dokter pun kesulitan ketika mencoba menjelaskan bahwa semua hasil sampel urine tak membuktikan kehamilannya.
Kehamilan palsu atau pseudocyesis tak bisa ditangani hanya dari perspektif medis atau ginekologi tanpa menggunakan pertimbangan dari tekanan emosional parah yang mendasari diagnosa kondisi.
- See more at: Kehamilan Palsu Intai Wanita Usia 30-an Tahun | Liputan6.com
---------- Post added at 09:09 ---------- Previous post was at 09:07 ----------
Liputan6.com, Montreal Paul Servat (37) dari Quebec begitu senang ketika pasangannya Barbara Bienvenue (37) mengaku hamil bayi kembar lima. Tapi, kebahagiaannya hancur begitu tahu tak ada bayi di dalam perut Bienvenue.
Bienvenue mengaku ke Servat hamil satu bulan usai berkenalan melalui situs kencan online. Kemudian, wanita tersebut mengatakan bayi yang dikandungnya itu kembar lima. Entah bagaimana cara Bienvenue menipu Servat sehingga kekasihnya itu begitu percaya akan memiliki bayi kembar lima hingga semua terbongkar di usia kehamilan sembilan bulan.
Servat mengaku hancur saat mengetahui Bienvenue belum pernah hamil saat mendatangi dokter. "Saya kehilangan segalanya. Itu seluruh hidup saya," kata Servat seperti dilansir DailyNews, Jumat (28/3/2014).
Tak hanya Servat yang tertipu Bienvenue, bahkan masyarakat di Saint - Jean - sur - Richelieu, yang memberikan calon bayi itu banyak hadiah, juga mengalaminya. "Saya memberikan tips bagaimana menangani hal tersebut, untuk mendapatkan dukungan finansial, serta sponsor untuk popok," kata Ibu dari kembar tiga, Genevieve Laflamme kepada CTV Montreal.
Kebohongan yang dilakukan Bienvenue ternyata bukan yang pertama kalinya. Wanita itu diduga menderita pseudocyesis yang merupakan keyakinan seseorang yang mengharapkan bayi ketika tidak benar-benar hamil.
Wanita seperti ini memang mengalami berbagai gejala kehamilan seperti morning sickness dan berat badan yang bertambah, namun tak ada janin di dalam rahim.
Bienvenue sedang menjalani evaluasi kejiwaan. Sementara Servat di Facebook menuliskan bahwa ia tak ingin bertemu lagi Bienvenue dan mengembalikan semua hadiah dari masyarakat.
"Dia membiarkan saya memilih nama...Kami sangat sennag, bahkan orangtua saya mereka sangat menantikan memiliki cucu," kata Servat.