Salam kenal bunda bunda yang berjuang menjadi ibu sambung

Sebagai awal kita berbagi alangkah baiknya kita berbagi dan saling berkenalan disini. Mungkin dimulai dari saya. Saya kelahiran 10 mei 1993. Awal mula perkenalan saya dgn suami. Yaitu pada masa kuliah th 2014 dan bertemunya di sebuah club motor resmi yg dibuat oleh pihak dealer (bukan genk motor ya). Singkat cerita suami saya merupakan member baru pada bulan februari 2014 Awal masuk saya sama sekali tidak menaruh perhatian. Malah saya mengatakan dia bukan tipe saya rupanya saya kena tulah akhirnya jatuh cinta Pada april 2014 kami mulai PDKT dan pada saat ultah club kami di bulan Mei 2014 itulah kaki resmi jadian. Pada saat PDKT saya tahu dia seorang duda dengan 1 anak. Awalnya berat bagaimana saya meyakinkan org tua saya tetapi kami jalani terus. Awal pacaran saya dikenalkan dgn anaknya yang berumur 2 th lebih bbrp bulan. Alhamdulillah sepulang kuliah dari siang saya sering mampir dan mengasuh anak suami seperti anak sendiri yaitu nyuapin makan dan memandikannya.

Seperti kebanyakan anak batita pada umumnya yg rewel pada saat makan. Akhirnya saya inisiatif nyuapin makan sambil bermain dan di ajak jalan keliling rumah tetangga dikampung. lama kelamaan anak mulai terbiasa disuapin makan dan dimandikan. Sekedar info ibu kandung dan ayahnya sejak pisah januari 2014 sepakat mengasuh anak secara bergantian. Sebulan di sini sebulan disana. Begitulah. Sampai akhirnya si anak selalu di tanya oleh org dikampung. Sayang bunda apa sayang mama. Selalu si anak jawab sayang bunda kalau saya mikirnya karna mungkin mamanya disana sibuk bekerja. Sehingga tiap kali si anak pulang dari sana kami tanya di asuh siapa. Pasti jawab di asuh nenek. Jadi ya mungkin hubungan atau kontak batin antara ibu dan anak kurang. Apalagi di sini bundanya rajin nyuapin makan dan memandikan apalagi sampai manja in beli segala macam mainan boneka bantal sampai sepeda tentu lah cara pandang anak berbeda. Mungkin kalau sdh besar dia akan ngerti.

Lalu calon mertua saya atau nenek si anak. Melihat kesungguhan saya mengasuh dan menyayangi cucu mereka. Akhirnya tergerak utk melamar saya pd september 2014 namun lamaran itu ditolak org tua saya tapi kami tidak menyerah minta kesempatan saya pun memohon mohon pd org tua bahkan sampai kabur dari rumah ke rumah paman (jgn ditiru ya) akhirnya org tua saya menerima namun hanya sebagai pertunangan sisanya akan dilihat bagaimana perkembangan hubungan kami. Karna org tua ngarepnya kami pisah di tengah jalan sebelum ke pelaminan. Bertahun2 tunangan hubungan saya dan anak pun makin akrab dan kami punya panggilan mesra yaitu ayah bunda agar si anak terbiasa.

Kemudian pada th 2016 pd saat anak umur 4th dan mulai masa pintar pintarnya nyeletuk lah si anak. Kapan ayah dan bunda menikah? Lah dia ngerti rupanya org kampung dan org rumah yg bilang waktu dia nanya kenapa bunda pulang dan tidak tidur sama aku? Dijawablah mungkin karna belum menikah. Alhasil dia menantikan pernikahan kami ternyata doa kami dijawab allah pd desember 2016 akhir tahun org tua saya terbuka utk merestui hubungan kami akhirnya 12 desember 2016 prosesi adat hantaran dan dilanjut 22 januari 2017 resmi menikah dan resepsi dan sampai sekarang september 2018 keluarga kecil kami selalu bahagia

Salam kenal Bunda, senang sekali membaca ceritanya. Tetap restu ortu harus diperjuangkan ya. Memang tidak mudah menikah dengan seorang Duda. Sayapun begitu. Semoga Bunda masih mengikuti thread ini ya.