Replying to:
Sy dulu pernah laparoskopi, saat itu ukurannya sekitar 4cm, memutuskan operasi karena pertimbangan sperma pasangan sy yg terdahulu juga tidak bagus (oligo astheno terato zoospermia kalo tidak salah) sehingga dulu rencana mau by tabung. Singkat cerita sy tetap tdk bs hamil setelah operasi dan tapros.
Bbrp th kemudian saat sy sudah punya pasangan lg, sy dapati kista endometriosis sudah tumbuh lg bahkan lebih besar, hampir 8cm. Sy panik, sy minta operasi segera tapi dokter sy sarankan jangan operasi dulu, lebih baik disuntik dl agar kista lebih lembek sehingga lebih mudah saat operasi nanti. Suntiknya menunggu sy mens hr kedua. Ok sy tunggu jadwal mens, ternyata sampai lewat 9 hr sy blm mens, mulai khawatir apa gr2 kistanya, iseng beli testpack ternyata POSITIF. Shock, gemeter, sama sekali tidak percaya. Malamnya ke dokter dan beliau membenarkan sy HAMIL 4 minggu!
Buat bunda2 yg punya endometriosis, percayalah kita bisa hamil! Nikmati setiapblroses pengobatan yg harus dijalani, Yg penting dr pasangan jg sama2 support, sama2 mau periksa dan menjalani pengobatan. Sisanya lakukan hubungan dg enjoy, jangan ada beban. Terkadang kehamilan datang saat kita benar2 pasrah. Itu yg selalu ditanamkan oleh dokter sy 😊 |
Terima kasih banyak support dan saran bun amandanona..
Saat ini saya sdg menjalani penyuntikan tapros na..
Suami jg cek d urologi fatma**** sedang tahap cek hormon krn memang dia bermasalah jg di sperma..
Semoga lancar
promil ini aamiin
---------- Post added at 07:53 ---------- Previous post was at 07:52 ----------
Replying to:
Sy dulu pernah laparoskopi, saat itu ukurannya sekitar 4cm, memutuskan operasi karena pertimbangan sperma pasangan sy yg terdahulu juga tidak bagus (oligo astheno terato zoospermia kalo tidak salah) sehingga dulu rencana mau by tabung. Singkat cerita sy tetap tdk bs hamil setelah operasi dan tapros.
Bbrp th kemudian saat sy sudah punya pasangan lg, sy dapati kista endometriosis sudah tumbuh lg bahkan lebih besar, hampir 8cm. Sy panik, sy minta operasi segera tapi dokter sy sarankan jangan operasi dulu, lebih baik disuntik dl agar kista lebih lembek sehingga lebih mudah saat operasi nanti. Suntiknya menunggu sy mens hr kedua. Ok sy tunggu jadwal mens, ternyata sampai lewat 9 hr sy blm mens, mulai khawatir apa gr2 kistanya, iseng beli testpack ternyata POSITIF. Shock, gemeter, sama sekali tidak percaya. Malamnya ke dokter dan beliau membenarkan sy HAMIL 4 minggu!
Buat bunda2 yg punya endometriosis, percayalah kita bisa hamil! Nikmati setiapblroses pengobatan yg harus dijalani, Yg penting dr pasangan jg sama2 support, sama2 mau periksa dan menjalani pengobatan. Sisanya lakukan hubungan dg enjoy, jangan ada beban. Terkadang kehamilan datang saat kita benar2 pasrah. Itu yg selalu ditanamkan oleh dokter sy 😊 |
Selamat bunda atas kehamilan na semoga lancar sampai melahirkan..
Saya ikut senang
---------- Post added at 08:04 ---------- Previous post was at 07:53 ----------
Replying to:
sedikit share ya bun...
Cerita sedikit ya... melanjutkan kemarin...
akhirnya aku cek up endoku..setelah dinyatakan oleh dokter pengobatan endrolin sudah selesai... saat itu aku sangat sedih...
aku harus menerima kenyataan endoku masih ada sebesar 3 cm,aku jga tidak tau si endo itu berukuran berapa... karena usg sebelum seblumnya tidak pernah memberita tahu brsar si kista endo... dkter di rs ini menyarankan untuk suntik tapros...
jujur saja aku terkendala oleh biaya,kuputuskan memanfaatkan BPJS ku,..setelah ribet mengurus rujukan,sampailah di rs margono,.. dan singkat cerita aku di operasi...awalnya takut..tapi bulan maret tgl 3 aku membulatkan diri untuk smbuh dan membuka peluangku untuk punya anak...
aku sempat pesimis,..meskipun beggitu aku tetap percaya alloh maha segalanya...
kupintakan karunia anak di setiap sujud dan doaku...
alhamdulillah... 1 bln pemulihan... sembuh... bulan april masih kosong...
aku berharap saat bulan romadhon bulan penuh berkah,aku mendapat karunia anak....
alhamdllh belum genap 1 bln aku merasa tubuhku ada yang beda...
kuputuskan untuk mengetes menggunakan tespack,..saat plg dari bkerja... alhmdllh.. hasilnya positif... ini kandunganku 4mnggu..semoga sehat,normal dan lngkap...
jadi aku hanya ingin berbagi cerita kepada semua perempuan yang mungkin di luar sana mengalami apa yang aku alami.... jangan pernah pesimis..selalu berusaha dan berdoa...
niscaya alloh akan mendengar doa-doa kita... tetap semangat ya calon bunda... |
Bunda suntik tapros na brp x? Saya hrs suntik 6x karena kista endo saya sudah pelengketan ke usus dan tuba saya bengkak 1cm
Yg lain na baik2 saja..
Iya benar bun..
Saya selalu percaya kuasa Allah itu pasti besar..
Allah mengerti ikhtiar yg sudah kita jalankan..
Doa dan surat maryam 1-11 sperti amalan yg menenangkan dan menguatkan
Bismillah semoga ikhtiar kami mendapat restu karunia anak yg kami harapkan
---------- Post added at 08:08 ---------- Previous post was at 08:04 ----------
Replying to:
endometriosis tuh apa ya bnda? dan cirinya gimana? |
ometriosis adalah suatu kelainan di mana adanya jaringan rahim (endometrium) yang berada di luar dari rahim. Lokasi endometriosis tersering adalah pada organ-organ di dalam rongga panggul (pelvis), seperti indung telur (ovarium) dan lapisan yang melapisi rongga abdomen (peritoneum). Endometriosis dapat juga terjadi di saluran pencernaan (usus, misalnya), paru-paru, kulit, kelenjar getah bening, dan bahkan otak.
Endometriosis bukanlah penyakit infeksi sehingga tidak menular kepada orang lain. Endometriosis juga bukan penyakit kanker. Endometriosis merupakan pernyakit yang dipengaruhi hormon estrogen. Pada endometriosis, jaringan rahim berfungsi dengan normal, yang artinya, dipengaruhi hormon dan mengikuti siklus menstruasi.
Jaringan tersebut akan tumbuh, luruh, dan berdarah seperti saat menstruasi. Namun karena berada di lokasi yang tidak semestinya, dapat terjadi proses peradangan dan perlengketan dengan jaringan sekitar. Selain itu, darah yang tidak bisa keluar dapat membentuk kista yang berisi darah kecoklatan (endometrioma).
Penyakit endometriosis sering menyerang wanita usia produktif (masa menstruasi, sejak awal menstruasi hingga menopause). Sekitar 1 dari 10 wanita dalam usia reproduksi menderita endometriosis. Namun endometriosis dapat terjadi juga pada remaja (usia awal-awal menstruasi) dan wanita pasca-menopause yang mendapat terapi hormonal. Penyakit endometriosis membaik sementara saat kehamilan dan membaik secara permanen saat menopause, kecuali bila ada penggunaan hormon estrogen.
GEJALA
Gejala yang sering ditemukan pada endometriosis adalah sulit untuk hamil (subferitilitas), nyeri saat menstruasi (dismenore), nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), atau nyeri panggul kronik (yang berlangsung lebih dari 6 bulan). Namun bisa pula tanpa gejala (asimtomatik).
Hal penting yang harus diperhatikan adalah adanya mitos yang mengatakan bahwa nyeri saat menstruasi itu normal terjadi. Karena mitos yang salah ini, pasien dengan endometriosis sering kali datang terlambat untuk pengobatan. Apabila nyeri yang dirasakan sampai mengganggu dan membatasi aktivitas sehari-hari, maka nyeri tersebut bukan hal yang normal.
Pada wanita dewasa, nyeri menstruasi yang mengarah ke arah endometriosis adalah nyeri hebat yang datang tiba-tiba saat menstruasi setelah dalam beberapa tahun sebelumnya tidak pernah terasa nyeri. Selain itu, apabila merasakan nyeri yang lebih parah dari biasanya saat menstruasi, maka hal ini perlu diwaspadai dan disarankan untuk langsung memeriksakan diri ke dokter. Nyeri muncul saat mulai perdarahan haid dan berlangsung selama perdarahan terjadi. Umumnya nyeri dirasakan di kedua sisi panggul dan membuat pasien tidak dapat beraktivitas sehari-hari (pergi ke sekolah atau bekerja, dan kegiatan sehari-hari lainnya). Yang perlu diperhatikan adalah derajat nyeri tidak menggambarkan tingkat keparahan endometriosis.
Hubungan antara endometriosis dengan sulit hamil masih kontroversial. Wanita dengan endometriosis dapat hamil dan memiliki anak. Namun, tingkat keberhasilan untuk hamil sangat bergantung pada setiap individu dan derajat keparahan endometriosis. Pada pasien dengan endometriosis, risiko terjadinya keguguran spontan meningkat sekitar 40% dibanding pada wanita tanpa endometriosis (15%-25%).
Gejala endometriosis pada saluran pencernaan dapat berupa: nyeri perut dan punggung, perdarahan dari anus yang mengikuti siklus menstruasi, dan sulit buang air besar. Bila terdapat endometriosis pada saluran urin, mungkin saja terjadi gejala nyeri saat buang air kecil dan urin yang mengandung darah.
Endometriosis di paru-paru dapat menimbulkan gejala batuk darah saat menstruasi dan gangguan pernafasan. Terabanya massa pada tubuh yang nyeri dan mengikuti menstruasi juga bisa menjadi gejala dari endometriosis.
Endometriosis dapat diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG), dan melalui operasi laparoskopi. Komplikasi utama dari endometriosis adalah kesulitan untuk hamil. Sekitar 30%-40% wanita dengan endometriosis akan mengalami kesulitan untuk hamil. Itu berarti ada sekitar 60%-70% wanita dengan endometriosis yang dapat hamil. Bila terjadi kesulitan untuk hamil, dapat dilakukan program kehamilan dengan bantuan alat, seperti bayi tabung.
Beberapa laporan menyatakan bahwa wanita dengan endometriosis memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker ovarium. Namun, kasus kanker ovarium sangat jarang terjadi. Teori endometriosis meningkatkan risiko kanker ovarium masih kontroversial.
Komplikasi lain yang dapat terjadi tergantung lokasi endometriosis. Bila lokasi terdapat di saluran kemih, maka dapat menimbulkan sumbatan dan menurunkan fungsi ginjal. Bila lokasi terdapat di paru-paru, maka dapat menyebabkan adanya darah dalam rongga paru (hematothorax). Sedangkan endometriosis yang berada di otak dapat menyebabkan gangguan saraf (neurologis).
PENYEBAB
Walaupun penyakit endometriosis telah diketahui sejak lama, namun belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit ini. Beberapa teori yang berkembang yang mencoba menjelaskan timbulnya endometriosis, antara lain:
Teori implantasi, yaitu adanya sel rahim/endometrium yang tertanam (implantasi) akibat aliran menstruasi yang berlawanan arah. Teori ini juga menjelaskan bahwa aliran limfatik juga dapat menyebarkan sel rahim ke seluruh tubuh.
Teori metaplasia, yaitu perubahan dari berbagai sel yang berpotensi menjadi sel rahim. Namun teori ini tidak didukung oleh bukti klinis atau eksperimen.
Teori induksi, di mana proses biokimia dalam tubuh merangsang sel-sel induk menjadi jaringan rahim.
Pada endometriosis juga terdapat perubahan sistem imun, di mana sitem imun tubuh tersebut tidak mampu menghilangkan sel rahim yang berada di lokasi yang salah. Faktor lain yang memungkinkan untuk terjadinya endometriosis adalah faktor genetik. Seseorang memiliki kemungkinan 7 kali lebih besar untuk terkena endometriosis dibanding orang normal, bila ada saudara tingkat pertama yang memiliki endometriosis. Saudara tingkat pertama yang dimaksud adalah ibu, bibi, atau saudara kandung. Faktor lainnya untuk terjadi endometriosis antara lain: masa siklus menstruasi yang pendek, menstruasi yang banyak, durasi menstruasi yang panjang, tidak pernah melahirkan, riwayat infeksi pelvis, kelainan bentuk rahim.
PENGOBATAN
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menghilangkan dan menyembuhkan seluruh endometriosis. Pengobatan yang ada sekarang bertujuan untuk meringankan gejala dan mengurangi terjadinya komplikasi.
Untuk meredakan gejala nyeri dapat digunakan obat-obat analgesik golongan anti inflamasi non-steroid (non-steroidal anti-inflammatory/NSAID), seperti asam mefenamat. Beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah bila nyeri masih terasa, yaitu mandi dengan air hangat, atau kompres hangat pada daerah yang nyeri untuk mengendurkan otot-otot. Selain itu, olahraga yang teratur dapat membantu meringankan gejala yang timbul.
Karena endometriosis dipengaruhi hormon estrogen, maka pengobatan dengan obat hormonal yang menekan estrogen dapat membantu meringankan gejala. Namun, pengobatan hormonal ini hanya bersifat sementara dan bila dihentikan gejala akan muncul kembali. Pengobatan hormonal yang dapat dipakai contohnya pil kontrasepsi oral, selama minimal 6-12 bulan. Namun, perlu diperhatikan bahwa pasien tidak bisa hamil selama pengobatan.
Kehamilan tidak menyembuhkan endometriosis. Kehamilan hanya dapat memperbaiki endometriosis untuk sementara. Menyusui juga membantu meringankan gejala namun hanya bersifat sementara. Hal ini disebabkan karena selama kehamilan dan menyusui, hormon estrogen ditekan. Namun setelah melahirkan dan menyusui, gejala akan kembali.
Sampai saat ini, operasi merupakan pengobatan yang terbaik namun tidak menyembuhkan. Pada pengobatan dengan pembedahan, akan ditentukan terlebih dahulu apakah fungsi ovarium dapat dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dapat dipertahankan pada kasus endometriosis dini tanpa gejala, atau pada pasien yang menginginkan kehamilan.
Pembedahan definitif (spesifik untuk suatu penyakit) dilakukan terhadap pasien-pasien yang tidak mau hamil atau mengalami beberapa gejala sekaligus. Jenis pembedahannya antara lain: pengangkatan rahim (histerektomi total), pengangkatan ovarium (salpingo-ooforektomi bilateral), dan membuang jaringan endometriosis (eksisi endometriosis). Pada pasien ini perlu dilakukan terapi pengganti hormonal.
Pengobatan untuk wanita dengan endometriosis tidak hanya mencakup medis. Endometriosis tidak hanya menyerang tubuh, namun juga mental dan hubungan sosial pasien. Banyaknya mitos yang tidak sepenuhnya benar dan gejala yang mengganggu, dapat menambah rasa frustasi pada pasien dengan endometriosis. Oleh karena itu, pengobatan juga perlu diarahkan untuk mental dan hubungan sosial pasien melalui konseling.
Belum ada pencegahan endometriosis yang sukses. Dilaporkan bahwa olahraga aerobik dapat membantu menurunkan risiko terjadi endometriosis. Penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegahan masih kontroversial. Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah tidak memperlambat kehamilan, melakukan pemeriksaan dengan baik dan benar serta tidak menjalani kuret saat sedang haid.
Endometriosis memiliki kecenderungan untuk kambuh. Pada kasus endometriosis yang dilakukan bedah definitif, 3% dari kasus tersebut akan timbul endometriosis berulang. Sementara pada pasien yang menjalani pembedahan konservatif, timbul kekambuhan pada 10% kasus dalam 3 tahun pertama. Tingkat kekambuhan pada endometriosis mencapai 40% dalam 5 tahun.
Daftar pustaka:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono, 1994.
Berek JS,editor .Berek & Novak's Gynecology. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007; p.1137-73.
Johnson NP, Hummelshoj L. Consensus on current