ketika semua yang diharapkan indah berujung pada kesedihan yang teramat dal

Replying to:

28 september 2014
hari yang amat membahagiaan untuk kami seharusnya.. malaikat kecil yang kami tunggu selama 9 bulan akan segera hadir kedunia ini untuk melihat kami, namun semua kenyataan pahit harus kami telan saat itu juga saat kami harus melihatnya hadir tanpa tangisan seperti bayi lainnya.
yaaa malaikat kecil itu mengalami sakit berat pada pernafasannya, entah karena bawaan dalam kandungan atau penanganan bidan yang kurang sigap menghadapi persalinanku, yang pasti kami masih belum paham apa yang terjadi sebenarnya yang menyebabkan anak kami lahir tanpa tangisan dan keadaan yang sangat lemah, bidan memutuskan untuk memasangkan oksigen agar anak kami bisa dapat nafas bantuan.
sampai keesokan harinya anak kami masih dalam pemantauan dan masih pasang oksigen, dan bidan memutuskan untuk menjemur anak kami agar dapat sinar matahari, namun kenyataan pahit pun kembali harus kami telan saat bidan melepas oksigen anak kami dan ia malah berhenti nafas, alhasil ia harus dirujuk kerumah sakit yang lebih memadai fasilitasnya... 1 pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal, kenapa tidak dari kemarin setelah ia dinyatakan gawat nafas langsung dirujuk? ya sudahlah tak ada yang bisa disalahkan juga,,,
setelah sampai rumah sakit bayi kami dinyatakan asfiksia bayi baru lahir dan harus dilarikan ke ruang nicu (neonatal care unit) inkubator yang khusus untuk bayi sakit berat, sungguh sulit percaya anak kami se gawat itu, mendengar omongan orang dengan kasus seperti itu biasanya bayi dirawat paling lama 10 hari dan kenyataannya setelah 1 minggu dirawat malah keadaan anakku drop dan sesak nafas yang mengharuskan dokter memasang ventilator (alat bantu nafas yang langsung menuju paru-paru) lagi-lagi kenyataan pahit yang kami telan,
setelah hampir satu bulan lamanya dirawat kondisinya makin memburuk, ia kejang-kejang, entah karena pengaruh obat atau memang kondisinya sudah mulai melemah. sampai dokter harus menyatakan kepadaku tentang kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada anak kami yaitu kematian.
mendengar pernyataan itu sulit rasanya untuk melangkah atau berdiri sekalipun.
tadinya aku tidak percaya akan semua itu, namun dokter benar memang akan terjadi kemungkinan terburuk itu.
pada hari jumat, 31 oktober 2014 saat jam besuk seperti biasa suster mengatakan bahwa kondisi anakku sangat amat buruk, ia mengalami penurunan pada denyut jantung dan pernafasannya sejak tadi pagi, keadaan itu terus memburuk tanpa ada kenaikan, dan akhirnya aku memutuskan untuk stay dirumah sakit untuk memantau keadaannya. tepat jam 3 sore dokter anakku menjelaskan bahwa kondisi anakku sudah tidak memungkinkan untuk ia bertahan dan aku diminta tunggu, sambil menunggu kabar selanjutnya air mata ini tak henti mengalir memikirkan perkataan dokter tadi walau dihati aku masih yakin bahwa anakku pasti sembuh.
namun kenyataan berkata lain, saat jam besuk kedua tepatnya pukul 17.10 seperti biasa aku masuk untuk melihat keadaannya, dan tidak seperti biasanya suster mengatakan"ibu mau melihat anaknya" dan tentu ak jawab ia dan aku tanya apa masih drop kondisinya, suster menjawab dengan sangat berat bahwa anak ibu sudah tidak ada barusan., bagai disambar petir rasanya, begitu menyakitkan dan perih sekali. entah harus berteriak apapun aku saat itu. hanya tangisan mungkin yang bisa aku luapkan.
selesai sudah semua perjuangan itu, perjuangan yang ia lakukan
malaikat kecil hebat itu telah pergi, pergi meninggalkan kami tanpa kenangan sedikitpun.