Replying to:
Haid tapi Hamil, Apa Sebabnya?
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan secara singkat di atas, jelas sudah bahwa seorang wanita tidak akan haid ketika hamil. Akan tetapi, keluarnya darah pada masa kehamilan sangat mungkin terjadi, yang membuat seorang wanita berpikiran ia haid tapi hamil. Penyebab keluarnya darah tersebut dapat merupakan suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan, namun juga bisa jadi indikasi adanya masalah serius dalam kehamilan. Inilah beberapa penyebab keluarnya darah sewaktu hamil trimester pertama. Implantasi sel telur ke dinding rahim
Sekitar 20% ibu hamil mengalami keluarnya darah pada 12 minggu pertama kehamilan. Darah yang keluar lebih sedikit dibandingkan dengan darah haid. Warnanya pun bervariasi mulai dari merah hingga kecokelatan. Keluarnya darah pada awal kehamilan ini biasanya disebabkan oleh penempelan sel telur yang sudah dibuahi ke dinding rahim (bahkan sang ibu biasanya belum menyadari bahwa ia hamil). Darah yang keluar pun biasanya hanya beberapa tetes darah (berupa bercak) yang tidak keluar secara terus menerus.
Jika Anda sedang dalam program hamil kemudian mendapati bercak darah yang keluar selama satu atau dua hari sebelum jadwal haid Anda yang biasanya tiba, dan ada kemungkinan Anda hamil, Anda bisa melakukan tes kehamilan sendiri di rumah. Jika hasilnya negatif, tunggu beberapa hari lagi. Jika haid Anda tidak datang pada jadwal yang seharusnya, Anda bisa mencoba melakukan tes kembali.
Keguguran paling banyak terjadi pada trimester pertama kehamilan, yang membuatnya menjadi salah satu hal yang paling menjadi perhatian ketika keluar darah selama 12 minggu pertama kehamilan ini. Tanda-tanda keguguran lainnya adalah kram hebat di perut bagian bawah dan keluarnya jaringan melalui jalan lahir.
Hampir 25% ibu hamil mengeluarkan bercak darah di awal kehamilan, dan sekitar setengahnya mengalami keguguran. Akan tetapi, jika hasil USG Anda menunjukkan denyut jantung janin normal di antara usia kehamilan 7-11 minggu, kemungkinan kehamilan Anda dapat bertahan dan dapat melahirkan bayi yang sehat dapat lebih besar dari 90%.
Pada kehamilan ektopik, sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rongga rahim (biasanya di tuba falopi). Kehamilan ektopik yang hanya terjadi pada sekitar 2% kehamilan ini bisa jadi membahayakan bagi sang ibu karena apabila janin terus berkembang, tuba falopi akan pecah. Selain keluarnya darah yang membuat ibu mengira dirinya haid tapi hamil, ada tanda-tanda kehamilan ektopik yang lainnya yaitu kram atau nyeri hebat di perut bagian bawah dan sakit kepala.
Hamil anggur[1] terjadi apabila yang tumbuh berkembang dalam rahim seorang ibu bukanlah janin, melainkan tumor jinak. Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi dan plasenta tidak berkembang secara normal, sehingga jaringan yang tidak normal tersebut membentuk kista dalam rahim.
Gejala hamil anggur adalah keluarnya darah di trimester pertama kehamilan, yang membuat ibu mengira dirinya haid tapi hamil. Selain itu, ibu hamil akan mengalami mual muntah hebat, rahim yang tampak lebih besar dari usia kandungan yang seharusnya, kenaikan tekanan darah, anemia, dan keluar jaringan berbentuk anggur dari jalan lahir. Perubahan pada leher rahim
Ketika hamil, akan ada lebih banyak aliran darah yang menuju leher rahim. Hubungan badan atau Pap test akan menyebabkan kontak dengan leher rahim sehingga memicu pendarahan. Sebagian besar pendarahan yang disebabkan oleh adanya perubahan pada leher rahim ini bukan masalah yang serius.
Adanya peradangan akibat infeksi jamur atau bakteri baik di leher rahim maupun di jalan lahir, atau peradangan yang disebabkan oleh penyakit menular seksual (seperti chlamydia, gonorrhea, atau herpes) dapat menyebabkan pendarahan pada trimester pertama kehamilan. Darah yang Keluar pada Trimester Kedua dan Ketiga Kehamilan
Adakalanya, pendarahan masih berlanjut atau terjadi pada trimester kedua dan ketiga masa kehamilan, yang membuat seorang ibu berpikir ia haid tapi hamil. Faktanya, keluarnya darah setelah lewat trimester pertama kehamilan bisa jadi pertanda adanya masalah yang lebih serius yang mengancam ibu atau janin. Kemungkinan penyebab pendarahan pada trimester kedua atau ketiga ini antara lain:
Kondisi ini terjadi apabila plasenta terletak di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau keseluruhan dari jalan rahim. Plasenta previa pada trimester ketiga kehamilan hanya terjadi pada 1 dari 200 kehamilan. Pendarahan dari plasenta previa bisa jadi tidak menimbulkan rasa sakit, namun merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan medis secepatnya.
Pada kurang lebih 1% kehamilan, terjadi kondisi dimana plasenta lepas dari dinding rahim, baik sebelum atau selama proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian. Kondisi ini disebut solusio plasenta, yang dapat menjadi sangat berbahaya baik bagi ibu maupun janin. Tanda dan gejala lain dari solusio plasenta selain keluarnya darah adalah nyeri perut yang dapat terasa hingga ke punggung dan rahim teraba lunak. Darah yang keluar pun dapat berupa gumpalan-gumpalan darah.
Bekas jahitan pada rahim dari operasi caesar sebelumnya dapat kembali terbuka pada masa kehamilan, yang disebut dengan ruptur uteri. Kondisi ini jarang dijumpai, namun tidak dipungkiri dapat terjadi. Sama halnya seperti plasenta previa dan solusio plasenta, ruptur uteri dapat sangat berbahaya bagi nyawa sang ibu sehingga membutuhkan operasi caesar darurat secepatnya.
Keluarnya darah pada trimester kedua atau ketiga kehamilan sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dapat merupakan tanda kelahiran prematur. Beberapa hari atau bahkan minggu sebelum proses persalinan dimulai, lendir yang menyumbat leher rahim akan dilepaskan melalui jalan lahir, dan biasanya ada sedikit darah dalam lendir tersebut.
Jika keluar lendir, darah, dan juga tanda-tanda persalinan (seperti kontraksi, perut terasa kencang, dan nyeri di punggung bagian bawah) sebelum usia kehamilan 37 minggu, segera hubungi dokter atau bidan karena mungkin saja ibu akan mengalami persalinan prematur. |