sebelumnya, maaf jika cerita sy agak panjang
cerita bermula ketika ortu sy merencanakan untuk jalan2 ke semarang saat lebaran haji lalu. saat perencanaan (kira2 jan-april 2013), sampai booking tiket dsb, sy oke2 saja karena memang belum ada tanda2 apa2.
tepat setelah booking tiket, tau2 sy TP (karena sudah telat 1 bln lebih), dan dinyatakan hamil. test ke dokter pun dinyatakan hamil.
maka mulailah sy riset di inet mengenai terbang dalam kondisi hamil. dari sekian banyak informasi yg sy dapatkan, bisa sy simpulkan:
1. rata2 penerbangan masih mengijinkan ibu hamil (
UK 28-30 W unt internasional, dan 28-32 W unt domestik) untuk terbang.
2. asalkan disertai dengan surat keterangan dokter, maka sy hanya harus menyiapkan materai untuk surat pernyataan terbang-dengan-konsekuensi-sendiri saja. tidak ada proses lain lagi.
3. beberapa orang yang tidak menyiapkan surat dari
spog masing2, akhirnya bisa terbang setelah menjalani tes medis di bandara yg bersangkutan dengan ongkos 50K.
berbekal keterangan tersebut, setelah konsultasi ke
spog, ternyata sy diperbolehkan terbang (
uk 30W). sy juga tidak lupa browsing ke site sriwij*ya dan citil*nk (pesawat yg akan sy gunakan) untuk memprint keterangan mengenai penerbangan ibu hamil langsung dari sana. hasil yg sy peroleh, sama dengan yg sudah sy dapatkan dari inet sebelumnya, yakni batas
uk untuk domestik adalah 28-32W.
akan tetapi, saat check in di bandara, petugas sriwij*ya dengan 'buas' menatap sy. setelah berbasa-basi, 'ibu hamil?', dia meminta sy dan rombongan untuk cek medis, tidak mengindahkan surat dari
spog yg sy tunjukkan. jalan yg sy tempuh dari counter check in ke ruang 'medis' tersebut lumayan jauh, menjadikan sy yg tengah hamil cukup ngos2an.
setelah sampai di sana, ternyata ada seorang berseragam putih yg mengaku sebagai dokter bandara. di sini, sy sekali lagi menunjukkan surat pengantar dari
spog sy, tapi sang dokter juga tidak perduli, dan tetap meminta sy melakukan tes medis.
tes itu sendiri tidak lama, hanya makan waktu beberapa menit. urutan kejadiannya kira2 sbb:
1. cek tensi. sambil tanya, 'biasanya tensi berapa, bu?'
sy jawab, '120/80'.
dia bilang, 'ini kok tensinya agak tinggi ya?'.
sy jawab lagi, 'tadi dari counter jalan ke sini kan jauh. capek lah. tensi naik lah'. ingin sekali sy tambahkan, 'masa situ tidak tau konsekuensi rasa capek ke tensi sih?'. tp sy menahan diri.
2. perut sy ditekan2 pelan. sambil tanya, 'ibu ingat kapan
HPHT?'
sy jawab, 'sekarang ga inget. tp waktu sy cek pertama ke
spog sy, sy masih ingat. dan
spog sy sudah membuatkan surat juga ttg usia kehamilan sy, mestinya perhitungannya benar dong'
dia jawab lagi, 'ya, tp sy mau tahu kapan
HPHT nya. dari situ bisa dihitung usia kandungan yg sebenarnya'.
sy sewot deh, 'pak, sy konsul ke
spog sy rutin setiap bulan. dia tau semua riwayat kandungan sy dari awal. masa bisa salah hitung sih?'
akhirnya dia diam, terus mulai bikin surat pernyataan boleh terbang-dengan-konsekuensi-ditanggung-sendiri. sy sudah feeling tes ini akan ditagih seperti yg sy baca di inet, dan benar saja, di akhir proses sy dikenakan biaya 50K, sambil dipesan, 'nanti copy yang ini, serahkan ke petugas di pintu boarding ya. yang aslinya, ibu silakan bawa ke pesawat'. tanpa banyak ribut, sy bayar dan sy tinggalkan ruangan itu.
sampai di pintu boarding, sy serahkan surat tersebut ke petugas, dan sy dipersilakan langsung masuk ke pesawat. tetapi ternyata, sebelum berangkat, ada lagi awak pesawat yg menghampiri sy dan menanyakan surat2 pengantar terbang sy, dia mengaku bahwa dari petugas ground (petugas di pintu boarding) tidak mendapat surat apa2. dengan menahan jengkel, sy perlihatkan surat pengantar dari
spog sy, disertai dengan surat pernyataan hasil tes medis bandara yg berongkos 50K tersebut. sang awak pesawat meminta ijin untuk membawa surat2 tersebut, dan sy diminta untuk meminta kembali surat2 tersebut saat turun dari pesawat. sy iyakan saja. ternyata, dia hanya meminjam surat2 tersebut sebentar saja, untuk dicopy, kemudian langsung dikembalikan kepada sy. sy jd merasa diperlakukan seperti pesakitan oleh sriwij*ya.
sedangkan proses perjalanan selanjutnya (dari mulai tiba di bandara semarang, sampai dengan perjalanan balik ke jakarta dengan citil*nk), semuanya lancar2 saja.
pihak citil*nk hanya mengambil surat keterangan dari
spog sy, kemudian meminta sy menandatangani surat pernyataaan terbang-dengan-konsekuensi-sendiri.
dengan demikian sy simpulkan bahwa awak sriwij*ya kurang siap / kurang komunikasi tentang prosedur penerbangan yg menyangkut ibu hamil. karena penangananny yg simpang siur. sedangkan mengenai proses 'pemalakan' berkedok tes medis oleh sriwij*ya, sy tidak tahu apakah sriwij*ya memang menerapkannya, atau kemarin itu sy ketemu dengan oknum nakal, karena dengan citil*nk, sy tidak mengalami hal seperti itu.
demikian curhatan sy. semoga bunda2 lain yg sedang hamil dan perlu bepergian dengan pesawat bisa mengambil hikmah dari curhatan sy ini, dan semoga bunda2 tidak perlu mengalami apa yg sudah sy alami.