Sore bunda-bunda,
Perkenalkan saya Jingga, saya sebenarnya member dari 2015 tapi lupa password jadi buat akun lagi
Ijinkan saya berbagi pengalaman dalam mendapat keturunan ya bunda-bunda.
Saya hamil pertama Nopember 2015, TP positif tapi berakhir di 1 Januari 2016, saya dikuret karena janin tidak berkembang dengan baik (blighted ovum) di kehamilan umur 10w. Setelah kuret dan sekali siklus haid, saya diijinkan Allah hamil dan melahirkan anak pertama kami. Lahirlah jagoan kami bulan Oktober 2016.
Saya bertekad memberikan ASI sampai anak umur 2 tahun dan anak baru sapih sendiri umur 2,5 tahun. Kemudian saya berusaha untuk hamil anak kedua sehingga konsultasi ke dokter. Saya diberikan obat penyubuar untuk suami istri sampai 4 kali siklus haid.
Sepertinya obat penyubur belum manjur juga untuk hamil, saya disarankan
HSG oleh Dr A. Setiabudi,
SPOG(K) di RS Charitas Palembang. Saya juga konsul dan melahirkan anak pertama dengan beliau jadi untuk anak kedua saya percayakan ke beliau.
HPHT saya 3 Februari 2020, disarankan
HSG pada tanggal 13 Februari 2020. Singkat cerita saya urus keperluan administrasi untuk
HSG di RS Charitas Palembang. Kita suami istri menunggu di lantai 1 Gedung lama RS Charitas, mendaftar dan menunggu dipanggil.
Saat masuk ruangan, yang diperbolehkan masuk hanya saya sendiri. takut, cemas, gugup langsung menyerang hehe...Saya disuruh buka pakaian bagian bawah dan pakai pakaian khusus langsung berbaring di meja operasi dengan diarahkan oleh dokter radiologi (Dr Verawati) dan para suster yang baik hati. Dokter mulai menjelaskan bagaimana prosedurnya dan saya angguk-angguk kepala saja haha...
Ga perlu takut dan jangan tegang, itu pesan dokter Vera. Setelah pasang alat-alat yang terasa dingin di bawah, penyemprotan cairan dimulai. Ternyata yang ditakutkan tidak terjadi. Sakit hanya seperti kita mau haid itu saja dan akan keluar flek darah pada saat pipis sampai esok harinya. Setelah proses
HSG saya disuruh pipis dan bersihkan semua sampai bersih banget.
Hasil
HSG bisa diketahui pada jam 3 sore hari yang sama, tapi dokter udah kasih tau duluan bahwa saya tubanya non paten yang sebelah kiri. ya udah masih ada kesempatan karena tuba kanan paten. Biaya
HSG keseluruhan adalah Rp. 754.000,-
Saya kembali ke Dr Setiabudi bawa hasil
HSG, kemudian dokter menyarankan agar suami cek sperma juga. Dijadwalkan lah suami untuk cek sperma tanggal 21 Februari 2020 dengan syarat tidak melakukan hubngan suami istri 3-4 hari sebelum melakukan cek sperma.
Hari H kami cek sperma, kami laksanakan pagi jam 8 dan hasilnya diketahui sore itu juga. Ketika ambil hasil, saya membaca bahwa suami saya asthenoteratozoospermia. Biaya cek sperma Rp. 252.000,-
Setelah ini kami akan mencoba ke dokter urologi atas anjuran Dr Setiabudi untuk kelanjutan terapi suami.
Semoga keinginan kami untuk memiliki anak kedua, ketiga dan keempat
diijinkan Allah segera, demikian juga bunda-bunda ya Aamiin...