Hypocalcemia Hypocalcemia merupakan salah satu penyakit metabolis yaitu turunnya kadar Ca dalam darah. Sering disebut juga sebagai milk fever, parturient paralysis, calving paralysis ataupun parturient apoplexy.
Etiologi
Pada dasarnya penyebab hipocalcemia adalah kehilangan Ca. Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. Sebagian besar kalsium dalam darah dibawa oleh protein albumin, karena itu jika terlalu sedikit albumin dalam darah akan menyebabkan rendahnya konsentrasi kalsium dalam darah Hipokalsemia paling sering terjadi pada penyakit yang menyebabkan hilangnya kalsium dalam jangka lama melalui air kemih atau kegagalan untuk memindahkan kalsium dari tulang
. Selain itu penyebab dasar lainnya adalah insufisien parathyroid. Kadar hormon paratiroid rendah, biasanya terjadi setelah kerusakan kelenjar paratiroid atau karena kelenjar paratiroid secara tidak sengaja terangkat pada pembedahan untuk mengangkat tiroid
. Absorbsi Ca oleh usus yang rendah juga menjadi penyebab dasar terjadinya penyakit ini. Hipokalsemia juga bisa terjadi akibat hipofosfatemia (kadar fosfat yang rendah dalam darah). Hipokalsemia juga dapat disebabkan karena defisiensi vitamin D. Kekurangan vitamin D biasanya disebabkan oleh asupan yg kurang, kurang terpapar sinar matahari (pengaktivan vitamin D terjadi jika kulit terpapar sinar matahari), penyakit hati, penyakit saluran pencernaan yg menghalangi penyerapan vitamin D, pemakaian barbiturat dan fenitoin, yang mengurangi efektivitas vitamin D.
Spesifikasi lebih lanjut mengenai penyebab hipocalcemia :
Gangguan pencernaan
Ketidakhadiran hormone paratiroid (PTH)
- Hipoparatiroidisme keturunan
- Hipoparatiroidisme perolehan
- Hipomagnesemia
- Paratiroidektomi "Hungry Bone Syndrome"
- Tiroidektomi, glandula paratiroid letaknya sangat dekat dengan tiroid dan sangat mudah terluka atau terpotong saat tiroidektomi
PTH infektif
- Gagal ginjal kronis
- Ketidakhdiran vitamin D aktif
- Pseudohipoparatiroidisme
Defisiensi PTH
- Hiperfosfatemia
- Osteitis fibrosa
Pembongkaran asam hidrofluorid
Komplikasi pankreatitis
Hipocalcemia terbagi atas pre-partus, segera setelah post-partus, dan saat produksi susu tinggi yang terjadi pada 8 minggu post partus.
Faktor predisposisi
Breed / bangsa
Kejadian paling tinggi terjadi pada sapi jenis Jersey. Namun karena populasi sapi Holstein juga banyak sehingga yang sering terlihat adalah pada sapi Holstein.
Umur
Kejadian Hypocalcemia meningkat pada sapi umur empat tahun ke atas atau pada laktasi ketiga. Hal ini berhubungan dengan
skeletal maturity dan ukuran
calcium pool.
Kondisi tubuh
Sapi yang mengalami obesitas akan lebih mudah terkena hypocalcemia daripada sapi yang ramping. Hal ini ada kaitannya dengan kadar lemak pada hepar.
Tingkat kejadian
Ada variasi kejadian dari satu peternakan ke peternakan lain, namun secara umum tingkat kejadiannya antara 3 - 10%. Dan perlu diketahui bahwa sapi yang pernah mengalami hypocalcemia memiliki kemungkinan mencapai 50% untuk kembali terkena hypocalcemia pada laktasi berikutnya.
Waktu kejadian
Hampir 90% dari kasus hypocalcemia terjadi antara hari partus sampai 72 jam postpartum. Dan 3% terjadi lebih dari tiga hari setelah melahirkan.
(
www.vetsci.psu.edu:coursedesc/vsc497b/17hypo)
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan Ca pada sapi perah dan kemungkinan terkena milk fever
Gejala –gejala
Gejala milk fever terbagi menjadi dua yaitu hypocalcemia subklinis dan milk fever klinis. Pada keadaan subklinis biasanya tidak ada tanda-tanda yang khas. Hanya meliputi turunnya nafsu makan yang disebabkan turunnya aktivitas / kontraksi usus, produksi susu rendah serta performa reproduksi yang suboptimal. Sedangkan gambaran klinis milk fever yang dapat diamati tergantung pada tingkat dan kecepatan penurunan kadar kalsium di dalam darah.
Pada hipocalcemia dikenal 3 stadium gambaran klinis, yaitu :
1. Stadium prodomal (stadium 1)- serum calcium 6.5 - 8.0 mg/d
Pada stadium ini penderita menjadi gelisah dengan ekspresi muka yang tampak beringas. Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinja terhenti. Meskipun ada usaha untuk berak akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil. Sapi mudah mengalami rangsangan dari luar dan bersifat hipersensitif. Otot-otot kepala maupun kaki tampak gemetar (tremor). Bila milk fever juga dibarengi dengan penurunan kadar magnesium yang cukup berat akan terlihat stadium tetanik yang panjang. Waktu berdiri hewan tampak kaku, tonus otot-otot alat gerak meningkat, dan bila bergerak tampak inkoordinasi. Penderita melangkah dengan berat, hingga terlihat hati-hati dan bila dipaksa akan jatuh. Bila telah jatuh usaha untuk bangun dilakukan dengan susah payah, dan mungkin tidak akan berhasil.
2. Stadium berbaring / recumbent (stadium 2)- serum calcium 4.0 - 6.0 mg/d
Pada stadium ini sapi penderita milk fever dilaporkan sudah tidak mampu untuk berdiri, berbaring pada sternumnya, dengan kepala yang mengarah kebelakang, sehingga dari belakang seperti membentuk huruf “S”. Karena dehidrasi, kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata normal atau membesar, dan tanggapan terhadap rangsangan sinar jadi lambat atau hilang sama sekali. Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit juga berkurang, otot-otot jadi kendor, spingter ani mengalami relaksasi, sedangkan reflek anal menghilang, dengan rectum yang berisi tinja kering atau setengah kering.
Pada awal stadium ini penderita masih mau makan dan masih mengalami proses ruminasi, meskipun intensitasnya berkurang, tetapi masih dapat terlihat. Pada tingkat selanjutnya proses ruminasi hilang dan nafsu makan pun hilang, dan penderita semakin bertambah lesu. Gangguan sirkulasi yang mengikuti akan terlihat sebagai pulsus yang frekuen dan lemah, rabaan pada alat gerak terasa dingin dan suhu rektal bersifat subnormal.
3. Stadium koma (stadium 3)- serum calcium
Penderita tampak sangat lemah, tidak mampu bangun, dan berbaring pada salah satu sisinya (lateral recumbency). Kelemahan otot-otot rumen akan segera diikuti dengnan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat meencolok, pulsus menjadi lemah (120x/menit), dan suhu tubuh turun dibawah normal. Pupil melebar dan reflek terhadap sinar menghilang. Stadium koma kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun pengobatan konvensional telah dilakukan.
Pengobatan
Pengobatan hipokalsemia dapat dilakukan dengan pemberian garam kalsium seperti :
- kalsium chloride – mengiritasi dan dapat menimbulkan toksisitas pada cardiac.
- kalsium gluconate – tidak begitu stabil pada larutan
- kalsium borogluconate – lebih stabil dan level toksisitas di cardiac rendah.
Jumlah yang dianjurkan untuk terapi hipokalsemia dengan kalsium borogluconate adalah
Produk
Jumlah (ml)
Kalsium yang terkandung (g)
Dosis yang dianjurkan untuk sapi 600 kg (ml)
CBG20%
CBG30%
CBG40%
maxacal
400
400
400
100
6
9
12
4,17
600-800
400
400
200
Untuk menggunakan treatment intravena tidak dapat menggunakan dosis yang besar, hal ini sangat penting untuk mengembalikan kadar kalsium dalam darah menjadi normal dengan cepat dan sangat tepat untuk menurunkan cow syndrome. Hal yang perlu diingat adalah pemberian Ca yang diberikan secara IV harus perlahan - lahan, karena apabila terlalu cepat maka dapat menimbulkan aritmia jantung (tidak teratur).
Pengobatan milk fever dapat dilakukan dengan memberikan suplemen - suplemen kalsium oral. Kalsium karbonat adalah sediaan paling murah. Dosis inisialnya adalah 1 - 2 g kalsium untuk unsur per oral 3x sehari selama masa peralihan dari terapi IV ke terapi oral. Untuk terapi jangka panjang dosis yang khas adalah 0,5 - 1 g peroral 3x sehari diberikan bersama pakan.
Selain itu pengobatan pada kasus milk fever dapat juga dilakukan dengan pemberian vitamin D. Defisiensi vitamin D dapat dikoreksi dengan pemberian vitamin D sebanyak 400 - 1000 IU/hari, namun terapi terhadap
hipokalsemia karena proses lain
sumber: hypocalcemia