Anak saya dulu minumnya campur juga kok bun, ASI dan
sufor.
Kebetulan dia memang lahirnya sumbing bibir langit2 (CBL), jadi sangat sulit untuk menyusu langsung dan minumnya harus pake dot khusus.
Jadi waktu itu ASI saya harus dipompa dan dimasukkan ke dot khusus itu.
Masalahnya waktu bayi itu saya kudu bolak-balik bawa dia ke RS untuk pengobatan CBL itu.
Tiap minggu itu pasti minimal 3 hari saya seharian di RS nungguin antrian dokter periksa anak saya.
Dokternya banyak, mulai dokter anak, dokter bedah, dokter gigi, dokter jantung, dokter THT, dokter anestesi, dokter ahli penyakit dalam, dokter rehabilitasi medik, dan sederet terapis.
Jadi ya gitu deh, makanya saya bisa seharian di RS, sampai bawa perbekalan lengkap, bawa keranjang bayi dan sterilizer botol sendiri
Dan dari situ saya nyadar kalau ternyata di RSUP itu nggak ada ruang khusus ibu-anak yang bisa saya pake buat mompa ASI.
Pas nanya, saya disuruh mompa di toilet dong.
Padahal tau sendiri kayak apa joroknya toilet di RSUP, boro2 sehat jangan2 saya malah ngasih kuman ke anak saya yang umurnya baru seminggu.
Jadi kalau lagi di RS saya sering bolos jadwal mompa ASI, yang mestinya 2-3 jam sekali, dan akhirnya lama2 produksi ASI-nya berkurang.
Mungkin pengaruh stress juga kali, karena waktu itu saya masih panik ngurus anak yang CBL sendirian cuma dibantu pembantu, sementara suami saya kerjanya di luar kota.
Anak saya sekarang udah 4 tahun dan tumbuh kembangnya baik2 aja.
Walau cuma nyicipin ASI sampai umur 6 bulan (karena setelah itu ASI saya berhenti total), kesehatannya cukup baik, nggak punya alergi, nggak punya asma, dan nggak pernah sakit yang lebih parah dari batuk-pilek paling lama seminggu.
Untuk kecerdasannya, psikolog di klinik tumbuh kembangnya dan psikolog di sekolahnya sama2 menyatakan dia masuk golongan IQ superior, di atas 120 dan mungkin sebetulnya skornya lebih dari itu karena hasil itu pun didapat dari tes yang dia ikuti sembari ogah2an, nggak sabar pengen cepet keluar ruangan dan maen perosotan lagi.
Kemampuan adaptasi sosialnya juga bagus, dia mudah bergaul dan beradaptasi dengan orang lain, tidak minder walau terlahir dengan kelainan bawaan yang sampai sekarang masih meninggalkan jejak di mukanya.
Saya percaya banyak hal yang mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan anak dan perkembangan psikologisnya; ASI hanyalah salah satunya, selain itu masih ada faktor genetik, asupan gizi, kebiasaan olah raga, dan tentunya pola asuh dari orang tua dan lingkungannya.
Saya nggak akan bilang bahwa
sufor lebih baik dari ASI, tentu saja kalau bisa ngasih ASI lebih bagus.
Saya salut banget sama ibu2 yang berhasil ngasih anaknya ASI eksklusif sampai anaknya umur 2 tahun, saya sendiri masih berharap bisa gitu ke anak kedua yang sekarang masih di kandungan.
Tapi nggak usahlah segitu fanatiknya sampai ngehina ibu2 dan anaknya yang minum
sufor.
Apalagi sampai ngatain anak yang minum
sufor itu anak sapi, itu tidak sopan, dan malah sangat kasar.
Jauh lebih kasar ngatain bayi "anak sapi" daripada ngatain orang dewasa "anjing", karena bayi kan masih belum bisa membela diri sendiri.
Saya doakan semoga anak mereka tumbuh baik2 saja, walaupun dibesarkan dan dididik oleh ibu yang pembawaannya kasar seperti itu