KOMPAS.com — Hampir setiap orang pernah merasakan nyeri. Perasaan tidak nyaman yang bisa menghinggapi bagian tubuh mana pun ini terkadang masih bisa ditoleransi, tapi terkadang juga tidak. Bahkan pada beberapa kasus, nyeri dapat menyebabkan gejala shock.
Pada wanita yang tengah berbadan dua, nyeri bisa akrab dirasakan di sepanjang kehamilan. Tentu, nyeri itu dengan tingkatan yang berbeda-beda. Lantaran itulah, ibu hamil disarankan untuk mengenali bagaimana nyeri (terutama di bagian perut) yang dirasakannya itu, dan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk mengatasinya.
Sekali lagi, pada prinsipnya, tidak semua nyeri perut berbahaya. Namun, beberapa nyeri bisa menjadi pertanda adanya gangguan atau masalah yang serius pada ibu. Untuk itu, mari mengenali beragam nyeri perut pada kehamilan.
Trimester pertama
Nyeri pada bulan-bulan awal kehamilan umumnya tidak membahayakan. Biasanya hal itu ditandai perasaan berat pada perut dan sedikit sakit seperti saat menjelang haid. Penyebabnya adalah meningkatnya hormon progesteron dan relaksin yang membuat sambungan-sambungan tulang di sekeliling rahim merenggang. Meski tergolong normal, segera konsultasikan pada dokter bila nyeri ini terus berlanjut setelah kehamilan berusia 10-12 minggu.
Adanya gas dalam perut yang membuat perut kembung, dan konstipasi, juga merupakan penyebab nyeri perut yang masih tergolong normal. Nyeri yang patut diwaspadai adalah saat kram terjadi pada salah satu sisi perut bagian bawah, apalagi bila disertai perdarahan atau terdapat flek berwarna kecoklatan.*
Nyeri yang umumnya berlangsung lama ini menjadi pertanda kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Kehamilan ini disebabkan oleh sel telur yang sudah dibuahi menempel di luar rahim, biasanya di dalam saluran telur (tuba falopi). Nyeri hebat muncul akibat perdarahan di dalam rongga perut lantaran "pecahnya" kehamilan ektopik.
Nyeri disertai dengan perdarahan juga bisa terjadi pada saat keguguran. Sifat nyeri ini bisa ritmis (teratur) dan spastis (disertai rasa kejang) dengan intensitas yang makin meninggi. Sebaiknya Anda segera berangkat ke rumah sakit untuk mendapat penanganan yang tepat.
Trimester kedua
Nyeri di trimester kedua yang kerap dirasakan adalah nyeri di bagian kiri atau kanan perut bagian bawah atau berpindah-pindah dari kiri ke kanan maupun sebaliknya. Kehamilan yang semakin membesar membuat ligamentum (struktur seperti tali yang mempertahankan posisi rahim pada dinding perut) melar dan tertarik sehingga terasa nyeri. Namun, penyebab nyeri ini tergolong tidak membahayakan. Untuk menguranginya, beristirahatlah dengan posisi duduk atau berbaring. Gunakan bantal yang agak tinggi.
Mengubah posisi secara tiba-tiba, dari duduk atau tidur ke posisi berdiri, terkadang juga menimbulkan rasa nyeri, tetapi tidak membahayakan. Untuk itu perlahan-lahanlah saat mengubah posisi. Cobalah bertumpu pada benda yang kokoh agar sebagian beban di pangkal paha berpindah ke tangan dan mengurangi tekanan di perut. Bila ingin menggeser tubuh selagi duduk, pindahkan satu kaki terlebih dahulu, kemudian baru mengangkat bokong dibarengi kaki yang satunya untuk mengurangi ketegangan di wilayah perut.
Trimester ketiga
Nyeri masih kerap dirasakan di bagian bawah perut. Nyeri yang tergolong tidak berbahaya ini disebabkan rahim yang membesar sehingga mengakibatkan adanya tekanan pada kandung kemih yang berlokasi di bagian bawah perut.
Waspadai bila nyeri ini sampai menyebabkan infeksi saluran kemih. Tekanan pada kandung kemih dapat membuat urine berada lebih lama di sana sehingga mengakibatkan timbulnya infeksi saluran kemih. Keluhan yang timbul bisa berupa anyang-anyangan, berkemih tidak tuntas (sedikit-sedikit), mengalami nyeri di perut bagian bawah yang menyebar hingga ke punggung, bahkan terkadang timbul kontraksi. Menghindari kebiasaan menahan buang air kecil dan selalu minum air putih sekurang-kurangnya 10 gelas per hari amat disarankan untuk mencegah kondisi ini.
Nyeri perut bagian bawah juga bisa dirasakan ketika janin bergerak. Dengan semakin besar janin, maka gerakan kepala, badan, dan tendangan kakinya akan semakin kuat. Gerakan janin yang kuat bisa menyebabkan kontraksi ringan (kontraksi palsu yang tidak menyebabkan persalinan atau sering disebut kontraksi Braxton-Hicks).
Yang patut diwaspadai adalah kala memasuki bulan-bulan akhir kehamilan, lantas ada nyeri parah di perut bagian bawah yang tak hilang meskipun sudah beristirahat. Kemungkinan itu pertanda placental abruption, yakni lepasnya plasenta dari dinding rahim. Anda juga mungkin mengalami perdarahan yang membutuhkan bantuan dokter atau bidan secepatnya.
Jadi sederhananya, untuk membedakan nyeri perut yang wajar dengan yang membahayakan adalah, bila nyeri perut itu tidak hilang setelah beristirahat, maka ada kemungkinan Anda mengalami komplikasi kehamilan yang butuh penanganan lebih lanjut.
Nyeri yang patut diwaspadai:
1. Kram seperti saat haid yang berlangsung lama (beberapa jam). Nyeri bersifat ritmik, menjalar dari pinggang ke arah bagian atas kemaluan. Ini bisa jadi tanda-tanda awal keguguran. Umumnya dibarengi dengan perdarahan berwarna merah muda serta kontraksi yang kuat, teratur, dan terasa sakit. Segera hubungi dokter atau bidan untuk meminta bantuan.
2. Nyeri dirasakan pada perut bagian atas atau ulu hati. Nyeri ini biasanya diikuti sakit kepala dan gangguan pandangan mata (mata kabur). Penyebab umumnya adalah preeklampsia yang ditandai pula dengan naiknya tekanan darah dan disertai bengkak-bengkak terutama pada kaki serta bocornya protein dari ginjal.
3. Nyeri yang berasal dari kontraksi rahim sehingga menyebabkan persalinan kurang bulan. Nyeri atau kram yang menyerang bagian perut ini menyerupai diare yang melilit, dibarengi nyeri punggung dan kontraksi pada usia kehamilan 20 minggu sampai 36 minggu. Persalinan kurang bulan sering diikuti keluarnya darah yang banyak sehingga sering disalahartikan sebagai perdarahan pra-persalinan akibat plasenta previa (plasenta tumbuh menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir).
4. Ada beberapa nyeri yang terjadi dalam kehamilan, tetapi tidak berkaitan dengan kondisi kehamilan itu sendiri. Nyeri-nyeri itu antara lain pecahnya kista karena tekanan yang besar pada rahim atau kasus peradangan usus buntu