Dari Kompas Health
KOMPAS.com - Selain dmemenuhi kebutuhan
biologis, hubungan seksual juga dapat
meningkatkan keintiman dan rasa saling percaya
pasangan suami istri. Namun ketika hamil,
dapatkah berhubungan seks dilakukan?
Spesialis kebidanan dr. UF Bagazi,
SpOG dari
Brawijaya Woman & Children Hospital
mengatakan, berhubungan seks saat hamil
memang kerap menjadi dilema pasangan suami
isteri. Pasalnya, saat hamil gairah seks wanita
menurun, terutama saat trimester satu dan dua,
sedangkan pria tidak mengalami hal tersebut.
"Ini kadang menjadi problema bagi suami untuk
memenuhi kebutuhan biologisnya. Sebaliknya, saat
trimester ketiga gairah istri sudah kembali normal
namun kehamilan sudah membesar," paparnya
dalam talk show Prenagen & The City - Be a
Gorgeous Mom di Jakarta, Sabtu (18/5/2013).
Namun Bagazi mengatakan, berhubungan seks
saat hamil boleh-boleh saja dilakukan. Hanya
saja, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan
dalam berhubungan seks di saat hamil. Berikut
Bagaazi menyampaikan beberapa syarat
berhubungan seks saat kehamilan.
1. Kandungan sehat
Kandungan sehat artinya kehamilan berlangsung
normal tanpa adanya gangguan atau penyakit.
Gangguan saat kehamilan dapat berupa mulut
rahim terbuka, ketuban pecah, infeksi, dan lain-
lain. "Agar aman, maka rutinlah melakukan
pemeriksaan keadaan kehamilan," tandas Bagazi.
2. Ibu tidak pernah keguguran
Jika ada riwayat keguguran sebelumnya,
sebaiknya pasangan suami istri menghindari
berhubungan seks di saat kehamilan karena
dikhawatirkan akan terjadi keguguran lagi.
Keguguran dapat disebabkan oleh kelainan pada
kehamilan atau infeksi.
3. Bukan kehamilan ganda
Wanita yang mengalami kehamilan multipel yaitu
kehamilan lebih dari kembar dua disarankan tidak
berhubungan seks saat hamil. Menurut Bagazi,
risiko berhubungan seks cukup tinggi karena
beban kehamilan juga tinggi.
4. Posisi
Posisi berhubungan saat hamil sangat penting
agar tidak membahayakan janin. Bagazi
mengatakan, posisi-posisi yang melibatkan tubuh
pria menindih tubuh wanita sebaiknya dihindari.
Selain itu, perubahan fisik si wanita saat hamil
juga membutuhkan kesabaran dari pria agar tidak
melakukan gerakan-gerakan yang terlalu cepat
dan kuat.
5. Hindari seks oral
Seks oral yang dilakukan pada wanita dapat
membahayakan. Saat hamil, pembuluh darah
wanita terbuka karena pengaruh hormon
estrogen. Pembuluh darah yang terbuka rentan
mengalami infeksi bakteri yang berasal dari liur.
Selain itu, sedikit tiupan saja dapat memicu
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian mendadak.
6. Orgasme
Orgasme merupakan peristiwa besar yang
ditunggu-tunggu saat berhubungan seks.
Syukurlah, orgasme aman pada hubungan seks
saat hamil. Hanya saja, orgasme dapat memicu
kontraksi rahim setelahnya. Bagazi mengatakan,
kontraksi yang terjadi kurang satu jam adalah hal
yang normal. Yang perlu diwaspadai adalah
kontraksi rahim yang sangat kuat dalam waktu
lebih dari satu jam. Jika mengalami kontraksi
seperti ini, sebaiknya segera diperiksakan.
---------- Post added at 21:29 ---------- Previous post was at 21:23 ----------
Dari Kompas Female
KOMPAS.com - Salah satu pertanyaan yang paling
sering diajukan ibu hamil adalah, bolehkah
berhubungan seks ketika hamil? Menurut dr Tri
Yuniarti,
SpOG, spesialis kebidanan dan
kandungan dari RS Yadika, hubungan seks
sebenarnya aman dilakukan saat hamil, asalkan
tahu batas-batas keamanan yang boleh
dilakukan. "Sebenarnya yang berbahaya bukan
hubungan seksnya, namun sperma yang masuk ke
dalam rahim saat hamil," katanya, saat talkshow
"Rahasia Hamil Sehat agar Janin Sehat dan
Cerdas" yang diadakan oleh Tabloid Nakita di RS
Yadika, Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu
(4/2/2012) lalu.
Sperma mengandung suatu zat tertentu yang bisa
menyebabkan reaksi sensitif pada mulut rahim,
dan hal ini akan sangat berbahaya untuk janin.
Maka ketika berhubungan seks saat hamil,
sebaiknya sperma dikeluarkan di luar vagina atau
dengan menggunakan kondom.
Meski mengandung protein, sperma sebenarnya
tidak memiliki manfaat bagi perkembangan janin.
Sperma justru akan berbahaya bagi janin. Zat
dalam sperma ini akan memicu reaksi kontraksi
dini, sehingga bisa menyebabkan kelahiran
prematur, atau ancaman keguguran jika usia
kehamilan masih muda. "Ketika melakukan
hubungan seks dalam usia kehamilan yang masih
muda, sebaiknya berhati-hati karena gerakan
atau guncangan yang terlalu kuat bisa berbahaya
bagi janin. Selain itu, si ibu juga jangan sampai
terlalu lelah," tukasnya.
Hubungan seks aman dilakukan selama kehamilan
trimester pertama sampai usia kandungan tujuh
bulan. Pengurangan frekuensi seks harus
dilakukan ketika usia kandungan sudah mencapai
tujuh sampai sembilan bulan. "Pada usia
kehamilan ini, perut sudah lebih membesar
sehingga lebih sulit untuk berhubungan seks, dan
akan lebih menekan perut sehingga berbahaya
bagi janin. Selain itu, sperma yang ada di dalam
juga akan memicu kelahiran prematur," jelasnya.
Meskipun seks ini pada dasarnya aman dilakukan
saat hamil, ada beberapa kondisi kehamilan yang
tidak memungkinkan si ibu untuk melakukan
hubungan seksual sama sekali, ataupun sedikit
mengurangi frekuensinya:
1. Ancaman keguguran
Ada ibu hamil dengan kondisi kehamilan yang
lemah, atau kehamilan yang berbahaya. Ketika
kehamilan ini memiliki resiko yang tinggi terhadap
ancaman keguguran, sebaiknya hindari hubungan
seks sama sekali. "Konsultasikan tentang
kekuatan si janin pada dokter. Karena kehamilan
yang lemah bisa saja berubah setelah usia
kehamilan beberapa minggu, dan janin menjadi
kuat," tambahnya.
Pada beberapa kehamilan yang beresiko,
hubungan seks -sekalipun tanpa memasukkan
sperma ke dalam vagina atau sudah menggunakan
kondom- akan tetap menimbulkan resiko, seperti
flek atau rasa mulas. "Flek ini bisa berbahaya
untuk kehamilan. Karena adanya flek menandakan
bahwa ada masalah dengan janin Anda. Sedangkan
rasa mulas bisa menandakan adanya kontraksi
rahim dini sehingga bisa menyebabkan terjadinya
keguguran atau lahir prematur," bebernya.
2. Plasenta previa
Placenta previa merupakan salah satu kelainan
kehamilan, dimana ari-ari menutupi jalan lahir
bayi. Plasenta ini menghalangi serviks,
menyebabkan terjadinya pelebaran serviks
prematur, dan beresiko mengalami persalinan
prematur. Placenta previa sendiri dibagi menjadi
beberapa kondisi, yaitu placenta previa lateralis
(bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta), placenta previa
marginalis (kondisi pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan lahir), dan placenta
previa letak rendah (plasenta berada 3-4 cm di
atas bagian pinggir pembukaan jalan lahir).