Bunda Aswinda,
selamat 7 bulanan ya...
Kalau aku sudah dari November lalu acara Tingkeban itu. Keluargaku Jawa totok, masih megang tradisi leluhur. Apa sih maknanya? Selain ucapan syukur kepada Tuhan, juga minta doa restu kpd ortu, tetangga, handai tolan.
Kami pakai kebaya yg perempuan, yg laki-laki pakai beskap. Aku pakai jarit/kain batik sebatas dada dan diberi bolero untaian melati. Sedangkan suami pakai jarit sepinggang dan selendang/syal juga dari melati.
Acaranya dimulai dari kakakku dan istri yg membawa air dari 7 sumber. 7 dlm bhs jawa disebut pitu artinya pitulungan atau pertolongan. Airnya diambilkan dari rumah ortu, rumah kami, gereja, Dubai, Qatar, Brazil, dan Norwegia supaya si baby ingat pada akarnya, tapi dilain sisi juga siap melanglang buana
Setelah air dituang ke bejana berisi bunga mawar dan air hangat biar aku nggak kedinginan hehehe... acara dilanjutkan sungkeman. Suami dan aku sungkem ke bapak ibu dan dilanjutkan ke 5 ibu yg akan menyirami/memandikan. Total nanti ada 7 orang. Kami usahakan para ibu itu sudah menikahkan anaknya, utuh, dan harmonis serta lebih senior dari ortu.
Tingkeban adalah perayaannya perempuan, jd tamunya hampir semua perempuan.
Diantar bapak, ibu, dan suami, aku duduk di panggung yg disediakan. Pertama yg menyirami adalah bpk, kmd ibu, dan barulah 5 sesepuh itu. Memandikannya pakai siwur, itu lho gayung dari batok kelapa. Setelah itu siwur dipecahkan oleh bapak. Kelapanya jd rebutan hehehe...
Berikutnya suamiku membelah cengkir (kelapa hias), harus sekali jadi. Konon katanya kalo pas tengah nanti Jenis Kelamin si baby laki-laki, kalo besar sebelah berarti perempuan
KMungkin artinya sbg pecah ketuban. Kemudian janur yg melilit bagaikan sabuk diperutku diputuskan oleh suami dgn keris, ibarat memotong plasenta.
Kemudian aku dipakaikan jarit yg kering, longgar. Sebab cengkir yang masih utuh akan dimasukkan dari atas/dada oleh ibuku dan nanti dibawah akan diterima oleh budheku. Mestinya oleh mertua perempuan, tapi keluarga suami tdk ada yg bisa dtg
Cengkir yg digambar wayang itupun diberikan kpd ibuku utk kmd digendong masuk kamar.
Acara berikutnya adalah ganti kebaya dan jarit 7 kali. Sudah disetel 1 s/d 6 tidak cocok/pantes (ditanyakan kpd hadirin, mereka merespon) dan yg ke-7 panteeeessss
Kebaya dan jarit itu ditata melingkar dan aku duduk ditengahnya, angkrem kayak ayam betina hehe...
Kemudian jarit dan kebaya dimasukkan ke keranjang dan kami bawa masuk.
Doa-doa dipanjatkan, sementara aku dan suami ganti baju.
Wahhh bun, to be continued yaaaa... ngantuk.. hehe...
Berikutnya dodol/jual rujak dan hidangan
---------- Post added 29 December 2012 at 06:46 ---------- Previous post was 28 December 2012 at 23:03 ----------
Ini lanjutannya
Setelah berganti baju/kebaya, kami didudukkan didepan hadirin. Disiapkan picuk (piring daun pisang) berisi nasi kuning lengkap, yang kemudian kami makan. Minumnya rujak buah (parutan aneka buah dalam kuah gula merah). Rujak itu nanti di"jual". Hadirin bisa "membeli". Pakai uang receh. Tapi kenyataannya banyak yang pakai uang dalam amplop.. hehe..
Hidangannya kemarin prasmanan bakso dan sate ayam. Tapi kami juga menyiapkan tumpeng, ada pelas (kedelai dan parutan kelapa, kuah santan), gudangan (sayur rebus), opor tahu tempe telur, ayam bakar.
Pulangnya, tiap ibu mendapatkan suvenir berupa handuk
Cerita selengkapnya ada di miajoehalsen(dot)blogspot(dot)com