Anda orang tua yang sering merasa kewalahan menghadapi anak berusia 3-5 tahun?
Hal ini sangatlah wajar terjadi karena pada usia tersebut anak memang sedang mengalami fase ‘independent’. Menurut profesor Fakultas Pendidikan Usia Dini Universitas Texas, George Morison, Ed.D, balita cenderung tidak menyukai interupsi dari orang lain dan mengacuhkan perkataan dari orang tua maupun orang lain merupakan salah satu cara mereka untuk menunjukkan kekuasaannya.
Bukanlah langkah yang mudah untuk membuat mereka mendengarkan perkataan kita, tapi bukan berarti Anda terus membiarkan saja ketika hal itu terjadi. Ketika mereka asyik bermain, terkadang mereka sampai lupa akan hal lain di sekelilingnya. Tentunya Anda tidak mengharapkan mereka bisa terus mengacuhkan Anda dan berlanjut dengan mengacuhkan orang lain di sekitarnya sampai mereka dewasa. Berikut adalah tujuh cara yang bisa Anda praktekkan kepada balita Anda:
1. Hindari Berteriak
Sering kali saat kita sedang lelah setelah bekerja seharian atau badmood, Anda akan menjadi lebih tidak sabaran dan ingin semuanya berjalan sesuai keinginan. Karena balita memang belum dapat memahami apa yang menjadi keinginan Anda, maka mereka akan tetap asyik dengan kegiatan mereka. Berteriak atau membentak anak malah akan membuatnya semakin tidak mempedulikan Anda. Mereka akan menjadi lebih agresif dan keras kepala. Dinginkan sejenak pikiran dan hati Anda baru kemudian cobalah berbicara kepada mereka.
2. Jangan Membandingkan
Setiap anak diciptakan dengan karakternya masing-masing. Untuk itu jangan pernah sekalipun membanding-bandingkan anak dengan saudara atau anak lainnya, karena itu akan sangat menyakiti hati mereka.
3. Lebih Ekspresif dan Menggunakan Bahasa Sederhana
Kata-kata halus mungkin belum cukup untuk membuat mereka mengikuti permintaan Anda. Sebagai orang tua yang penuh kasih sayang, Anda juga sebaiknya lebih ekspresif dan terbuka kepada anak. Saat mengucapkan permintaan, dekatkan diri Anda dengan menyentuh pundak atau mengusap kepalanya dan sampaikan permintaan Anda dengan kata-kata yang halus, singkat, dan mudah dimengerti.
4. Hindari Kata “jangan” dan “tidak”
Mengatakan kata “jangan” atau “tidak” dapat berarti kalau Anda membencinya yang tentunya akan menyakiti hati mereka. Gantilah kedua kata tersebut dengan kata lain yang lebih halus ketika melarang atau menolak permintaannya. Misalnya adalah saat mereka ingin meminta mainan anak-anak dan buku di toko, Anda bisa menolak melarang dengan mengatakan “Minggu kemarin bukan kamu sudah main mainan banyak, nanti saja kita main di tempat permainan lagi ya”.
5. Bersikap Seperti Teman Sebayanya
Anak-anak gampang terpengaruh oleh teman sebayanya. Reaksi psikologis tersebut dapat Anda manfaatkan untuk kasus ini. Berperanlah layaknya Anda anak kecil seusianya dengan berpikir secara anak kecil, dengan demikian mereka akan lebih terbuka kepada Anda sekaligus permintaan Anda lebih mudah dipahami oleh mereka.
6. Berikan Fakta
Ketika melarang mereka melakukan sesuatu jangan hanya sekedar melarang, tetapi berikanlah alasan yang tepat mengapa mereka tidak boleh melakukan hal tersebut dan apa saja yang boleh mereka lakukan. Jika Anda tidak menerangkan alasannya, mereka akan terus mengulangi dan memendam pertanyaan mengapa mereka dilarang melakukan tindakan tersebut.
7. Dengarkan Lalu Puji Mereka
Kita sebut saja cara ini sebagai simbiosis mutualisme, yaitu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara Anda dan anak. Jangan hanya menginginkan perkataan Anda didengar tapi juga cobalah untuk mendengarkan keluhan mereka. Saat melakukan sesuatu seperti si kecil jika berhasil menyusun mainan anak yang Anda belikan untuk memicu perkembangan daya piker si kecil, dengan begitu, mungkin mereka juga memiliki alasan yang ingin diceritakan, jadi dekatilah mereka lalu ajaklah bercerita. Setelah itu, pujilah sikap mereka yang mampu menyusun mainan atau bersedia untuk terbuka dalam komunikasi.
Komunikasi yang baik akan sangat membantu hubungan antar orang tua dan anak. Usia anak mempengaruhi cara mereka untuk berperilaku dan memahami Anda sebagai orang tua. Cara mendidik anak pun harus disesuaikan dengan usianya, jangan samakan mendidik anak yang sudah memasuki usia sekolah dengan prasekolah. Usia balita memang usia yang membutuhkan ekstra kesabaran di mana para orang tua harus selalu berkata dan berperilaku yang benar, karena orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya, seperti ungkapan “buah jatuh tidak jatuh jauh dari pohonnya”.
Baca Juga: Latest Blogs
Sumur: PriceArea.com - Cari Harga Murah dari Ribuan Toko Online di Indonesia