Saya mahasiswi 21 tahun, sedangkan si doi sudah wisuda dan sekarang lagi kerja diluar kota, setiap minggu dia dapat jatah pulang. Oh iya dia 26 tahun.
Hubungan kami masih seumur jagung, dan beda agama.
Singkat cerita,
Bulan lalu saya ngalamin PMS yang lumayan parah tapi haid gak kunjung datang, pas di TP ternyata positif.
Saat itu posisinya dia diluar kota, lagi di kosannya.. saya telpon dan ngasih tau masalah kehamilan tadi, responnya seperti blank dan bingung mau gimana.
Karena saya masih kuliah pluss mikirin keluarga yang pasti luar biasa marah saat nanti tahu anaknya hamil dengan laki-laki beda agama, jadi saya bilang ke dia belum siap punya anak.
Kira-kira percakapan kami seperti ini :
saya : gw belum suka punya anak | dia : ya udah nanti aku cariin solusinya | saya : ya apa? | dia : aku tanyain tmen dulu, dikit lagi aku telpon lagi.
Sekitar setengah jam kemudian dia telpon dan nyuruh saya minum ini itu selagi dia nyari koneksi obat untuk ngeluarin anak kami. (Btw ini itu yang dia suruh minum gak saya share disini ya, takutnya disalah gunakan)
Hari berganti hari, semua yang disuruh dia sudah saya lakuin tapi gak ada reaksi apa-apa.
Jatah pulang dia dari kantor juga harus direlakan karena ada beberapa masalah di divisinya yang buat semua karyawan harus masuk tanpa ada off.
Jadinya rencana dia nyari obat tersebut juga harus tertunda.
Minggu lalu saat masalah sudah selesai dan dia dapat off, saya yang malah harus berangkat keluar kota ngumpulin data untuk keperluan skripsi, jadinya gak bisa di cancel.
Waktu kami jadi gak pernah pas, gak pernah ada kesempatan untuk ketemu guna nyelesain masalah ini.
Akhir-akhir ini dia juga kelihatan menghindar saat saya cari.
Saat belum hamil, biasanya setiap hari dia nelpon nanyain kabar, sekedar basa-basi biasa orang pacaran.
Sekarang saat saya telpon ehh dianya males-malesan dan seperti pengen cepat-cepat ditutup telponnya.
Pas ditanyain masalah perut juga jawabannya selalu "Iya aku juga lagi nyari obatnya ini" tapi kelakuannya seakan gak ada usaha sama sekali.
Saya perhatiin setiap pulang kerja dia cuma jalan-jalan sama teman-temannya, minum-minum, nongki sana nongki sini, dan seperti gak ada pikiran tentang masalah kehamilan ini.
Beberapa hari yang lalu kesabaran saya habis, saya telpon dia sambil marah pluss nangis, jawabannya seperti yang sudah-sudah.. usahanya cuma sampe dimulut.
Saya bilang : kalau kelakuanmu begini terus, yang ada ni anak makin besar diperut gw! Makin besar juga makin susah keluarnya, terus gw harus gimana anjing!
Dia nyahutnya gini : ya tetap harus dikeluarin! aku juga belum mau punya anak! Makanya kamu sabar, aku lagi usaha ini!
Saya capek bun gini terus
Kalau saya gak nyari dia, dia juga sama sekali gak akan ngasih kabar ke saya.
Susah sekali ngerasain ngidam (muntah/lemes/mood naik turun) tanpa sosok yang ngedampingin.
Saya sebenarnya rindu, entah kenapa pengen banget peluk dia.
Sekarang kami gak ada komunikasi. Saya juga males harus ngejar-ngejar dia.
---------------------------------------------------------------------
Tadi pagi saya ada keperluan di mall kota kami. Pas mau markir saya kan lihat keadaan sekitar, mata ini gak sengaja ngelihat motor yang biasa dipake kita berdua.. motor dia.
Kaca saya kan gelap, jadinya mereka gak bisa lihat saya.
Dia lagi boncengan sama cewek, tangan cewek juga lagi dipaha ayah dari anak saya.
Posisinya saat itu dia gak bilang kalau sedang pulang, saya tahunya kan dia lagi kerja diluar kota.
Jangankan untuk nyari jalan keluar masalah perut, saat pulang aja dia gak ngabarin sama sekali.
Sesak dada mikirin semua ini 😭 saya kayak hilang arah
Diminta tanggung jawab untuk aborsi dia seakan menjauh, diminta nerusin kehamilan ini dia juga gak mau.
Saya jadi serba salah.
Sebenarnya apa yang ada dipikiran dia?