Salam kenal...
ini thread pertama saya untuk merangkum perjalanan
promil saya. mudah2an yang membaca bisa membantu menjawab pertanyaan seputaran judul diatas.
Langsung saja, saya ceritakan pengalaman promilnya ya.....
saya (31 thn) menikah dengan suami saya (33 thn) kurang lebih 1 tahun 7 bulan (Maret 2017)
BB saya: 67,2 kg - gemuk
Kondisi RT kami: LDR, saya di Jkt, suami di Palembang
Awal menjalani biduk pernikahan, kami yakin bahwa kami bisa sukses punya baby secara alami tanpa
promil. Namun karena hubungan senggama kami terbatas (suamiku hanya bisa datang sebulan sekali pada waktu weekend
datang jumat malam pergi minggu sore-- Sekali suami datang, kadang setelah beres haid atau kadang menjelang haid, which is belum masa suburku; dan jarang pada saat masa suburku). Dengan kondisi seperti itu, Kami legowo jika belum diberikan keturunan.
Setelah setahun lebih pacaran (alias Menikah LDR) saya dan suami bersepakat untuk saya periksa ke dokter. Ide awalnya datang dari saya, sambil menunggu kepindahan suami ke jakarta, ada baiknya diperiksa kondisi kandungan saya.
Akhirnya melalui rekomendasi teman saya, yang setelah 2,5 tahun
promil ke salah satu dokter. saya pun memilih dokternya dia, dokter Prof Ichramsyah (prof) dari RSIA Budhi Jaya.
Konsul 1; 08 Sept 2017, hari ke2 dari haid terakhir, dan kebetulan ditemani oleh suami saya. Sambil tiduran karna mau di usg abdomen, prof bertanya standar: berapa umur saya dan suami, sudah berapa lama menikah, kapan hari pertama haid terakhir (
HPHT), ada keluhan apa?
Saya menjawab, saya tidak punya keluhan apa2, tapi saya bermaksud mengecek kesehatan kandungan karna sudah 1,5 tahun belum diberi baby dan kalau memang memungkinkan sekalian untuk
promil. (saya tidak menyebutkan belum punya baby sebagai keluhan, karna memang kondisi kami LDR ini).
Berdasarkan hasil usg abdomen, saya diindikasikan infeksi rahim.
Saya pun bercerita ke prof, kalau pada waktu awal pernikahan, saya pernah mengalami infeksi kandung kemih (kk) dan sudah berobat ke dokter kelamin, diberikan 2 obat yakni 1 antibiotik, 1 lagi lupa. Begitu obat antibiotik habis dan sudah tidak sakit lagi pada waktu kencing, saya tidak balik lagi ke dokter itu. Berhubung ke dokter kelamin, ngongkos konsul dan obat mahal (800rb - thn 2016) ..... Ternyata ngongkos dokter kandungan lebih mahal
Berdasarkan cerita saya, dokter berasumsi kalau infeksi rahim saya, bisa saja sudah berlangsung bersamaan infeksi kandung kemih sebelumnya. Namun tidak terlalu diperhatikan karena infeksi rahim dampaknya samar kelihatan, namun krusial seperti susah hamil.
Berdasarkan penjelasan prof, memang saluran pipis sama rahim kita berbeda, namun bisa memungkinkan terjadi indikasi infeksi tersebut, karena kita menggunaan air cebok yang sama So bunda bunda sekalian, saran dari prof harap diperhatikan kebersihan, kejernihan air yang kita gunakan untuk cebokan; perhatikan cara kita cebok saat pipis dan pup, perhatikan kebersihan CD.
Setelah konsul saya diberikan 3 obat. Selain itu saya diharuskan untuk melakukan hydrotubasi pada pertemuan berikutnya tgl 15 September hari ke9 dari haid tgl 7 september.
Nama Dokter: Prof. DR. dr. H. Ichramsjah A. Rachman,
SpOG (K) -- dokter sepuh mungkin 65an tahun)
Lokasi: RSIA. Budhi Jaya, Jl. Dr. Saharjo no. 120
Jam Praktek: senin-jumat (cek website Budhi Jaya)
KONSUL 1
Indikasi: Infeksi Rahim (lewat usg abdomen)
Biaya:
1. Konsultasi 275rb
2. USG 2D+print 344rb
3. Obat 352rb yi: bio atp 20 tablet, Genoclom 10 tablet, Lanturol 20 tablet
total biaya 971rb
Sekian dulu bunda kisah konsul pertamaku menuju kehamilan, kalo ada yang mau ditanyakan bisa
Post reply ke thread aku, bisa personal chat inbox, bisa juga via chat WA di 082348115533. Saya bersedia memberikan jawaban sebatas yang saya ceritakan. mudah2an thread saya ini dapat membantu bunda bunda lain disana...
Peluk cium,
bunda Indah