KOMPAS.com - Ibu hamil biasanya jadi lebih sering berkemih, terutama sejak trimester pertama, dan akan mencapai puncaknya di semester ketiga. Tadinya mungkin keinginan buang air kecil muncul sekitar 4-5 jam sekali, tetapi kala hamil bisa tiap 1-2 jam sekali. Pada trimester pertama, keinginan bolak-balik ke toilet lebih disebabkan tekanan pada kandung kemih oleh rahim yang mulai membesar. Kapasitas kandung kemih yang semula berkisar 400-500 ml menjadi tinggal separuhnya saja, sehingga keinginan buang air kecil pun jadi lebih sering.
Pada trimester ketiga, rasa ingin berkemih terjadi lebih sering karena ukuran rahim semakin besar seiring dengan janin yang juga membesar. Terlebih, di akhir trimester ketiga, kepala janin mulai turun ke rongga panggul. Alhasil, tekanan pada kandung kemih pun makin besar. Volume urine sedikit saja sudah membuat ibu ingin berkemih.
Jangan ditahan
Tentu saja, walaupun mungkin merepotkan, Anda tidak dianjurkan untuk menahan buang air kecil. Menahan kencing dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi siapa pun termasuk ibu hamil. Urine yang ditampung terlalu lama membuat kuman-kuman pada saluran kemih berkembang biak dan menyebar ke arah kandung kemih, bahkan kadang-kadang sampai ke ginjal dan menyebabkan infeksi kandung kencing atau infeksi ginjal. Nah, dengan membuang air seni, risiko itu dapat diperkecil karena urine akan membilas saluran kemih, termasuk kuman-kuman yang ada di dalamnya.
Alasan lainnya, menunda buang air kecil mempermudah terbentuknya batu saluran kemih. Urine mengandung berbagai macam zat dan mineral, yang jika didiamkan lama, endapannya akan mengeras dan membentuk batu. Mula-mula batu tersebut berukuran kecil, tetapi karena kebiasaan menahan kencing terus berlangsung, semakin lama batu itu semakin membesar. Sebenarnya, kedua gangguan saluran kemih tadi saling berkaitan. Infeksi dapat menimbulkan batu saluran kemih. Sebaliknya, batu juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Seringkali, kedua penyakit ini ditemukan bersamaan.
Apakah ibu hamil sebaiknya mengurangi minum agar tidak bolak-balik ke toilet? Jangan! Frekuensi minum ibu hamil justru harus lebih banyak. Minimal minumlah delapan hingga sepuluh gelas air setiap hari atau 3 liter per hari, terdiri atas air putih dan cairan dari makanan dan minuman lainnya. Mengapa demikian? Karena konsumsi cairan memengaruhi semua aspek kehamilan, seperti menjaga volume cairan ketuban, mencegah keguguran, mencegah proses kelahiran sebelum waktunya, mencegah pendarahan, termasuk menjaga tenaga ibu, mencegah kekeringan kulit, mencegah sembelit, juga mencegah ketidakseimbangan elektrolit tubuh.
Adanya perubahan-perubahan dalam fisiologi ginjal selama kehamilan pun menimbulkan peningkatan yang besar dalam pengeluaran asam amino dan vitamin-vitamin yang larut dalam air melalui air seni. Sedangkan, hormon-hormon kehamilan mengubah cara tubuh menyimpan dan menggunakan cairan. Volume darah mengganda setiap tujuh bulan dan cairan amniotik (ketuban) mengisi dirinya kembali kira-kira satu cangkir setiap jam.
Hingga usai melahirkan
Setelah melahirkan, berangsur-angsur Anda tak mengalami beser lagi. Hal ini disebabkan begitu proses bersalin selesai, rahim tidak akan mengecil seketika, tetapi bertahap hingga masa nifas selesai. Lagi pula hormon-hormon kehamilan masih ada dan belum terjadi keseimbangan, sehingga frekuensi berkemih masih cukup sering hingga usai masa nifas.
Beser setelah bersalin bisa juga terjadi setelah kepala janin terlalu lama berada di jalan lahir sehingga jaringan di sekitarnya mengalami pembengkakan. Atau bisa juga karena otot dasar panggul melemah lantaran mengedan saat proses melahirkan. Nah, upaya yang bisa dilakukan agar lebih cepat pulih adalah ibu melakukan senam Kegel (mengencangkan dan mengendurkan otot vagina dalam hitungan teratur dan senam nifas).
Ada juga ibu yang setelah bersalin bahkan tidak dapat mengontrol keluarnya urine sampai-sampai mengompol. Kemungkinan ia mengalami inkontinensia urine atau gangguan pada otot pengatur keluarnya urine (fungsi berkemih). Biasanya disebabkan proses persalinan dan masalah hormonal. Butuh waktu untuk penyembuhannya.
Dalam keadaan normal, kandung kemih mampu menampung 400-500 ml cairan yang akan penuh dalam waktu 3-4 jam. Pada saat itu, kerja syaraf akan merespons dan memerintahkan otot spinkter untuk mengeluarkan urine. Kerja otot spinkter biasanya dibantu otot dasar panggul untuk menahan kencing. Jika otot spinkter tidak berfungsi dengan baik, akibatnya kandung kemih yang sudah penuh akan mengeluarkan urine tanpa bisa dikontrol.
Inkontinensia urine paling banyak diderita ibu yang sering melahirkan. Kerap melahirkan dapat membuat otot dasar panggul melembek dan lubang vagina melebar. Fungsi otot dasar panggul sebagai penyangga atau pendukung akhirnya melemah, sehingga dengan sendirinya fungsi saluran kencing ikut melemah. Dokter dapat membantu ibu mengatasi masalah inkontinensia urine dengan memberikan obat antiradang dan bengkak serta menganjurkan ibu melatih otot berkemih dan otot dasar panggulnya dengan senam Kegel.
Jika pengeluaran air seni masih dapat dikontrol, frekuensi berkemih yang sering tak perlu dikhawatirkan. Justru dengan sering buang air kecil, secara alamiah, tubuh membuang zat-zat sisa yang kemungkinan juga mengandung kuman.
Narasumber: dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K) dari RSUPN Cipto Mangunkusumo