Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran.
"Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Karena itu, masalah ini harus menjadi perhatian serius," ucap Yeni Fatmawati, Corporate Affairs Director, PT Sari Husada di Jakarta, Selasa (21/12/10).
Selain itu, sambung Yeni, kasus malnutrisi masih menjadi masalah penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak menurun, namun masih tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%, di Srilanka yang memiliki tingkat pendapatan kotor per kapita (GDP) yang lebih rendah daripada Indonesia, tingkat prevalensi malnutrisi anaknya hanya 18%.
Data Departemen Kesehatan, terdapat penurunan dalam jumlah kasus balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk. Tahun 2004, jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1
juta anak. 2006, jumlah balita gizi kurang dan buruk turun jadi 4,28 juta anak. Tahun 2007, angka kasus balita gizi kurang dan buruk menurun menjadi 4,13 juta anak.
Juga, angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di Asia. Tahun 2002, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini 65 kali lebih tinggi dibandingkan Singapura, 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan 2,5 kali lebih tinggi dibanding Filipina.
Rata-rata angka kematian ibu di dunia mencapai 400.000 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah menargetkan untuk mengurangi angka kematian ibu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994) menjadi 225 per 100.000 di tahun 1999, dan menargetkan menjadi 225 per 100.000 di tahun 2010.
Berdasarkan data demografi di Indonesia tahun 2002, sebanyak 307 ibu meninggal dalam persalinan di setiap 100.000 kelahiran hidup dan 228 per 100.000 di tahun 2009.
Yeni menilai bidan memiliki legitimasi dalam memberikan pelayanan khusus kesehatan ibu, bayi dan anak merasa berkewajiban mengambil bagian secara aktif dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan anak.
“Bidan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah yang memiliki kondisi geografis yang sulit terjangkau oleh tenaga kesehatan
lainnya. Para bidan ini memiliki dedikasi dan komitmen yang tinggi dalam membangun serta meningkatkan kualitas kesehatan di daerah mereka masing-masing," ungkapnya.
Karena itu, sambung Yeni, PT Sari Husada memberikan apresiasi kepada para bidan yang telah menjadi tokoh teladan di masyarakat di bidang kesehatan dan sosial. Sari Husada juga selalu berkomitmen untuk memperbaiki kualitas kesehatan dan nutrisi ibu hamil, menyusui dan anak di seluruh Indonesia selama lebih dari setengah abad.
Komitmen ini dijalankan oleh Sari Husada dengan melakukan sinergi program-program bersama berbagai pihak, baik itu individu, organisasi swasta dan non-swasta, maupun organisasi pemerintah, termasuk kerjasama dengan IBI melalui penyelenggaraan Srikandi Award, ucapnya. Kbc10
Sumber
apa sajakah persiapan para calon ibu menghadapi isu tersebut?