Jakarta – Air ketuban yang keluar sebelum waktunya menjadi momok bagi
bumil. Saat hamil semakin besar, maka tentu harapan
bumil untuk melahirkan normal pada waktunya semakin besar. Namun dalam menuju kehamilan cukup bulan, seringkali terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Salah satunya adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Kejadian ini sangat mengagetkan dan menimbulkan pertanyaan di benak para
bumil, apa sebabnya, apa yang terjadi dengan bayi, apa yang harus dilakukan. Belum lagi mitos-mitos menyesatkan yang ada di sekitarnya. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat terjawab oleh artikel ini dan dapat memberikan
bumil dan pasangan fakta-fakta yang penting seputar ketuban pecah dini. Selamat membaca….
Ketuban pecah dini (KPD), adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum proses persalinan dimulai. Ada dua jenis ketuban pecah dini, yaitu : KPD Prematur dan KPD Cukup Bulan. KPD Prematur artinya, ketuban pecah sebelum umur kehamilan mencapai 37 minggu. Sedangkan KPD cukup bulan adalah setelah kehamilan mencapai lebih dari 37 minggu.
Fungsi dari air ketuban adalah : melindungi bayi dari trauma, menjaga suhu bayi, mempermudah pergerakan bayi, menghantarkan zat-zat penting untuk pertumbuhan bayi dan menghantarkan hormon untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ada banyak mitos di seputar KPD. Salah satunya yang sering saya dengar adalah, kalau sudah pecah ketuban berarti sudah ada pembukaan. Ini jelas salah, karena selaput ketuban berada di belakang mulut rahim. Bila ketuban pecah, maka air ketuban dapat merembes keluar dari mulut rahim meskipun pembukaan belum ada. Masih berhubung dengan ini, seringkali petugas kesehatan yang tidak terlatih mengasumsikan bahwa KPD berhungungan dengan sudah terjadinya pembukaan lengkap, padahal tidak ada hubungan antara pembukaan lengkap dengan pecahnya ketuban.
Mitos Ketuban pecah berarti pembukaan lengkap. (Diambil dari :http://lh5.ggpht.com/_lo6dMUWpLMA/S0...d0E4s/PROM.jpg)
Mitos lain adalah, keluar air dari jalan lahir pasti ketuban pecah. Ini juga salah, sebab selaput ketuban sebenarnya ada 2 lapis, yaitu : selaput amnion (selaput ketuban sebenarnya) dan korion(selaput ketuban palsu). Selaput korion ada di luar dari selaput amnion dan diantara kedua selaput ini terdapat cairan juga. Bila selaput korion pecah, maka akan keluar sedikit cairan juga, padahal selaput amnion belum pecah.
Ada juga mitos lain yang bilang bahwa selaput ketuban kalau pecah ada bunyinya kecil, seperti kantung air yang pecah. Hal ini juga salah, sebab selaput ketuban sangat tipis dan tertutup oleh dinding rahim sehingga tidak menimbulkan bunyi bila pecah. Faktanya adalah ketuban bisa saja merembes keluar sedikit demi sedikit dan membuat pakaian dan celana ibu selalu basah.
Selain itu, ada juga mitos yang membedakan antara air ketuban dan air seni. Yaitu : air ketuban bau menyengat seperti amonia. Ini jelas salah, air ketuban tidak mengandung amonia sama sekali. Kalau benar mengandung amonia, maka bayi akan segera teracuni.
ML bisa membuat KPD, adalah mitos. Bila setelah mitos keluar air ketuban, itu kebetulan saja. Namun yang pasti ML dalam kehamilan tidak menimbulkan KPD.
Demikian juga ada banyak mitos lain seputar makanan tertentu yang bisa menyebabkan KPD. Hal ini tentunya tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Misalnya, durian, nangka, salak, dll bisa menimbulkan KPD karena bersifat panas atau kulitnya tajam. Hingga saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa makanan tertentu menimbulkan KPD. Semuanya hanya mitos.
Setelah mengenal aneka mitos di atas, sekarang
bumil dan pasangan akan diperkenalkan dengan fakta-fakta seputar KPD.
Apakah penyebab dari KPD? Penyebab dari KPD kadang sulit untuk ditentukan. Tapi penyebab KPD tersering adalah adanya infeksi pada jalan lahir yang merambat ke dalam rahim dan menginfeksi selaput ketuban. Akibatnya bagian selaput ketuban yang terinfeksi tersebut menjadi rapuh dan akhirnya pecah. Infeksi pada jalan lahir sering timbul sebagai keputihan, namun infeksi jalan lahir sekitar 50% tidak menimbulkan gejala. Seringkali infeksi baru diketahui setelah ketuban pecah. Oleh karena itu, jangan anggap remeh keputihan selama kehamilan.
Vaginal swab untuk mendeteksi keputihan dan infeksi jalan lahir yang tidak bergejala (Diambil dari: http://www.calgarylabservices.com/fi.../PlainSwab.gif)
Resiko untuk mengalami KPD meningkat pada
bumil dengan riwayat KPD di kehamilan sebelumnya,
bumil dari sosioekonomi rendah (karena tidak bisa kontrol hamil teratur dan hygiene yang buruk), dan merokok. Keputihan berulang sebelum hamil juga sering menimbulkan KPD. Posisi tertentu bayi dalam kandungan seperti letak kaki juga dapat meningkatkan resiko KPD.
KPD berbahaya bagi
bumil dan bayinya. Bahaya dari KPD adalah infeksi pada ibu dan bayinya. Pecah ketuban membuat bayi tidak lagi terlindung oleh selaput ketuban dan langsung terkena kontak dengan dunia luar. Meskipun belum ada pembukaan, bakteri dari jalan lahir dapat merambat masuk ke dalam rahim dan menginfeksi ibu dan bayi. Akibatnya bisa membahayakan nyawa ibu dan bayinya.
KPD prematur, kadang sering diikuti dengan timbulnya kontraksi dan persalinan. Hal ini berbahaya, karena pada kehamilan dibawah 32 minggu maka paru-paru dan organ pencernaan bayi belum siap untuk dilahirkan. Kadang dokter akan berusaha untuk menunda proses tersebut sampai 48 jam untuk memberikan obat pematangan paru-paru pada ibu. Keadaan ini membahayakan juga karena dengan ketuban sudah pecah, terutama pada kehamilan yang jauh dari cukup bulan (37 minggu), resiko untuk terjadinya infeksi dan cacat janin sangat tinggi.
KPD prematur, pada kehamilan kurang dari 32 minggu akan meningkatkan resiko kematian bayi, infeksi, cacat pada bayi akibat tertekan oleh dinding rahim. Pada kehamilan di atas 32 minggu, kondisi bayi dianggap sudah lebih kuat untuk menghadapi dunia luar.
Apa yang akan dokter lakukan? Bila KPD terjadi jauh dari cukup bulan (KPD prematur) maka dokter akan memberikan obat pematangan paru dan melahirkan bayinya. Hal ini dilakukan karena tingginya resiko infeksi serta kecilnya peluang bayi untuk bisa bertahan di dalam tanpa ketuban. Proses melahirkan bayinya dapat melalui induksi persalinan atau SC, semua tergantung keadaan saat itu. Bila KPD terjadi sudah cukup bulan (>37 minggu), maka dokter akan segera melahirkan bayinya. Tentunya metode yang dipakai sangat tegantung situasi dan kondisi
bumil dan bayinya pada saat itu.
Untuk KPD diatas 32 minggu, biasa dokter akan memberikan waktu sampai persalinan terjadi normal. Namun tidak tertutup kemungkinan bila kondisi bayi tidak memungkinkan, maka persalinan sebaiknya cepat dilakukan.
Resiko KPD dapat dicegah dengan segera berobat bila ditemukan keputihan yang lain dari biasanya. Pemeriksaan vaginal swab merupakan pemeriksaan laboratorium yang dapat diandalkan untuk mengetahui pola kuman di dalam jalan lahir. Dengan memberikan pengobatan lebih dini terhadap infeksi jalan lahir, maka resiko KPD dapat ditekan.
Semoga bermanfaat….