Hi mom, hari ini saya hanya ingin berbagi mengenai pengalaman yang kurang mengenakan ttg flu dan covid.
Jadi, 1minggu yang lalu saya baru saja pindah dari Solo ke kota Malang karena perpindahan tempat kerja suami. Kebetulan juga saya memang asli Malang. Saat melakukan perpindahan, saya dan suami sudah melakukan rapid test antigen dan dinyatakan non-reaktif (tidak ada indikasi COVID). Setelah 3 hari berada di Malang, saya terkena flu. Bersin2, hidung berair, batuk berdahak, radang tenggorokan dan badan meriang. Awalnya saya berusaha untuk tidak berobat, tapi karena saya merasa terganggu dengan rasa geli dan gatal di hidung juga ditenggorokan saya putuskan untuk ke bidan setempat.
Setibanya di tempat bidan, saya langsung konsultasikan semua keluhan yang saya alami dan yang membuat saya terkejut adalah si bidan langsung tembak ditempat dengan bilang:
Kok saya khawatir ini corona ya bu? Sebaiknya ibu isolasi dulu nanti saya infokan perangkat desa
Saya langsung shock dong. Saya sempat membaca artikel dari pemerintah tentang perbedaan flu dan covid. Saya yakin kalau saya flu karena covid ga akan mbeler dan lebih ke batuk kering. Saya sempat berargumentasi dan akhirnya memutuskan pulang. Setibanya di rumah, saya berdiskusi dengan suami dan kami memutuskan untuk rapid test ulang keesokan hari nya untuk pembuktian.
Keesokan harinya sebelum kami berangkat ke RS untuk rapid test. Tiba2 rumah kami didatangi oleh ketua RT RW, beberapa orang dr Kelurahan, dan juga perwakilan dari tim penanganan covid gugus daerah sekitar. Mereka mengantarkan surat perintah isolasi mandiri atas laporan bidan setempat. Suami saya sempat marah kepada tim penanganan covid, masa mereka tidak bisa membedakan flu dan covid sih?!!!
Suami saya bersikukuh untuk tidak mau isolasi mandiri karena kami mau rapid test ulang. Setelah sedikit berargument, mereka mengizinkan kami untuk pergi rapid test ulang dan harus malaporkan hasilnya. Sesampainya di RS, saya melakukan rapid test, bahkan petugas yang melakukan rapid test juga bilang "ini flu bu, tp ya coba di rapid saja". Hasilnya kami dinyatakan non-reaktif lagi. Saya juga sempat berobat ke dokter kandungan untuk berobat.
Kami langsung melaporkan hasil rapidnya dan beberapa perangkat kelurahan sempat mengucapkan permintaan maaf. Tapi yang bikin saya tetap sebal adalah si bidan ini. Dia masih saja menyebarkan rumor bahwa saya dan suami covid namun tambeng tidak mau isolasi mandiri. Saya yang baru saja pindah menjadi target sindir ibu2 perumahan di grup WA perum
. Karena tidak tahan, saya langsung memfoto hasil rapid test saya dsn suami dan saya bagikan di group WA. Saya mention juga nama si ibu bidan agar melihat fotonya. Beberapa orang meminta maaf namun tidak dengan si ibu bidan.