Sahabat Hawa, kamu mungkin sudah cukup familiar dengan penderita Autisme. Yaitu kelainan mental pada anak yang membuatnya memiliki pola pemikiran yang berbeda dari anak normal laiinya. Secara medis Autisme merupakan gangguan otak yang membatasi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan memahami orang lain.
Diawal kemunculannya, tanda Autisme bisa diketahui sejak usia dini. Namun tanda-tandanya berbeda pada setiap anak. Akan tetapi melihat ciri-ciri anak autis bisa jadi sulit, karena biasanya baru terlihat jelas setelah usia 3 tahun. Meski begitu, orang tua yang cermat bisa melihat tanda-tanda autisme bahkan sebelum anak memasuki usia ke-3 Beberapa anak mungkin akan bertumbuh secara normal sampai usia 18-24 bulan kemudian berhenti mengembangkan atau kehilangan sejumlah kemampuan normal.
Gejala Anak Autis dibawah usia 3 tahun :
Lambat dalam belajar berbicara
Mengulangi kata-kata atau kalimat yang sama
Marah karena hal-hal sepele
Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang kali (misalnya bergoyang atau berputar)
Menghindari kontak mata atau sentuhan fisik
Tidak peka dan bereaksi terhadap suara disekitarnya
Tidak merespon ketika dipanggil namanya
Susah Fokus
Tidak mengoceh dan peka pada benda seperti bayi pada umumnya
Tidak tersenyum atau merespon ketika diajak berinteraksi
Kehilangan kemampuan berbahasa, Sekitar sepertiga penderita autisme juga sering mengalami kejang-kejang.
Catatan : Tak hanya anak autis sebenarnya, bayi normal juga bisa menunjukkan tanda-tanda ini, tapi ada baiknya untuk memeriksakannya ke dokter apabila kamu merasa khawatir.
Penyebab Autisme Pada Anak :
Dari sekian banyak gejala yang bisa terdeteksi oleh orang tua, berikut penyebab seorang anak menjadi autisme. Hingga saat ini penyebab autisme sebenarnya belum bisa diketahui secara pasti. Tapi, ada beberapa faktor yang diduga bisa memicu seseorang untuk mengalami gangguan ini yang mungkin bisa meningkatkan rasa waspada, diantaranya :
1.Faktor keturunan. Orang tua seorang pengidap autisme berisiko kembali memiliki anak dengan kelainan yang sama.
2.Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami autisme dibandingkan dengan anak perempuan.
3. Gangguan selama dalam kandungan. Contohnya, kecanduan ibu terhadap minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam kandungan.
4. Adapun pengaruh gangguan lainnya, seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.
5. Kelahiran prematur, khususnya bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.
Autisme bisa berpengaruh pada bagian otak yang mengatur emosi, komunikasi, dan gerakan tubuh. Pada usia balita, beberapa anak autis mungkin memiliki ukuran kepala yang lebih besar—mungkin diakibatkan pertumbuhan otak yang abnormal. Gen-gen abnormal yang diwariskan oleh orang tua diyakini menyebabkan buruknya fungsi bagian-bagian otak tertentu.
Atur siklus menstruasi kamu dan Baca tips kehamilan dan cerita wanita lainnya di Aplikasi Hawa! Ayo download aplikasi Hawa di Google Play
sekarang!