Forum Ibu Hamil dan Kehamilan Daftar di IbuHamil.com untuk ikutan diskusi seputar kehamilan

  Forum Ibu Hamil dan Kehamilan > Diskusi Seputar Kehamilan > Diskusi Umum

Selamat datang di IbuHamil.com, sebuah forum seputar kehamilan. Untuk bertanya atau diskusi dengan bumil lain, silakan bergabung dengan komunitas kami.
  #1  
Old
delaja...   TS 
 
Location: Cibinong, Bogor
Posts: 82
Default Tentang GENTLE BIRTH dan Komunitas GBUS

Catatan yg cukup panjang dan komprehensif untuk bumil yg ingin tahu tentang GENTLE BIRTH

Sebuah catatan dari "Dyah Pratitasari" @pritazamzam

Bismillah...

Untuk berkenalan dengan istilah GB dan juga GBUS, kali ini saya bagikan sebuah tulisan yang pernah diajukan oleh sebuah media - dalam sesi wawancara.

Selamat menikmati, dan kunyah pelan-pelan sebelum ditelan


1. Bisa dijelaskan, apa yang dimaksud dengan Komunitas Gentle Birth Untuk Semua?

Kita mulai dengan memahami pengertian gentle birth dulu, ya..

Gentle=lembut, birth=persalinan. Gentle birth artinya persalinan yang lembut, tenang, santun dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia. Selain sehat secara fisik, kebutuhan psikis ibu dan bayi diusahakan agar terpenuhi semaksimal mungkin. Jadi tujuan gentle birth adalah persalinan aman dan berkualitas, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

Dalam praktiknya, gentle birth hanyalah sekadar istilah. Berbagai kalangan mungkin sudah mengenal dan mempraktikkan esensinya, meskipun menggunakan istilah yang berbeda.

Di negara Barat, misalnya, gentle birth sering disebut sebagai women-centered childbirth atau family-centered childbirth. Di Indonesia, kalangan medis mungkin sudah mengenal konsepnya dengan istilah “Asuhan Sayang Ibu Sayang Bayi”.

Bedanya, konsep gentle birth ini tidak hanya berkutat pada saat persalinan, melainkan mencakup perjalanan panjang yang saling berkaitan. Dimulai dari melakukan seks yang legal, sadar, dan sakral, kehamilan yang sehat dan alami, persalinan yang aman dan ramah jiwa, hingga mengasuh anak dengan penuh kesadaran.

Sekarang gerakan menyusui sudah bergema. Namun bagaimana penerapan di lapangan agar Si Ibu dapat menyusui dengan baik, termasuk pengalamannya saat melahirkan, juga fase-fase sebelum persalinan tsb, belum cukup memperoleh perhatian. Padahal, proses sebelum bayi lahir dan pasca bayi lahir tersebut berperan besar dalam mempengaruhi kelancaran proses menyusui. Dengan segala manfaat dan konsekuensinya di kemudian hari.

Selain itu, saat ini kita sudah jarang sekali melihat proses persalinan secara langsung. Jadi apa yang kita tahu tentang persalinan biasanya hanya dari film, teve, dsb. Ironisnya, persalinan sering digambarkan sebagai peristiwa yang menyeramkan, penuh kesakitan, teriakan, berdarah-darah, kepanikan, dan sejenisnya. Atau, secara keseharian, sebagian kalangan yang bekerja di rumah sakit mungkin justru lebih sering mendengar kisah persalinan berupa kasus-kasus komplikasi. Sementara, sudut pandang lain tentang persalinan, terpinggirkan.
Proses persalinan yang sejatinya mencakup banyak aspek termasuk sosial, budaya, menjadi tereduksi seolah ini hanya peristiwa medis. Gambaran persalinan yang indah, tenang, sakral, damai – dan tetap aman, yang sesungguhnya juga ada, menjadi dipandang aneh dan seolah mengada-ada.

Karena sudah dibayangi oleh hal-hal menyeramkan tentang persalinan, kita sebagai awam lebih mudah terbius oleh iming-iming segala macam metode persalinan yang diklaim mampu menghilangkan rasa sakit. Kita juga cenderung “menyerahkan” tubuh pada pihak yang dianggap lebih tahu. Atau, memiliki paradigma "instan". Ibaratnya, terserah deh nanti mau diapain. Yang penting sudah ikutan kursus yang lagi ngetren, mencari nakes yang paling ahli, rumah sakit yang paling keren, dan kita sebagai pemilik tubuh cenderung bersikap pasif terhadap diri kita sendiri.

Asal kita selamat, bayi lahir sempurna, dan sehat secara fisik, dianggap sudah cukup. Sementara, bagaimana pengalaman psikhis kita saat melahirkan dan bayi saat dilahirkan, cenderung diabaikan atau belum memperoleh cukup perhatian.

Pergeseran paradigma tersebut, tanpa disadari, menimbulkan banyak trauma pada tubuh manusia, yang dampaknya tidak bisa dianggap remeh. Misalnya, medikalisasi persalinan, pemberian intervensi medis yang belum tentu sesuai dengan indikasi, pemisahan ibu dan bayi pasca lahir, serta tanpa sengaja dan tanpa sadar terjebak pada rantai kesulitan menyusui. Faktor-faktor tersebut diduga ikut menjadi penyebab meningkatnya risiko baby blues syndrome (stres pasca persalinan), "kegagalan" proses menyusui, serta gangguan fisik maupun emosi di kemudian hari (karena bayi tidak terpenuhi haknya secara optimal di masa-masa awal kehidupan).

Secara pribadi, hal tersebut saya alami sendiri pada masa melahirkan anak pertama. Saya trauma dengan proses persalinan, anak saya tidak IMD, saat di rumah sakit ia juga diberi susu formula tanpa sepengetahuan kami selaku orangtua. Semuanya terjadi semata-mata karena karena kami kurang ilmu, dan tidak memberdayakan diri dengan keterampilan.

Pada saat hamil anak kedua, pengetahuan saya sudah lebih banyak. Kami juga rajin berlatih beberapa jenis ketrampilan yg bermanfaat bagi proses persalinan, seperti relaksasi, komunikasi dengan janin, yoga prenatal, dsb.

Bekal pemahaman dan ketrampilan membuat saya lebih mampu mengenali yg terjadi pada tubuh sendiri, sehingga tahu cara menyikapinya. Saat nyeri kontraksi misalnya, saya paham bahwa itu menandakan tubuh sedang mempersiapkan jalan keluarnya bayi, sehingga saya harus bekerjasama agar mekanisme tubuh berjalan lancar, serta semua proses alamiah seperti produksi hormon, kontraksi otot, dsb berlangsung dengan baik. Saya melahirkan dengan posisi tegak, dan merasakan betapa besar perbedaannya jika dibandingkan dengan pengalaman anak pertama yang harus melahirkan secara telentang. Anak saya menjalani IMD lebih dari 1 jam, dan ia berkesempatan menjalani seluruh rangkaian prosesnya secara lengkap (hal yang sebelumnya, hanya bisa saya saksikan dari video dan youtube!) Dari sana saya melihat sendiri banyak keajaiban. Efeknya antara lain, proses menyusui menjadi lebih lancar. Bonding kami juga lebih baik.

Berangkat dari pengalaman tersebut, saya berpikir. “Harapan untuk bisa melahirkan dengan pengalaman yang positif itu ada. Jika selama ini sudah banyak gambaran seram tentang melahirkan, maka gambaran persalinan yang positif bagi ibu juga perlu mendapat tempat. Untuk itu, perlu ada sebuah wadah yang menampung pengalaman positif tentang persalinan, serta mengajak para praktisinya untuk berbagi. Saya berharap, ini bisa menyampaikan pesan bahwa persalinan itu proses yang tidak perlu ditakutkan, tapi harus dipersiapkan sebaik mungkin, sedini mungkin”.

Menyadari bahwa bentuk ideal persalinan bagi setiap orang tidaklah sama, kami juga saling mendukung agar teman-teman bisa memetik manfaat gentle birth, apapun nanti metode persalinan yang akan mereka lakukan. Upaya untuk meraih gentle birth tsb kami sebut “memberdayakan diri”. Langkah-langkah memberdayakan diri, antara lain sbb:

1. Mempelajari segala aspek dan pengetahuan yang mendukung seputar kehamilan dan persalinan.
2. Menjalankan pola makan dan gaya hidup sehat seimbang.
3. Pelajari keterampilan yang bermanfaat dalam menjalani masa kehamilan dan proses persalinan. Seperti olah napas, relaksasi, yoga, pilates, berenang, senam hamil, hypnobirthing, dan berbagai metode lain sesuai kondisi, kebutuhan, minat, dan keyakinan masing-masing.
4. Memeriksakan kehamilan secara teratur, dan mencari provider yang mendukung (terbuka berdiskusi, mendukung persalinan normal, menerapkan IMD dan ASI ekslusif, rawat gabung, asuhan sayang ibu sayang bayi). Jika perlu, susunlah rencana persalinan (birth plan) dan komunikasikan dengan tenaga medis.
5. Menjalin kerjasama dan hubungan harmonis dengan tenaga medis sebagai satu tim yg kompak dalam proses persalinan.
6. Usaha maksimal, dan menyerahkan hasil akhirnya kepada Tuhan YME. Mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman yang ada, dan menjadikannya sebagai bekal untuk menjalani peran sebagai orangtua sebaik mungkin.

Saat ini, kita memang hidup dalam irama yang serba cepat. Segala sesuatu yang bersifat modern dan canggih, sering dianggap lebih baik.

Sementara dalam konsep gentle birth, kehamilan dan persalinan dianggap sebagai peristiwa yang memerlukan kesabaran, ketekunan, tidak selalu memerlukan intervensi, namun tetap berisiko.

Dalam praktiknya, gentle birth memberi kesempatan pada Ibu untuk Ibu percaya, memberdayakan, dan memegang otonomi tubuhnya sendiri, sementara tenaga medis dan perlengkapannya bersifat sebagai fasilitator. Saat melahirkan, misalnya, Ibu diijinkan untuk tretap aktif bergerak, serta mengambil posisi yang nyaman. Posisi tersebut, bisa berupa jongkok, nungging, atau duduk tegak. Mungkin, gambaran ini tidak biasa kita temui lagi. Selain itu, salah satu ciri sifat alami adalah menghargai proses. Itu sebabnya, kami percaya jika kondisi ibu dan bayi memungkinkan, persalinan normal alamiah perlu diutamakan. Jika tidak ada indikasi medis untuk induksi, misalnya, ya tidak perlu diinduksi. Rasa nyeri saat kontraksi pun tidak perlu dihindari atau semena-mena dihilangkan dengan obat, namun bisa dikelola dengan berbagai ketrampilan agar tidak terasa menyakitkan. Apalagi, memilih untuk operasi hanya untuk memilih tanggal cantik.

Oleh sebab itu, rasanya wajar, jika gentle birth, yang memfasilitasi seluruh potensi alamiah manusia dianggap oleh sebagian kalangan sebagai sesuatu yang sudah “ketinggalan jaman”.

Padahal, sesuatu yang sifatnya “kuno” dan primitive tidak selalu buruk. Ada kalanya, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, kita justru perlu belajar pada kearifan sifat alam.

Tentu saja, dengan tetap memelihara prinsip keseimbangan, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi pun hadir agar ibu dan bayi yang berada pada risiko tinggi bisa diselamatkan.

7. Bagaimana pandangan GBUS mengenai persalinan yang sebenarnya bisa dilakukan secara normal, namun terkadang dipilih melalui caesar?

Kami percaya bahwa ketika Tuhan menciptakan rahim, vagina, serta payudara pada tubuh wanita, semua ada maksudnya. Ketika seorang wanita dikaruniai kehamilan, Tuhan sudah memberi satu paket dengan vagina sebagai jalan lahirnya, juga payudara sebagai sumber makanan pertama bagi bayi. Itu berarti, persalinan normal selayaknya menjadi cara melahirkan yang diupayakan terlebih dahulu.

Jika usaha maksimal sudah dilakukan, namun kondisi ibu ataupun bayi mengindikasikan bahwa persalinan normal lebih berisiko atau justru membahayakan ibu dan bayi, maka persalinan SC menjadi pilihan yang terhormat dan terbaik.

Sejatinya persalinan SC juga bisa dilakukan dengan mengadopsi nilai-nilai gentle birth. Contohnya antara lain, saat operasi, Si Ibu tetap difasilitasi kebutuhannya untuk melahirkan senyaman mungkin (seperti didampingi suami – jika ia memerlukan dan suaminya mampu), suasananya setenang mungkin, diperlakukan dengan lembut dan santun, menerapkan IMD (jika kondisi ibu dan bayi stabil), rawat gabung, serta ASI ekslusif.

8. Dalam prosesnya, apakah benar bahwa metode gentle birth bisa dilakukan tanpa kehadiran bidan ataupun dokter? Apa yang mendasari konsep ini?

Banyak orang salah kaprah dengan istilah memberdayakan diri, tidak memahami lebih lanjut, sehingga mengira seolah-olah gentle birth adalah persalinan yang “perkasa” (karena di Indonesia, istilah gentle sering diartikan sebagai "jantan"), sehingga dikira oke-oke saja dilakukan tanpa pendampingan tenaga medis.

Padahal, maksud dari memberdayakan diri adalah, memberdayakan seluruh potensi dan kemampuan alamiah tubuh, sehingga kita mampu mengelola proses persalinan sebaik mungkin. Misalnya: memahami bagaimana Tuhan menciptakan tubuh perempuan dengan segala perangkatnya untuk hamil dan melahirkan, mengenali tubuh sendiri sehingga mampu memahami (sekaligus lebih berdamai) dengan perubahan-perubahan yg terjadi selama kehamilan, memfasilitasi mekanisme alamiah tubuh saat proses persalinan, dst.

Untuk melancarkan proses pembukaan, misalnya, kita bisa melakukan pelvic rocks. Ketika persalinan tidak berjalan sesuai harapan, dan intervensi atau operasi perlu dilakukan, diharapkan kita juga tetap bisa menjalani intervensi atau operasi tersebut dengan informed consent dan menjadi lebih tenang.

Gentle birth memandang bahwa persalinan pada dasarnya merupakan peristiwa alamiah, namun tetap memiliki risiko. Sebagian ibu juga mungkin termasuk yang memiliki kehamilan berisiko tinggi. Oleh sebab itu, proses persalinan tetap didampingi oleh tenaga medis. Baik bersama bidan, atau dokter.


9. Apa hal paling menguntungkan dari menerapkan konsep gentle birth ini?

Jika konsepnya dipahami dengan benar dan menyeluruh, keuntungannya antara lain:

- Ibu dan ayah merasa lebih puas dan diberdayakan
- Meminimalisasi trauma psikologis ibu maupun bayi pada proses persalinan
- Ibu melahirkan dengan lebih tenang dan nyaman
- Ibu memegang kendali penuh atas dirinya dan tubuhya sendiri
- Ibu dapat mengelola dan mengendalikan rasa nyeri ketika kontraksi
- Lebih minim intervensi medis
- Jika ada intervensi atau operasi, Ibu menjadi lebih siap dan tenang
- Proses menyusui lebih lancar
- Produksi hormon cinta lebih optimal sehingga resiko baby blues dapat ditekan.
- Hubungan antara suami istri dan anak lebih erat

KONSEKUENSINYA, agar tidak salah kaprah - perlu pemahaman yang utuh dan mendalam mengenai konsep ini, keterlibatan aktif dari ibu, suami, serta keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ibu juga harus bersedia memberdayakan diri (lihat “langkah2 memberdayakan diri di poin no.4) agar kehamilannya berjalan sehat dan minim risiko.

10. Bagaimana cara memberi pemahaman pada suami dan keluarga besar agar mengizinkan untuk melakukan metode gentle birth?

Tentunya dengan memulai pemahaman ttg gentle birth yg benar, dari diri sendiri terlebih dahulu. Kita juga bisa mengajaknya belajar bersama-sama.

11. Bagaimana cara mencari tenaga medis yang sesuai?

Tanyakan dulu pada diri sendiri, “Saya ingin melahirkan seperti apa? Apa yang sudah saya lakukan untuk mencapainya?”, lalu mencari tenaga medis dan provider sesuai kebutuhan.

Untuk menerapkan konsep gentle birth, akan lebih baik jika kita mencari tenaga medis dan provider (klinik, RS) yang sudah memahami dan menerapkan asuhan sayang ibu sayang bayi.

Caranya adalah dengan berdiskusi dan melakukan survei. Tanyakan pada bidan/dokter seputar pandangannya tentang proses persalinan, bagaimana pandangannya terhadap IMD dan ASI, dst. Jalan-jalan ke beberapa provider terdekat, amati apakah mendukung konsep asuhan sayang ibu sayang bayi atau tidak, dst.

ASUHAN SAYANG IBU

Dalam Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI), perawatan sayang ibu bertujuan meningkatkan praktik dan pengalaman persalinan berkualitas. Pengalaman persalinan yang positif, sangat berpengaruh terhadap dimulainya proses menyusui.

Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal yang perlu difasilitasi antara lain:
Ibu dianjurkan untuk didampingi oleh orang yang ia inginkan, saat melahirkan dan pada masa pasca bersalin awal.
Menjelang persalinan, ibu diijinkan untuk makan dan minum.
Menjelang persalinan, ibu dianjurkan untuk berjalan dan bergerak, serta memilih posisi melahirkan yang diinginkan. Pada sebagian besar layanan kesehatan, posisi yang memungkinkan bagi kedua pihak adalah duduk tegak. Posisi tidur telentang, sebaiknya dihindari.
Ibu dianjurkan untuk menggunakan metode penghilang rasa nyeri tanpa obat. Analgesik dan anastesi diberikan jika memang diperlukan (seperti ada komplikasi atau ibu telah memilih obat tertentu).
Penggunaan alat seperti infus, pemantauan janin secara elektronik, dan prosedur invasif seperti perobekan selaput ketuban, episiotomi, induksi persalinan, operasi caesar, hanya dilakukan jika kondisi ibu memerlukan. Bukan menjadi prosedur rutin.

SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI:
Mempunyai kebijakan tertulis tentang pemberian ASI.
Memberikan pelatihan bagi petugas.
Menjelaskan manfaat menyusui yang benar.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini.
Menunjukkan teknik menyusui yang benar.
Tidak memberikan Makanan dan atau minuman selain ASI.
Melaksanakan rawat gabung.
Membantu ibu menyusui sesering mungkin dan semau bayi.
Tidak memberikan dot dan atau kempeng.
Membina Kelompok Pendukung ASI
Untuk mengetahui sejauh mana suatu layanan kesehatan menerapkan prinsip-prinsip "gentle birth" atau "Sayang Ibu Sayang Bayi", kita juga bisa mengeceknya dengan mengisi "Hospital Self Appraisal Form" yang bisa didowload dari link berikut:

http://www.ihph.ie/babyfriendlyiniti...Jan%202013.pdf


12. Adakah hal yang perlu diantisipasi? Apa saja?

Persalinan tidak seperti rumus matematika dimana 1+1=2. Oleh sebab itu, persiapkan beberapa kemungkinan, termasuk jika terjadi risiko terburuk.

Itu sebabnya, GBUS mengajak untuk membuat rencana persalinan (birth plan). Rencana persalinan ini berisi apa saja yang kita inginkan pada saat persalinan, mau melahirkan di mana, cadangannya bagaimana dan di mana saja, bagaimana teknisnya, siapa yang bertanggung jawab pada hari H, dan seterusnya.

Birth plan juga bisa berisi hal-hal yang kita inginkan saat melahirkan. Sebaiknya, birth plan dibicarakan sejak jauh-jauh hari sebelum persalinan, dengan tenaga medis yang akan mendampingi. Diskusikan mana yang mungkin difasilitasi dan mana yang tidak, sehingga bisa dicari jalan tengah yang terbaik.

Setelah usaha maksimal, antisipasi yang tak kalah penting adalah menyadari bahwa segala sesuatu terjadi atas ijin dan ketentuan Tuhan. Dengan demikian, sebaik apapun persiapan yang dilakukan, kita mampu menyesuaikan dengan kondisi yang ada, dan menerimanya dengan ikhlas sebagai pilihan terbaik dariNya.

Itu juga sebabnya, ketika bayinya sudah lahir, label “gentle” atau “tidak gentle” tidaklah penting.
Yang lebih penting adalah, menjalani fase sebaiknya dengan sebaik mungkin. Menyusui secara ekslusif, serta kembali memberdayakan diri dalam menjalankan peran sebagai orangtua, sebaik mungkin.


*) Tulisan ini hanya bersifat sebagai informasi. Pertanyaan tentang kondisi kehamilan, serta rekomendasi atau saran yang berhubungan dengan situasi pribadi kesehatan sebaiknya diperiksakan dan dikonsultasikan secara langsung dengan tenaga medis.


Salam,
Dyah Pratitasari
@PritaZamZam
Komunitas Gentle Birth Untuk Semua
 
Thread lain yang berhubungan:
Stay Calm, Birth is beautiful
Dela Jaskara - Birth Doula, Prenatal Yoga Teacher & Fertility Massage Therapist
www.deladoula.blogspot.com
  #2  
Old
rikha ...
 
Posts: 4,391
 
Nice share bunda..
Sy sejak sebelum hamil sudah tertarik dg konsep gentle birth. Jadi pada saat hamil sudah mulai menerapkan prinsip2nya, misalnya latihan pernafasan, menanamkan sugesti positif n menyenangkan tntg kehamilan. Alhamdulillah sy bisa menjalani 10 bulan masa kehamilan dg tenang n nyaman sekali (sy melahirkan pd usia kehamilan 41w). Sy tidak pernah merasakan mual muntah, nyeri, maupun keluhan2 yg biasa dirasakan oleh bumil. Dan ketika sy harus sc karna KPD, sy bisa menjalaninya dg tenang sekali.
 
  #3  
Old
delaja...   TS 
 
Location: Cibinong, Bogor
Posts: 82
 
u did great bunda Rikha..
semoga proses yg gentle birth terus diupayakan oleh para ibu, tidak berhenti setelah persalinan
 
Stay Calm, Birth is beautiful
Dela Jaskara - Birth Doula, Prenatal Yoga Teacher & Fertility Massage Therapist
www.deladoula.blogspot.com
  #4  
Old
rikha ...
 
Posts: 4,391
 
Replying to: View Post
u did great bunda Rikha..
semoga proses yg gentle birth terus diupayakan oleh para ibu, tidak berhenti setelah persalinan
Iya bun, sy sangat merasakan manfaat dari pemberdayaan diri ini, walau mgkn belum bisa maksimal. Untuk target selanjutnya sy ingin bisa vbac pada promil anak ke-2 kelak.
 
Silakan daftar untuk menulis pesan :-)


Topik yang mirip
Thread Thread Starter Forum Replies Post Terakhir
gentle birth -- Diskusi Umum 4
Gentle Birth -- Diskusi Umum 0
Program gentle birth/hypno birth? -- Diskusi Umum 1
ingin sharing tentang gentle birth :) -- Diskusi Umum 1
Sharing2 tentang gentle birth, hypnobirthing dan lotus birth -- Diskusi Umum 49


Zona waktu GMT +7. Waktu saat ini adalah 11:02.


IbuHamil.com - Forum Informasi Kehamilan
Forum diskusi kehamilan dan komunitas ibu hamil terbesar di Indonesia
© 2024 IbuHamil.com